Bagaikan pelangi di langit setelah kelabu. Indah dan menyenangkan namun hanya sementara.
Untuk itu, aku tidak ingin kau menjadi pelangi-ku.***
Pernah melihat pelangi? Entah itu lewat gambar, lukisan atau nyata di langit sana. Indah bukan? Banyak warna yang menyenangkan. Bersinar terang ditengah warna langit yang tidak tampak bersinar. Akan ada pelangi setelah badai berlalu. Bahkan sampai ada lagunya, saking indahnya pelangi itu. Begitu banyak di cintai. Tapi meski indah, pelangi tidak bertahan lama. Dia memiliki waktu yang relatif singkat. Keindahannya akan pudar, seiring waktunya.
Berbeda dengan malam, meski gelap gulita. Dia misterius, penuh kejutan. Bahkan bintang saja betah bersama malam. Karena baginya malam adalah pilihan cocok untuknya.
Lalu, Nabil jika di ibarat, kan. Dia itu pelangi atau malam? Karena terkadang dia manis, penuh warna namun dalam waktu relatif singkat. Terkadang dia layaknya malam gelap gulita, misterius.
Sajak-sajak nan indah di baca Nasha di buku yang tadi ditemukannya di rak buku milik Nabil. Sepulang dari kediaman orang tuanya, Nasha berdiam di balkon. Sembari membaca buku dengan di temani secangkir teh hangat yang dibuatnya sendiri.
Nabil? Entahlah kemana perginya pria itu. Meski sudah malam, tadi dia pamit untuk menemui salah satu temannya. Namun, sampai detik ini dia belum juga kembali. Padahal hari semakin larut.
Nasha berjalan kembali ke rak buku. Menyimpan buku yang tadi di bacanya. Matanya menemukan buku kecil dengan jilid warna-warni, layaknya pelangi. Tangan Nasha terulur mengambil buku itu, ketika buku itu di genggamnya rupanya warna-warni itu dihasilkan dari sampul. Nasha tersenyum, sosok seperti Nabil bisa melakukan hal seperti ini.
Nasha kembali berjalan ke arah balkon, membuka buku itu. Ketika halaman pertama di bukanya, bukanlah bacaan yang di dapat. Ini semacam buku yang di penuhi dengan coretan dan lukisan tangan seseorang. Nasha mengerutkan keningnya. Apa Nabil pandai menggambar? Pikirnya.
Kemudian dia membuka halaman selanjutnya,terdapat sebuah tulisan.
Pelangi? Aku menjuluki mu seperti itu tidak apa bukan. Semenjak kehadiran mu, terdapat warna baru yang muncul di kehidupan ku.
Nasha menarik nafasnya, tidak paham. Siapa yang menulis ini? Kembali dia membuka halaman selanjutnya. Terdapat tulisan lagi.
Aku sadar pelangi itu banyak pengagumnya. Tapi, tetap saja, kau hanya boleh untukku. Aku sudah memintanya pada Tuhan, agar suatu saat nanti kita bersatu.
Nasha semakin tidak mengerti, tulisannya cukup rapi, terutama gambar yang terdapat di setiap halaman. Nasha membuka acak lembaran buku itu, kegiatannya terhenti ketika menemukan amplop merah yang terselip diantara lembaran buku.
"Assalamu'alaikum," terdengar suara Nabil yang mendekat. Nasha urung membuka apa isi ampol merah itu.
"Wa'alaikumssalam," sepasang matanya melihat kata 'Langit mu' tertulis di ujung amplop itu.
"Nash, kamu--" perkataan Nabil terhenti ketika melihat apa yang di genggam istrinya.
"Kamu ngapain megang buku ini?" tanya Nabil terdengar kecemasan ketika mengucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
General FictionNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...