Two

2.6K 351 69
                                    

Senin pagi yang cerah diawali dengan hentakkan kaki yang berasal dari pemuda berkulit Tan begitu memasuki kelasnya, lengkap dengan wajah lesu, dan bibir yang dimonyongkan lima senti.

"Dia berhasil membuat moodku buruk! Bedebah!", umpatnya kesal sambil melempar tasnya hingga mengenai kawan sebangkunya, si pemuda tinggi dengan kedua lesung yang menghiasi pipinya.
"Masih pagi, Tae", ceplos Namjoon kemudian mengambil tas Taehyung yang tergeletak di lantai lalu menaruhnya di atas meja. "Ada apa?", tanyanya perhatian.
Yah, dari empat sahabat, hanya Namjoon yang terlihat paling tenang dan memiliki naluri seorang Ayah yang kuat.

Taehyung mendongakkan kepalanya, menoleh Namjoon.
"Aku bertemu Sujeong di gerbang. Dan kau tau, dia tidak sendirian."
Namjoon menghela napas pendek. Sudah menduga kalau ini pasti ada hubungannya dengan mantan kekasih Taehyung yang putus dua pekan lalu.

"Lalu? Dia menyapamu tidak?"
Pertanyaan bodoh sebenarnya. Karena mereka semua tau kalau Sujeong mengakhiri hubungan sepihak dengan Taehyung dan tidak menjelaskan duduk perkaranya.
Boro-boro menyapa, saat putus saja hanya melalui pesan singkat. Miris sekali.

"Aku akan menangis bahagia jika itu sampai terjadi, Joon."
Taehyung meringis, seakan hatinya kembali tersayat di tempat yang sama. Luka di sana terasa makin menganga.

"Sampai detik ini aku masih belum tau apa salahku padanya", lirih Taehyung sembari mengusap wajahnya sendiri.
"Jawabannya cuma satu, Tae. Dan secara tidak langsung kau sudah mengetahuinya", Namjoon menepuk bahu sahabatnya itu pelan.

"She loved you, Taehyung-ah."

"Arra."

Mungkin beberapa detik kemudian buliran di pelupuk mata Taehyung akan jatuh kalau saja sebuah seruan membahana dari Hoseok tidak menginterupsinya.

"YA! KITA KEDATANGAN MURID BARU! KITA KEDATANGAN MURID BARU!!"

Sontak seruan Hoseok yang luar biasa nyaring itu membuat atensi teman sekelasnya tertuju padanya. Diiringi berbagai gumaman antara rasa penasaran dan pekikan girang dari sebagian murid.

"Apa dia seorang gadis?"

"Aku berharap murid baru itu seorang namja tampan dan keren seperti V BTS!!"

"Murid baru? Woah. Aku dapat mangsa baru."

Plakk!!

"Ouch!! Ya, Kim Namjoon!", pekik Oh Sehun, mafia cinta di kelas mereka, setelah sebuah tepukan keras mendarat di kepala belakangnya.
"Kurasa aku harus memukul kepalamu lebih keras agar segala kemesumanmu lenyap dari sana, Tuan Albino!"
Yang disebut Tuan Albino hanya berdecih  tak suka, "Baiklah Ketua Kelas kami yang budiman. Tapi perlu kau tau kalau kau sebenarnya sama mesumnya denganku."

"Hey hey hey! Hentikan perdebatan tak penting kalian", Jung Hoseok, yang sudah terbiasa menjadi penengah antara Kim Namjoon dan Oh Sehun kembali turun tangan.
"Lagipula murid baru kita ini seorang namja, mana bisa kau jadikan mangsamu Albinoku sayang", ujar Hoseok sembari mencolek dagu Sehun main-main. Membuat Namjoon bergidik geli melihatnya.
"Seok, kurasa kata 'sayang' di akhir kalimatmu itu tidak diperlukan."
Hoseok tertawa renyah mendengar protes Namjoon, "Wae? Kau cemburu Kim?"
Namjoon hanya memutar bola matanya malas. Lalu kembali duduk di bangkunya.

Tak lama wali kelas mereka datang bersama seorang pemuda mungil, bersurai dirty blonde yang begitu matching dengan kulitnya yang seputih susu itu, serta wajahnya yang manis dan menawan. Membuat seisi kelas terperangah melihat sosoknya, terlebih saat bibirnya menyunggingkan senyum bak malaikat. Cantik sekali.

"Annyeonghaseo. Park Jimin imnida."

.

"Nah Jimin, kalau kau ada sesuatu yang ingin ditanyakan, kau bisa menanyakannya padaku. Aku Kim Namjoon, ketua kelas ini."
Ucap Namjoon ramah lengkap dengan senyum yang menampilkan dimple yang jadi andalannya itu.
Jimin mengangguk, "Ne. Terima kasih banyak, Namjoon-ssi."
"Astaga Namjoon, kau dipanggil Namjoon-ssi olehnya!", Hoseok terkekeh geli dengan tangan yang menepuk lengan Namjoon keras-keras.
Untung saja sudah jam istirahat, kalau tidak ia bisa di keluarkan dari kelas karena terlalu berisik.
"Aisshh! Hoseok geumanhae! Sakit tau", ucap Namjoon sambil mengusap lengannya. "Maafkan sikap manusia setengah kuda ini ya, Jimin. Dia memang agak gila gara-gara putus cinta."
Disinggung begitu Hoseok langsung pasang mode ngambek dan mengambil tempat di sebelah Taehyung yang tak berminat bergabung dalam euforia kedatangan murid baru itu.

Jimin tersenyum maklum, "Tidak apa-apa Namjoon-ssi."
"Tidak perlu pake embel-embel 'ssi'. Cukup Namjoon saja, seperti yang lain."
"Ah, baiklah kalau begitu", ujar Jimin kemudian mengarahkan pandangannya pada Taehyung yang terduduk dengan kepala bertumpu kamus di atas meja.
"Ada apa dengannya? Apakah dia sakit?", tunjuk Jimin pada si pemuda Kim itu.
"Siapa? Taehyung? Aiisshh, anak itu!", Namjoon segera memberi kode pada Taehyung agar ikut berkenalan dengan Jimin. Karena sejak tadi dia yang terlihat paling tidak berminat.

"Eoh? Hai. Aku Kim Taehyung", sapa Taehyung sekenanya kemudian kembali ke posisi semula.
"Aku Park Jimin. Apakah kau sedang sakit, Taehyung-ssi?"
"Iya, sakit akibat putus cinta", itu Hoseok yang menjawab, dan segera dibalas death glare oleh Taehyung.
"Bisa diam tidak? Kau juga sama saja, Jung!"
"Setidaknya aku tidak diabaikan seperti kau, Tae!"
"Intinya sama saja, Kuda!"

"Ya, ya, ya! Kalian berhentilah!", lerai Namjoon lelah menghadapi dua kawannya yang sering cekcok tak penting ini.
"Alien ini duluan yang mulai, Joon!", tunjuk Hoseok tidak terima.
"Aku? Kau tidak punya cermin, eoh?"
"Punya. Di rumah."
"Mau kubelikan yang besar untukmu, kuda jelek?"
"Mwoooo?!"

Namjoon menepuk dahinya sendiri.

Sedang Jimin hanya tercengang melihat interaksi tiga sahabat itu. Tapi setelahnya dia tertawa geli hingga perutnya sakit.
Yang belum Jimin tau, mereka punya satu kawan lagi yang jika bergabung akan menambah kerusuhan dan kericuhan akibat debat kusir tak penting di antara mereka.

...

"Kookie!", seru Hoseok ketika melihat satu anggota mereka yang berbeda kelas berlarian di koridor. Sepertinya sedang berusaha menangkap sesuatu.
Yang dipanggil kemudian menghampiri masih dengan berlari kecil.
"Hyung, bantu aku menangkap kupㅡhey, siapa namja mungil ini?"
Mata Jungkook mengerjap penasaran karena melihat anggota mereka ada yang berbeda.
Jimin, si pemuda mungil itu tersipu karena Jungkook mengamatinya begitu dekat. Tanpa disadarinya, rona merah tergambar di wajahnya dengan jelas.

"Oh? Dia murid baru kelas kami, Kook-ah. Jimin-ah, dia Jungkook, maknae di grup kami", ucap Namjoon pada Jimin yang kini tertunduk malu.

"Jinjja? Woah. Aku Jeon Jungkook dari kelas 10-4. Salam kenal!", Jungkookpun mengulurkan tangannya pada Jimin. Lengkap dengan senyum ramah yang sontak membuat Jimin makin merona.

"A-aku Park Jimin. S-salam kenal."

Dan di situ, tidak ada yang menyadari betapa gugupnya Jimin tatkala matanya bertemu netra Jungkook, juga semburat merah muda yang tercetak di pipi mochinya.

Kecuali Jimin sendiri.

Sial. Kenapa debarannya sekencang ini?!

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

To be continued..

4 in LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang