Twenty Nine

1.5K 246 100
                                    

Taehyung tengah menyuapi irisan apel pada Yoongi ketika bayangan Jungkook mendekat, membawa aura yang sangat tidak bersahabat. Pemuda Kim itu terlihat tenang sekalipun Jungkook menatapnya nyalang. Dirinya masih kesal akibat ulah Jungkook dan kini kurang yakin akan membiarkan Yoongi tetap bersama Jungkook.
Siapa pula yang rela melihat orang yang disukainya dipermainkan? Meski Jungkook adalah sahabatnya, Taehyung tetap tidak bisa menerima jika Jungkook benar mengkhianati Yoongi. Sekarang Taehyung jadi menyesal kenapa mengalah dan membiarkan Jungkook mendapatkan Yoongi. Harusnya dulu ia bisa menentang lebih tegas saat niatan Jungkook mendekati Yoongi diutarakan.

"Sunbae, kenapa di sini? Ayo kuantar kembali ke kamarmu", tanpa menghiraukan decihan tak suka Taehyung, Jungkook langsung menghampiri Yoongi. Berniat mengambil alih kursi roda dan mengantar Yoongi ke kamarnya. Tapi sebelum itu Yoongi menahan pergerakannya.
"Kau tidak lihat ada Taehyung di sini?", Yoongi mendengus. "Aku bosan di kamar terus-menerus. Ke luar mencari udara segar tidak ada salahnya kan?"

Jujur saja Jungkook kesal mendengar jawaban Yoongi. Tapi berhubung dirinya berada dalam posisi ingin memperbaiki keadaan, maka ia berusaha tenang.
"Aku bawakan kiwi dan anggur kesukaanmu, Sunbae", kata Jungkook sembari mengangkat kantong plastik berisi buah.
"Terima kasih, tapi aku sudah kenyang. Simpankan untuk nanti saja", Yoongi menyahut tanpa memperhatikan raut kecewa Jungkook. Malah dengan santainya dia meminta Taehyung untuk berjalan keliling taman.

"Biar aku saja Hyung. Lebih baik kau pulang saja", ujar Jungkook enteng pada Taehyung.
"Ya, kau ini apa-apaan? Kenapa mengusirnya sembarangan?", tanya Yoongi tak senang.
"Sunbae, aku ini kekasihmu kalau kau lupa."
"Lalu kau bisa seenaknya berbuat kasar begitu pada Taehyung? Kalian bersahabat kalau kau lupa", balas Yoongi membuat Jungkook terhenyak luar biasa.
"Sudahlah, karena kalian berdua ada di sini, sebaiknya temani aku saja sampai kakakku datang. Aku tidak suka ada tindak pengusiran di depanku", final Yoongi.

Jungkook menghela napas pasrah, sebelum balas tatapan Taehyung yang penuh amarah.

.

"Kurasa kau sedikit licik Hyung", semprot Jungkook begitu Taehyung menekan tombol lift. "Bisa-bisanya kau memanfaatkan situasi ini dan bertemu dengan Sunbae. Kau mau mengadu padanya soal aku dan Jimin Hyung, hah?"
Taehyung berdecih, "Jika aku licik lalu kau apa? Bukannya lebih memperhatikan kekasihmu, kau malah berkencan dengan orang lain. Pengkhianat!"
"Hyung, jangan bicara sembarangan jika kau tidak mengerti kondisi sebenarnya!", tukas Jungkook mulai emosi. "Jimin Hyung hanya menghiburku karena aku merasa down, tidak ada maksud lain."
"Kenapa kau harus merasa down? Apa Yoongi Sunbae merepotkanmu?", sinis Taehyung yang seketika membuat Jungkook menggertakan giginya.

"Jika kau benar mencintainya, sebisa mungkin kau harus selalu ada bersamanya. Apalagi dengan kondisi Sunbae yang seperti sekarang ini, harusnya kau bisa menguatkannya bukan malah mencari ketenangan sendiri, Kook", Taehyung mendengus, "Kau sadar apa poin terburuknya? Kau tau jika Jimin menyukaimu, dan kau mengiyakan ajakannya. Apa kau tidak sadar sudah membuatnya makin berharap padamu, hah? Woah, Jeon Jungkook. Selamat, kau sudah membuat dua hati tersakiti akibat ulahmu!"

Taehyung mengusap wajahnya, lalu menoleh kembali Jungkook yang tertunduk.
"Maaf Saeng, jika setelah ini aku tidak bisa mempercayaimu lagi. Dan jangan salahkan aku jika Yoongi Sunbae lebih merasa nyaman saat bersamaku."

Pintu lift terbuka, Taehyung bergegas ke luar meninggalkan Jungkook yang termangu. Bahkan ia tak sadar bahwa matanya mulai panas dan berair. Mencetak rasa sesal tiada tara dalam relung hati paling dalam.

...

Hoseok meringis, ditemani Namjoon yang asyik sendiri dengan ponselnya, ia mengedarkan pandangan ke penjuru kafe.
"Ya, Kim Namjoon", panggil si matahari dengan lesu, "Bisa kau simpan dulu ponselmu dan mendengarkan keluhanku?"
Namjoon mendongakkan wajahnya, sesaat tersenyum kikuk lalu meletakkan ponselnya di atas meja.
"Kalau kau mau mengeluh soal kita berlima yang renggang lagi, aku sudah tau", ucap pemuda Kim itu sembari menyeruput vanilla frape-nya.
Hoseok menghela napas lesu, "Susah payah aku memperbaiki hubungan kalian, tapi dengan seenaknya dirusak lagi. Memangnya tidak lelah bertengkar, hah? Aigooo, aku ingin sekali menyalahkan Jimin. Dia egois dan tidak bisa pikir panjang."
Namjoon mendengus, "Tapi Jungkook juga salah, kenapa ia gegabah dan membuat segalanya jadi runyam."
Hoseok mengangguk, "Kau benar. Lalu menurutmu kita harus bagaimana, Joon?"
"Loh? Ya tidak gimana-gimana. Memangnya kau mau ikut campur urusan mereka?"
"Bukan ikut campur juga, tapi sungguh aku tidak senang dengan keadaan seperti ini. Aku ingin kita semua kembali bersahabat baik, tidak saling memusuhi begini."
Namjoon menghela napas pendek, "Kurasa kita biarkan dulu mereka selesaikan masalah mereka sendiri. Kalau kau lupa, kita sudah bersahabat selama lima tahun. Tidak mungkin ikatan yang sudah mengerat ini akan terlepas begitu saja", diraihnya jemari Hoseok lalu digenggamnya lembut. "Konflik dalam persahabatan itu hal biasa, Hoseok-ah. Dan yang perlu kita yakini adalah, kita pasti akan kembali seperti semula. Sahabat selamanya, ingat?"

4 in LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang