Part 32 - Restart

21.2K 1K 16
                                    

Semua yang terjadi dalam hidup mu, hal kecil sekali pun sudah ada takdirnya. Tinggal bagaimana kita menjalankan dan menerima semua ketetapan-Nya.

***


Sekitar beberapa jam yang lalu, Nasha sudah sampai di hotel. Dia tengah berada di Aceh kali ini. Beristirahat sejenak setelah melakulan perjalanan domestik. Bermalas-malasan di kamar hotel membosankan.

Nabil masih belum tiba, padahal dia janji tidak akan lama. Tapi, pria itu selalu sulit di tebak juga sulit di percaya. Karena pria itu layaknya bunglon, selalu berubah-ubah. Saking bosannya, Nasha hendak tertidur memejamkan matanya. Tapi,  dering telepon menyadarkan Nasha.

"Nas, kamu dimana?" suara Nidha di sebrang telepon.

"Kamar," jawab Nasha malas.

"Cepet turun tunggu di lobi, kita pergi."

"Mau kemana? Males ah, nanti aja. Lagian Nabil belum nyampe masa aku pergi."

"Lebay, kita cuman ke luar cari jajanan."

"Enggak, aka aja sama kak Shiva. Adek mau bobok cantik," Nasha memutuskan sepihak.

Nidha menatap kesal layar ponselnya. Mulut Nidha sudah siap berkata, "Eeee, jangan ngomong sembarangan. Inget kamu punya calon bayi," tegur Shiva yang sudah bisa menebak apa yang akan di katakan suaminya.

"Astagfirullah, maaf sayang. Maafin abi yah, Nak," Nidha mengelus perut istrinya, "Ayo kita pergi," ajaknya sambil menggandeng Shiva posesif.

"Nanas gak ikut?"

"Dia nunggu Nabil dulu, males pengen bobok syantik katanya," ucap Nidha.


Hari seakan terasa cepat berlalu, matahari sudah mulai condong ke barat. Di kamar hotel, Nasha tertidur pulas. Nidha berjalan memasuki hotel, kamarnya berada di sebelah kamar Nasha. Ketika Nidha melewati pintu kamar Nasha terlihat Nabil tengah jongkok di depan pintu sembari memainkan ponselnya dengan koper hitam kecil disampingnya.

"Lho, Bil. Ngapain disitu?" tegur Nidha.

Nabil menolehkan pandangannya ke arah suara, "Eh, kak. Ini kamarnya aku ketuk tapi gak dibuka-buka. Di telepon juga Nasha gak angkat," kata Nabil sambil berdiri.

"Nanas tidur kali," kata Shiva.

Nidha menepuk pelan keningnya, "Iya, molor dia. Tidurnya kan kayak bangke. Di jatohin dari atas balkon aja gak bakalan berasa," tutur Nidha. Shiva menyikut lengan suaminya.

Setelah meminta bantuan pada pihak hotel akhirnya Nabil dapat masuk ke kamar. Benar saja Nasha tengah tertidur pulas di ranjang king size itu.

Nabil menyunggingkan senyumnya, melihat posisi Nasha yang tidur layaknya orang mati. Tangannya dia simpan di perut dengan tubuh lurus dan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Nabil mendekati Nasha dan duduk di sampingnya. Dia membangunkan Nasha dengan cara menepuk pelan pipinya. Tapi Nasha tak bergeming sama sekali. Akhirnya Nabil memutuskan untuk membersihkan badannya yang terasa lengket terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian Nabil sudah rapi dengan pakaian casual. Dilihat istrinya masih asyik tertidur.

"Aku baru liat kamu tidur sampai kayak gini, " gumam Nabil pelan.

Matahari semakin condong ke barat. Pertanda hari sudah semakin sore. Nabil bingung cara membangunkan Nasha bagaimana. Apa harus melemparnya dari ranjang, itu tidak mungkin dilakukan. Dia tidak setega itu, bagaimana juga Nasha itu istrinya.

My Love is on PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang