Mungkin dimasa lalu aku tidak mengenalmu. Namun untuk saat ini biarkan aku mengenalmu dan memahami seperti apa kehidupanmu.
•••
Nasha terbangun dari tidurnya ketika ia membuka mata hal yang ia lihat adalah wajah suaminya, Nabil. Tidurnya begitu damai. Jika seperti ini ketampanan Nabil berkali-kali lipat. Tidak ada wajah dingin, kaku, cuek dan garangnya.
Namun ada yang membuat jantung Nasha berpacu lebih cepat. Sedari tadi Nabil menggenggam tangannya seperti anak yang takut kehilangan ibunya. Tangannya sampai terasa basah berkeringat.
Karena suara alarm yang tidak kunjung berhenti akhirnya Nabil membuka matanya perlahan. Nasha salah tingkah ketika ditatap seperti ini.
Nabil melihat tangan Nasha yang digenggamnya. Dia melepasnya pelan, "Udah subuh?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.
Nasha kemudian bangun melihat ponsel yang disimpan diatas nakas. "Belum, sepuluh menit lagi."
Nabil melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Sepertinya dia membersihkan diri karena terdengar suara gemericik air. Nasha peka bahwa suaminya akan sholat subuh. Langsung diambilnya koko putih disiapkannya perlengkapan Nabil. Setelah itu Nabil keluar hanya mengenakan handuk kimono. Wangi rose dari sabun mandi Nabil tercium.
Nasha segera pergi ke kamar mandi. Dia berniat untuk membersihkan badannya agar lebih segar. Nasha baru sadar ini bukan kamar mandinya, pakaiannya sabunnya bukan miliknya.
"Lemot banget sih, ini bukan kamar mandi aku." rutuknya.
Nasha kembali mengenakan jilbab instan miliknya. Tidak lama terdengar ketukan pintu. "Nas, saya ke masjid dulu," pamit Nabil.
Setelah terdengar suara pintu tertutup Nasha menampakan dirinya.
Pagi ini Nasha berkutat di dapur ditemani umi. "Umi udah bayangin ini dari dulu lho, masak sama menantu." cerita umi.
"Kamu gak mau sewa asisten rumah tangga Nas? Umi rasa Nabil mampu kok sewa. Kasian kamu harus beres-beres rumah, masak, siapin segala keperluan Nabil."
Lah selama ini Nabil mah gak ngerepotin. Kadang masak sendiri meski masakan sederhana, beresin rumah, nyuci intinya keperluan masing-masing diurus pribadi masing-masing. Mereka hidup kayak orang asing. Untuk apa sewa asisten rumah tangga, disini Nasha hanya mengurus badannya sendiri. Kalau bersih-bersih itu juga ulahnya.
"Enggak umi. Selagi Nasha mampu gak perlu. Nasha udah dibiasain hidup mandiri dari kecil. Lagian kan kewajiban Nasha juga mengurus Nabil," bual Nasha sok bijak. Dia pun merasa jijik sendiri berucap seperti itu.
"Nabil itu cari istri, kamu gak usah paksain diri kamu buat beberes semua. Bilang aja kalau capek. Kamu di rumah sama orang tua dimanjakan masa sudah menikah jadi gitu."
"Umi gak mau nginep lagi?" tanya Nasha didepan apartemen.
"Lain kali yah sayang. Umi pergi dulu," ucap umi ketika mobil Nabil datang menghampiri. Kepergian Nabil dan uminya dipandangi Nasha.
"Cie, yang akrab sama mertua," goda Maida yang tiba-tiba ada disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
Fiksi UmumNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...