Bersembunyi di balik kata-kata yang kau rangkai dalam kebohongan yang tersusun begitu manis. Seakan semuanya nyata benar adanya.
•••
Derap kaki terdengar menggema di koridor rumah sakit. Bau obat menyeruak begitu memasuki ruangan ini. Ruangan Instalasi gawat darurat. Beberapa pasien tengah di tangani dokter yang jaga malam itu.
Sebuah mobil ambulans baru saja tiba. Suasana begitu mencekam ketika dari ambulans itu keluar pasien perempuan. Wajahnya tidak terlihat jelas karena cairan berwarna merah dengan bau amis itu -- darah. Terlihat pasien sudah tidak sadarkan diri. Petugas ambulans segera memberitahukan keadaan pasien pada sang dokter yang menangani, dokter itu adalah Arya. Segera Arya memberikan pertolongan pada pasien itu semampu yang dia bisa. Suasana IGD saat ini cukup hectic padahal beberapa waktu lalu ruangan ini damai. Namun karena salah seorang tenaga medis tak sengaja mengucapkan kalimat haram di IGD membuat suasana kacau.
Dari arah yang sama, Nabil datang dengan raut wajah cemas. Netranya menyapu setiap sudut ruangan, mencari-cari sosok istrinya, Nasha. Sekitar satu setengah jam yang lalu dia mendapat kabar bahwa Nasha di bawa ke rumah sakit. Kala mendengar itu hati Nabil langsung gelisah.
Nabil baru pulang dari Singapura bersama Cindy, Eka, Vino dan Yazid. Mereka liburan ke universal studio sebagai perayaan ulang tahun Cindy.
Nabil memeriksa satu per satu pasien, tapi tidak kunjung ditemukan. Hingga Nabil membuka tirai penghalang menampilkan sang dokter tengah berjuang.
"Dua ratus joule," titah sang dokter.
Beberapa kali dokter itu terus menambah tegangan pada alat peng-ngejut jantung.
Tuttt.. Suara panjang dari alat desifibilator itu menggema. Dokter sudah berusaha sekuat tenaga akan tetapi Allah penentu hidup dan mati seseorang.
"Pasien meninggal pada pukul 20.15 WIB," begitu sang dokter mengumumkan kematian pasien.
Dari cela tirai penghalang Nabil melihat baju yang di kenakan pasien tadi persis dengan milik Nasha.
Apa mungkin itu Nasha? Pikir Nabil yang menduga-duga. Kakinya seakan di tarik oleh bumi sulit untuk melangkah. Cemas, takut menyelimutinya.
Perlahan dia memberanikan diri membuka tirai itu. Perawat yang bertugas menatap Nabil tegas.
"D-dia.. Nasha?" perawat itu menatap Nabil dengan tatapan penuh tanya.
"Pasien yang bernama Nasha Arnia Misael?" sura Nabil bergetar saat mengucapkan nama istrinya.
Nabil membuka kain penutup wajah pasien tadi. Pertahanannya yang hampir hilang kembali lagi. Nabil menarik nafas lega, bukan, itu bukan Nasha. Dia tersenyum lalu meminta maaf pada perawat.
Si perawat bergeming beberapa saat. "Ganteng-ganteng kok gitu, stres kali," komentar perawat itu. "Drama banget."
•••
Nabil membuka ruang rawat VIP. Sebuah ruangan mewah dengan di lengkapi beberapa fasilitas. Nabil memasuki ruangan itu, dilihatnya sosok Nasha terbaring tak berdaya di atas dinginnya ranjang rumah sakit. Dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Matanya terpejam rapat.
Nabil terperanjat kala sebuah tangan kekar menyentuh pundaknya.
"Dia dehidrasi," ucap Alan.
Nabil menoleh, "Seharian kemarin dia mabok sama Mai," mata Nabil membulat kala mendengar ucapan Alan itu. "Wes, tenang bro. Bukan mabok minuman atau duda. Dia mabok keripik setan level lima. Beberapa bungkus dimakan sampai akhirnya dia mules-mules terus bolak-balik kamar mandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is on Paper
Fiksi UmumNasha yang terbiasa hidup bebas kesana kemari berkeliling Indonesia karena hobi jalan-jalannya ternyata diam-diam dijodohkan. Mengetahui hal itu jelas Nasha menolaknya toh dia belum tertarik dengan pernikahan, Nasha juga berpikir hal itu akan membat...