Lima belas menit kemudian Namjoon sampai di sebuah bar tak jauh dari apartemen Seokjin. Ia berdecak heran, bagaimana seorang anak SMA bisa masuk sembarangan ke tempat seperti ini? Sejenak Namjoon menimang apakah akan masuk ke dalam sana atau tidak. Namun tiba-tiba ada seseorang menepuk menepuk bahu sembari menyebut namanya.
"Kim Namjoon?"
Namjoon menoleh dan mendengus lega karena itu Lee Junghwan, teman sekelas Seokjin yang biasa dipanggil Sandeul.
"Dia masih di dalam?", tanya Namjoon yang dibalas anggukan oleh Sandeul.
"Kau tau, sudah tiga jam dia di sana dan hanya meracau soal dirimu. Memanggil namamu puluhan kali seperti orang gila", Sandeul mendesah lesu, "Aku tidak tega melihat Seokjin frustasi seperti itu hanya gara-gara adik kelas sialan macam kau."Namjoon ingin sekali tersinggung lalu menghadiahkan bogem pada seniornya itu tapi ia sadar bahwa bukan saatnya untuk itu.
"Bagaimana caranya agar bisa masuk ke sana? Kurasa aku harus menyelesaikannya sendiri, Sunbae", Namjoon membetulkan posisi kacamatanya.
"Cukup masuk saja. Bar ini adalah milik Kakakku", sahut Sandeul yang membuat Namjoon mendapat jawaban kenapa anak SMA diperbolehkan masuk ke dalam sana dengan mudah. Ternyata sudah ada channelnya sendiri.Begitu Namjoon hendak melangkahkan kakinya, sekali lagi Sandeul menepuk bahunya.
"Sebagai teman baik Seokjin aku hanya ingin memberitahumu, Namjoon-ssi. Selama ini Kim Seokjin tidak pernah menaruh hati pada siapapun, sebelum akhirnya bertemu dengamu dan mengubah perasaannya. Dia hanya menyukaimu, bahkan dia menolak Lee Howon- kapten basket sekolah kita hanya demi kau", Sandeul memberi jeda sesaat sebelum melanjutkan, "Aku tidak paham apa yang terjadi antara kau dan Seokjin di masa lalu. Tapi kuharap kau tak memberikan harapan jika hanya ingin bermain-main dengannya, Kim Namjoon. Camkan itu baik-baik.".
Namjoon tertegun melihat Seokjin yang tertidur dengan kepala menumpu tangannya di atas meja yang dipenuhi minuman keras. Kacau sekali.
"Sunbae? Bangunlah."
Namjoon mengguncangkan tubuh Seokjin pelan namun tak ada respon.
"Seokjin Sunbae, palli ireona. Kau tidak bisa tidur di sini", sekali lagi Namjoon mengguncangkan tubuh Seokjin tapi kali ini lebih keras. Dan kepala Seokjin mendongak lengkap dengan mata mengerjap bingung.
"Ayo pulang, Sunbae."Sreett!
Seokjin seketika memeluk Namjoon begitu matanya terbuka lebar. Serangan mendadak itu membuat Namjoon tersentak kaget namun membiarkan tangan Seokjin mengerat di lehernya.
"Kau jahat, Namjoon. Jahat. Tapi kenapa aku tidak bisa membencimu?", ucap Seokjin parau, ia terisak pelan.
Namjoon mengusap punggung Seokjin, menenangkan, "Sunbae, ayo pulang. Sudah larut malam."
"Katakan padaku Namjoon, apa yang harus kulakukan agar kau mau berlari padaku? Kau sudah diabaikan olehnya lalu apa yang kau harapkan lagi? Ada aku Namjoon-ah, ada aku!"Seokjin menangis di pelukan Namjoon, tangisan keras kedua yang pernah Namjoon lihat. Dan mirisnya, tangis itupun disebabkan olehnya.
"Ayo pulang, Sunbae. Aku akan mengantarmu."
Dan lagi-lagi, Namjoon tak menjawab tanya Seokjin yang sudah dilayangkan sejak dulu. Entah tak bisa, atau memang tidak ada jawaban untuk dikatakan.
...
Hoseok memandang ponselnya yang sedari tadi tak berbunyi. Padahal sebenarnya ia sedikit berharap Namjoon akan menghubunginya, paling tidak mengirim pesan. Ia sendiri bingung apakah perlu menelpon Namjoon atau tidak. Karena jujur saja dia merasa khawatir pada kawannya itu. Tapi tak lama atensinya teralihkan dengan notifikasi pesan singkat yang muncul di layar ponselnya.
From: Park Jiminie
Hobi, aku butuh dirimu. Mari bertemu sebentar :((((
Hoseok tercenung membacanya. Karena tak biasanya Jimin seperti ini. Sebenarnya Jimin memang banyak berbicara dengannya dan seringkali berkirim pesan, namun pesan yang datang kali ini rasanya sedikit berbeda.
"Apa dia sedang ada masalah?"
...
Di kamarnya, Jungkook gelisah karena lagi-lagi chatnya tidak mendapat balasan dari senior kesayangannya, Min Yoongi. Beberapa kali Jungkook coba menelpon, tapi tetap saja tidak ada respon. Yang membuat Jungkook kesal, ponsel Yoongi dalam keadaan aktif. Tapi kenapa pemuda manis itu tidak menjawab panggilannya?
Pikiran negatif Jungkook bermunculan, dan yang pertama muncul dalam benaknya adalah nama Kim Taehyung.
Sejak Taehyung menegurnya soal Yoongi, entah kenapa Jungkook selalu menaruh rasa curiga pada 'kakak'nya itu. Meski kelihatannya Taehyung tidak merespon tantangannya untuk mendapatkan Yoongi, tapi tidak menutup kemungkinan ada sesuatu di antara mereka bukan?Sekali lagi Jungkook coba menghubungi Yoongi, namun lagi-lagi sambungan berakhir tanpa ada jawaban dari empunya.
.
"Kenapa kau tidak menjawabnya, Sunbae?", Taehyung melirik Yoongi yang hanya tertunduk membiarkan ponselnya bergetar. "Itu.. Jungkook?"
Yoongi mengangguk pelan, "Dia terus menghubungiku sejak tadi."
"Jawablah, Sunbae."
Yoongi tidak merespon, matanya memandang ke luar jendela bus. Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju stasiun untuk kembali ke Seoul."Apa kau menyukainya?"
Yoongi memalingkan wajahnya pada Taehyung dengan tatapan terganggu.
"Maksudmu?"
"Kau.. Menyukai Jungkook?",ulang Taehyung sembari dalam hati merutuk dirinya sendiri kenapa ia harus bertanya seperti itu pada Yoongi. Semuanya terucap begitu saja, secara tiba-tiba.Yoongi mengendikkan bahu, "Entahlah, kurasa tidak."
Taehyung mengusap tengkuknya, kikuk. "Maaf aku sudah lancang bertanya. Hanya saja aku merasa penasaran, Sunbae."
Yoongi berdecih, "Aku tidak punya waktu untuk hal seperti itu, Taehyung. Lagipula, dia mendekatiku hanya untuk membuat orang lain cemburu. Jadi kenapa aku harus menyukai orang seperti itu?"
Alis Taehyung terangkat satu, "Kenapa kau mengatakan kau tidak punya waktu, Sunbae?"Yoongi menghela napas pendek sebelum terkekeh kecil, menimbulkan banyak kerutan di dahi Taehyung.
"Ada sesuatu di sini yang membuatku tidak yakin kalau aku bisa melewatkan ulang tahunku yang ke duapuluh nantinya", Yoongi menunjuk kepalanya lalu melanjutkan, "Bukankah jahat jika Dokter memberi vonis mengerikan seperti itu padaku?"
Detik itu Taehyung segera merengkuh tubuh Yoongi dalam dekapannya. Erat. Membuat Yoongi merasa tenang juga hangat. Meski pada akhirnya buliran dari pelupuk matanya tumpah begitu saja.
"Jangan berkata seperti itu, kumohon. Kau bisa sembuh, Sunbae. Kau bisa!"
Taehyung mengusap punggung Yoongi yang bergetar. Bisa didengar Taehyung Yoongi terisak pelan."Percayalah, kau pasti sembuh. Kau bisa merayakan ulang tahunmu sampai seribu tahun! Jadi kumohon berhentilah bicara konyol, Sunbae!"
Yoongi menyunggingkan senyum di antara isakkannya. Menggumamkan kata terima kasih begitu pelan yang entah didengar Taehyung atau tidak.
Kau hangat. Dan aku merasa nyaman.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
To be continued..
****
Gimana gimana? Gaje ya?
Hehe. Nulis begini sambil nunggu boarding di waiting room bandara.
Btw, mohon doanya yaa readersku tersayang.
Chaera mau terbang ke Makassar, pulang ke kampung Ayahanda.
Doain moga sampai sana dengan selamat yaaa :))-Min Chaera-
KAMU SEDANG MEMBACA
4 in LOVE ✔
FanfictionEmpat sahabat yang mencari serpihan hati mereka yang hilang. Siapakah orang pertama yang beruntung mendapatkannya?