Aku hanyalah gadis yang masih butuh bimbingan. Aku tidak sesholehah Siti Khodijah. Tidak sesabar Fatimah. Namun aku harap engkau imamku, pemilik tulang rusukku ini, mampu menuntunku. Bersama meraih ridho-Nya. Membina rumah tangga sakinah, mawadah wa rahmah,senantiasa menjadi penghias kehidupan rumah tangga, dan semoga bisa bersama di syurga.
•••
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari dimana seorang bernama Nasha melepas masa lajangnya. Hari dimana dia memiliki status baru. Hari dimana dua hati akan di satukan dalam ikatan yang suci. -Pernikahan.
Hari ini adalah hari pernikahan Nasha dan Nabil. Setelah memikirkan semuanya, mempersiapkan semuanya dalam waktu terbilang singkat. Akhirnya pernikahan ini terlaksana juga. Meski kedua mempelai masih meragukan keputusan mereka.
Saat ini akad pernikahan di adakan dengan begitu sederhana. Hanya di hadiri keluarga dan sahabat terdekat saja. Lebih privat karena tidak ada orang luar yang datang.
Nasha baru saja selesai di rias dengan mengenakan kebaya dan siger sunda. Tangannya dihias hena. Menampakan aura berbeda bagi Nasha. Nasha duduk cemas di ranjangnya yang sudah dihias berbagai ornamen khas kamar pengantin. Kamar Nasha berubah drastis, akibat dekorasi pernikahan.
Nasha begitu cantik, kebaya putih itu terlihat cocok ditubuhnya. Mulutnya tidak henti-henti mengucapkan asma Allah mencoba menenangkan suasana hatinya. Ia tengah menanti kedatangan Nabil yang saat ini belum juga tiba. Nasha mencemaskan takut Nabil kabur karena berubah pikiran.
"Nas.." panggil ibu seraya membuka pintu.
"Iya bu?" Nasha melihat kedatangan ibunya.
"Gugup ya?" tanya ibunya sambil tersenyum duduk disamping Nasha yang mengangguk samar. Bagaimana pun juga rasa gugup itu ada. Meski pernikahan ini jauh berbeda dari pernikahan yang di impikannya.
"Mulai nanti, ibu bukan prioritas utama kamu lagi. Kamu gak bakalan bisa hidup seenaknya nanti. Kalau mau kemana-mana harus ada izin dari suami.. Ibu bakalan kehilangan kamu kayaknya," kata ibunya tersenyum getir dengan air mata yang ia bendung.
Nasha juga merasakan hawa ini, "Ibu...," Nasha yang mulai menangis haru, dari tadi dia menahan agar air matanya tak jatuh.
Ibunya memeluk erat, "Terimakasih Nanas sudah mau menerima pernikahan ini. Semoga kalian menjadi keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah."
"Nasha takut bu, Nasha takut pernikahan ini sebenarnya. Bagaimana kalo Nabil gak terima Nasha apa adanya? Nasha takut gak bisa jadi istri yang baik," kata Nasha.
"In sya Allah, jika kamu mengatas namakan Allah di segala urusan mu pasti bisa. Dan bukannya kamu nikah karena ibadah. Memenuhi sunah Rasulullah. Cinta bisa datang kapan aja, kamu percaya rencana Allah itu yang terbaik untuk mu." Nasha diam menangis dipeluk ibunya erat.
"Jangan nangis make up nanti rusak," kata ibunya melepas pelukan Nasha. Nasha mencoba tersenyum. Tidak lama terdengar suara penghulu. Ayah Nasha dan Nabil sudah berjabat tangan akan memulai akad pernikahan.
Nasha yang mendengar tambah gugup. Takut jika Nabil asal mengucap namanya nanti. Namun hebatnya Nabil saat mengucapkan akad begitu lantang dan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
Ficción GeneralNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...