Terkadang aku lebih memilih bersikap ke kanak-kanakan. Karena aku takut jika bersikap dewasa seperti mu, aku takut akan terbawa suasana. Dan takut akan jatuh cinta.
•••
Hanya suara kendaraan lalu lintas lah yang samar-samar terdengar. Hari sudah larut, Nasha pun sudah terlelap di ranjang dengan nyaman. Berbalut selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Nabil masih terjaga. Dia sibuk dengan kegiatannya di ruang kerja. Beberapa kali dia menguap karena rasa kantuk. Hingga akhirnya kata Alhamdulillah keluar dari mulutnya pertanda ia sudah selesai dengan pekerjaannya.
Berjalan ke arah kamarnya dibuka perlahan pintu kamar itu, hal yang ia lihat pertama kali yaitu Nasha yang tengah tertidur. Hanya beberapa detik dia berdiri mematung di ambang pintu memeperhatikan Nasha, hingga akhirnya Nabil memilih menutup kembali pintu tersebut. Dia menuju kamar sebelah dan tertidur disana.
Sayup-sayup adzan subuh terdengar. Nasha baru saja selesai wudhu. Tadi ketika bangun dia tersadar karena tidur sendiri. Meraba ke arah samping tempat tidur. Namun tempat itu dingin, disanalah dia menduga. Kemana perginya Nabil? Entahlah Nasha tidak ingin ambil pusing, meskipun dalam pikirannya dia menanyakan sosok itu.
Sebelum subuh Nasha meilih melaksanakan sholat dua raka'at. Hingga ketika Nasha mengucap salam. Nabil hadir dengan tergesa-gesa.
"Kamu udah sholatnya?" Nasha menggeleng, "Iqomat! Saya terlambat berjamaah ke masjid." Nasha pun menuruti perintah Nabil.
Nabil menggelar sajadahnya. Dan memulai sholatnya. Lantunan ayat suci begitu terdengar merdu. Nasha sampai terharu dibuatnya. Pertama kalinya mereka berjamaah sholat subuh.
Ini bukan kali pertama dirinya mendengarkan Nabil membaca Al-quran. Dulu ketika SMA disebuah acara organisasi lah Nasha pertama kali mendengarnya. Dan itu sukses membuat Nasha semakin mengagumi suaminya itu.
"Assalamualaikum warahmatullah..." Nabil selesai melaksanakan sholatnya. Menengadah 'kan tangannya berdoa. Dengan masih mengenakan mukena. Nasha meraih tangan Nabil mencium tangannya. Nabil tertegun di buatnya. Dia tidak menyangka kejadian ini.
Kini di sebuah meja makan kecil. Mereka tengah menikmati sarapan. Yang terdengar hanya dentingan sendok tang beradu dengan piring. Selepas sarapan, Nabil menonton televisi. Acara pagi yang ia tonton adalah berita. Setiap menonton televisi pasti berita. Sedangkan Nasha sibuk mencuci piring.
Laptop Nasha berada di depan Nabil. Beberapa pesan masuk. Awalnya Nabil tidak peduli. Tapi bunyinya beberapa kali terdengar itu mengganggu fokusnya.
"Nas, laptopnya bunyi terus. Siapa tau penting." kata Nabil.
Nasha sedang sibuk mencuci, "Boleh saya minta tolong. Tolong buka pesan itu, mungkin dari anak-anak SMA. Soalnya saya dijadikan panitia reuni." ucap Nasha.
Nabil menyalakan laptop itu. Pertama foto Nasha dan Maida yang bisa dibilang konyol menjadi wallpaper. Nabil sempat menarik sudut bibirnya, tersenyum samar.
Daehan:
Nashaa
Aku pulang wamil minggu depan."Dari siapa?" tanya Nasha. Baru selesai mencuci piring. Nabil tidak menggubris pertanyaan itu.
"Mau saya buatkan kopi?" hanya deheman dari Nabil.
Daehan:
Aku punya kejutan untukmu.
Bogoshipo❤❤❤Nabil membuka mulutnya. Apa ini maksudnya gambar hati? Dia tidak tau arti kata-kata terakhir itu pasti, namun pastinya tentang cinta.
"Ini kopinya," Nasha langsung membelalakan matanya. Daehan, pria itu. Nabil membuka pesannya. Ah bagaimana riwayat pesan dulu. Apa dia membacanya? Pikiran Nasha sudah kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
Fiksi UmumNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...