Semua yang di ciptakan Allah itu memiliki alasan dan manfaat tersendiri. Bahkan makhluk menjijikan seperti kecoa pun mempunyai alasan yang bermanfaat bagi kehidupan ini.
~Febby~
••••
Hati ini terkadang risau tanpa alasan yang pasti, tanpa sebuah alasan. Bagaimana cara mengatasinya? Aku melihatnya tersenyum, tertawa. Tapi tidak ada alasan yang menyebutkan itu adalah karena ku.
Jari-jari Nasha tengah asyik menari di atas keyboard. Menulis blog yang mungkin mulai di tumbuhi jamur, karena sudah lama rasanya tidak menulis.
Beberapa menit yang lalu Nasha sampai terlebih dahulu meninggalkan Nabil. Dia kekanak-kanakan? Terserah, Nasha tidak peduli penilaian itu. Nabil mengabaikan Nasha membuatnya merasa suntuk. Lain kali jika di ajak Nabil ke acara seperti tadi Nasha akan menolak mentah-mentah, begitu tekadnya.
Apa Nabil hanya ingin menunjukan deretan mantan pacarnya yang jauh lebih cantik dari nya begitu? Berniat sombong.
Nasha mengenakan kacamata bulat melindungi matanya dari sinar biru yang dihasilkan layar komputernya. Nasha mematikan seluruh penerangan sehingga membuat apartemen ini gelap gulita. Begitu terdengar suara pintu muncul sosok yang sedari tadi membuat Nasha kesal.
"Kamu kemana sih saya cariin? Saya bilang tunggu sebentar lagi. Ponsel kamu juga kenapa gak aktif? Kenapa sih kayak anak kecil, lepas pengawasan ilang entah kemana." Nabil menatap Nasha dia sedikit kesal akan kelakuan Nasha.
Nasha bergeming mem-fokus 'kan pandangannya ke layar.
"Nasha!" seru Nabil.
"Apa?" ketus Nasha.
Nabil tidak paham dengan pikiran wanita di hadapannya ini. Hanya helaan nafas lelah yang keluar dari mulut Nabil. Dari tadi dia mencari Nasha, bahkan Nabil mengunjungi toilet wanita. Hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Mencari Nasha sepanjang perjalanan. Begitu sampai di rumah ada rasa lega melihat istrinya itu sudah duduk manis. Tapi kenapa lagi wanita ini? Bukankah seharusnya Nabil yang marah disini? Kenapa wanita ini malah menjawab Nabil ketus dan mengabaikan Nabil. Ingin sekali rasanya Nabil melempar benda elektronik itu. Nasha selalu asyik bersama benda itu.
"Kamu tuh kenapa--" perkataan Nabil terpotong oleh cerocosan Nasha.
"Kenapa? Kenapa? Nanya mulu tapi ngerti enggak. Kamu tau aku kesel di sana? Kamu malah asyik sama temen-temen kamu. Terus ngapain kamu ngajak..." Nasha sempat menjeda beberapa saat, "Oh. Mau sombong punya banyak mantan terus pada cantik gitu?"
Nabil menatap datar. Nasha menutup paksa laptop miliknya mengambil ancang-ancang untuk pergi. Dia pergi dengan menghentakan kakinya kesal.
"Mau kemana?"
"Dugem," jawab Nasha ngasal.
Nabil kicep dengan sikap Nasha. Jadi Nasha pergi karena dia bosan? Bukankah tadi Nasha tampak menikmatinya apalagi ketika Indah datang. Kenapa Nasha marah?
Nabil membuka pelan pintu kamarnya. Berharap tidak menimbulkan bunyi yang akan mengganggu seseorang. Apa ini yang dikatakan wanita PMS? Galaknya gak main-main. Baru kali ini Nabil diam.
Benar saja Nasha sudah terbaring di ranjang dengan selimut yang menutupi sampai dada. Pelan Nabil ikut berbaring, semoga tidak menimbulkan sesuatu yang membuat singa betina bangun, ralat maksudnya Nasha bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
Fiksi UmumNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...