Nine

1.5K 256 45
                                    

Dengan sedikit tergesa, Taehyung turun dari mobilnya lalu berlari mengejar pemuda tinggi yang berjalan santai di depan sana bersama tiga teman lainnya.

"Jungkook-ah!", seru Taehyung yang membuat si pemilik nama berbalik badan.
"Oh? Selamat pagi Tae Hyung. Kau tampak segar sekali ya", balas Jungkook ramah, seperti biasanya. Bersikap seolah tidak ada yang salah, bersikap seolah semuanya baik-baik saja setelah kejadian kemarin. Oh ayolah, bahkan semalaman Taehyung sibuk mengirimi banyak chat juga berusaha menelpon Jungkook hanya demi meluruskan kesalahpahaman yang ada, meski tak jua mendapat respon dari pemuda itu. Dan bisa-bisanya kini ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa?

Tapi sejujurnya, Taehyung bisa melihat dengan jelas, ada percikan api di mata si maknae itu. Kalau ada alasan kenapa Jungkook bersikap seolah tidak ada apa-apa di antara mereka, sudah pasti karena menjaga perasaan kawan mereka yang lain.

"Diantar 'kekasihmu' lagi, eh?", goda Hoseok sembari tangannya merangkul pundak Taehyung.
"Kook-ah, kita perlu bicara", tanpa memedulikan Hoseok, Taehyung meraih lengan Jungkook yang langsung ditepis kasar oleh si empunya.
"Hyung, kau aneh sekali? Tidak seperti biasanya saja", Jungkook memiringkan kepalanya, kemudian berdecak heran. Yang sontak membuat tiga kepala lain menoleh Taehyung tak kalah bingung.
"Woah, ada apa ini? Pagi-pagi sudah serius sekali?", tanya Hoseok dengan dahi berkerut.
"Aah, aku dan Jungkook mau sarapan bersama di kantin. Taetae mau ikut?", tawar Jimin yang sedikit merasa ada yang aneh pada mereka berdua.
Terlihat dari tatapan remeh Jungkook pada Taehyung, pun Taehyung yang tidak bertingkah santai seperti biasanya.
"Tae? Apa kau belum sarapan?", tanya Namjoon yang juga mencium ada sesuatu yang aneh dari teman semejanya itu.
Taehyung meraih lengan Jungkook lagi, "Ayolah, kita perlu bicara soalㅡ"
"Aaahh, aku lupa kalau ada pekerjaan rumah yang belum aku selesaikan", Jungkook menepuk dahinya pelan. "Jimin Hyung mian, sarapan bersamanya kita tunda dulu. Aku harus masuk ke kelas sekarang. Dah!"

"Yak Jeon Jungkook!", seru Taehyung sembari bersiap mengejar Jungkook yang sudah berlarian menuju kelasnya, namun buru-buru ditahan Hoseok.
"Kau kenapa, Tae? Apa kalian bertengkar?"
"Apa kau kalah adu panco lagi dengan Jungkook, eh?", terka Namjoon asal.
Taehyung mengusak surainya frustasi.
"Diamlah, kalian tidak mengerti situasinya!", tukas Taehyung kemudian melenggang pergi meninggalkan tiga temannya yang termangu.

"Apa-apaan dia? Cih, makin menyebalkan saja!", gerutu Hoseok karena Taehyung menepis kasar tangannya sebelum pergi tadi. "Kurasa sikapnya tadi sedikit berlebihan."
"Mungkin sesuatu terjadi padanya", timpal Jimin menganalisa.
"Tapi bukan berarti dia bisa sekasar tadi kan? Aigoo anak itu masih saja kekanakan!", Hoseok geleng-geleng kepala.
Namjoon mendengus, "Meski begitu kau tetap peduli padanya kan?", sindirnya dengan senyum miring.
"Ada apa dengan kalimatmu itu? Ya, Kim Namjoon", Hoseok sedikit berdeham, "Kau mau aku pedulikan juga, hah?"
"Aku? Dipedulikan olehmu? Cham", Namjoon tertawa remeh, "Bahkan sekalipun aku memohon hingga merengek padamu, kau akan dan selalu memilih Taehyung. Sejak dulu, Jung Hoseok. Sejak dulu."

Hoseok tertegun saat dua kalimat terakhir diucapkan Namjoon penuh penekanan. Tidak munafik jika telinganya berdengung sakit mendengarnya. Terlebih karena Namjoon kembali membawa persoalan lama yang harusnya sudah mereka kubur dalam-dalam. Ah, mungkin Namjoon lupa kalau sudah berjanji tidak akan mengungkitnya kembali demi kebaikan persahabatan mereka.

"Namjoon-ah", lirih Hoseok yang masih bisa ditangkap telinga lebar pemuda berkacamata itu.
"Kukira kau sudah benar-benar melupakannya. Ternyataㅡ", Hoseok menggelengkan kepalanya kecewa. Lalu berjalan mendahului Namjoon yang kemudian tersadar akan ucapannya beberapa saat lalu.
"Akh! Sial!", geramnya pelan sembari memukul kepalanya sendiri sampai tangan Jimin tiba-tiba menahan pergerakannya.
"Geumanhae. Kau bisa melukai dirimu sendiri, Joon", ucap Jimin lembut. Meski dirinya sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia cukup memahami bahwa keempat kawan barunya itu memiliki konflik masing-masing.
Dan sialnya, Jimin masuk ke pusaran pertemanan itu di saat konflik tengah berlangsung.

4 in LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang