Yoongi mengernyitkan dahinya, bingung. Sesaat dia berpikir apakah ia pernah berurusan dengan adik kelasnya yang ini atau tidak. Tapi seingatnya, dia bahkan belum pernah bertemu dan bicara dengan pemuda yang semungil dirinya itu. Lantas apa masalahnya?
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?", tanya Yoongi sembari berbalik badan.
"Pernah. Humm. Mungkin?"
"Mungkin?"
Jimin mengangguk, "Kita beberapa kali bertemu sebenarnya namun hanya aku yang melihatmu, Sunbae."
Yoongi tak paham tapi dia anggukan kepalanya satu kali.
"Terserah saja. Jadi apa yang ingin kau katakan padaku?"
Jimin sedikit terhenyak dengan sikap Yoongi yang tak kenal basa-basi."Apa boleh aku mengatakannya langsung, Sunbae?"
Yoongi merotasikan bola matanya malas, "Langsung ke intinya saja."
Jimin mengangguk senang, tawanya lepas setelah itu.
"Woah, baiklah kalau begitu", tatapan Jimin berubah serius pada Yoongi. Kakinya melangkah untuk mendekat pada Yoongi sembari melipat kedua tangannya di depan dada."Sunbae, apa kau mau kuberitau satu rahasia?", tanya Jimin setengah berbisik. "Ini mengenai Jeon Jungkook."
Yoongi mengerjap, "Untuk apa kau memberitahuku kalau soal dia?"
"Karena ini juga berhubungan denganmu, Sunbae. Dan aku rasa kau pantas mengetahuinya."
Awalnya Yoongi sama sekali tak menaruh minat pada ocehan Jimin, namun begitu tau bahwa dirinya disangkutpautkan, Yoongi seketika penasaran."Mengetahui soal apa?", tanya Yoongi.
Jimin menyeringai senang, "Apakah kau sadar bahwa Jungkook sedang mendekatimu?"
"I-iya. Humm. Kurasa."
Yoongi mengusap tengkuknya, kikuk. Karena jadi teringat insiden pernyataan cinta Jungkook padanya di kelas tadi.
"Apa kau menyukainya?", Jimin bertanya lagi. Kali ini raut wajahnya lebih serius dari sebelumnya.
"Mwo?"
Jimin mendengus geli, "Sunbae, kalau kau merasa ada sesuatu terhadap Jungkook, lebih baik kau enyahkan sekarang juga."
Dahi Yoongi mengernyit lagi.
"Hah?"
"Jungkook bukan orang yang baik untukmu, Sunbae. Percayalah."
"Bagaimana aku bisa memercayaimu sedangkan kita saja baru bertemu?"
"Lalu bagaimana jika aku mempunyai bukti kuat untuk hal itu?"
"Bukti?"Jimin menganggukkan kepalanya dua kali.
"Sunbae, kuberitahu kau satu hal. Jungkook tidak benar-benar menyukaimu. Dia mendekatimu hanya untuk membuat seseorang cemburu. Lagipula Jungkook menyukai gadis berambut panjang, bukan pemuda berwajah pucat sepertimu", Jimin tertawa remeh. "Mendekati senior hanya untuk ajang balas dendam. Ugh, konyol sekali, bukan?"Yoongi tertegun mendengarnya. Meski sebenarnya dia tak sepenuhnya percaya dengan segala ucapan Jimin, tapi tidak memungkiri bahwa pikirannya sedikit terpengaruh. Terlebih dia sendiri juga belum terlalu lama mengenal Jungkook dan belum paham bagaimana watak adik kelasnya itu. Tapi memercayai seseorang yang baru dikenalnya juga terdengar tidak bijaksana. Belum tentu apa yang dikatakan Jimin itu benar.
Masalahnya, bagaimana jika itu benar?
Jimin yang melihat Yoongi tertegun seketika tersenyum lebar. Hatinya puas dan lega seketika karena memengaruhi Yoongi ternyata tak sesulit yang dibayangkan.
"Sunbae, aku memberitahumu ini supaya kau tidak ceroboh dan masuk dalam perangkap Jungkook. Pikirkan baik-baik jika kau ingin hatimu selamat."
Selepas berkata seperti itu, Jimin melenggang pergi meninggalkan Yoongi yang termangu.Yoongi membuang napas kasar, "Huh. Terserah saja aku tak peduli", setelah membasuh wajahnya Yoongipun ke luar dari toilet.
Tanpa menyadari bahwa di satu bilik, ada seseorang yang mendengar percakapan mereka.
Kena kau!
...
Next day..
"Paman, siapkan mobil dan antar aku ke stasiun!", seru Taehyung pada supir keluarga Kim yang tengah menikmati kopi di teras rumah.
"Eoh? Ne, Taetae. Memangnya Taetae mau pergi ke mana?"
Taehyung tersenyum girang, "Aku mau ke Daegu!"
"Daegu?! Kenapa tiba-tiba?"
"Hanya ingin jalan-jalan saja. Paman tenang saja, aku pergi bersama Hoseok", ujar Taehyung kemudian berlari mengambil ransel dan jaketnya.Di rumahnya, Hoseokpun tengah bersiap untuk pergi. Sepatu sudah diikat, topi sudah dikenakan, dan ransel sudah di punggungnya. Tapi begitu kakinya melangkah ke luar rumahㅡ
"Hoseok-ah, ayo kita nonton konser!"
ㅡNamjoon sudah berdiri rapi lengkap dengan senyumnya yang mengembang, sembari mengibaskan dua tiket di tangannya.
Hoseok tercekat.
"Apa kau mau pergi?", tanya Namjoon yang melihat ransel besar Hoseok.
Pemuda Jung itu mengangguk pelan, "Aku mau ke Daegu."
"Sendirian?"
"Tidak, aku pergi dengan Taehyung."Mendengar jawaban Hoseok, senyum Namjoon lenyap tak bersisa dan berganti raut kecewa yang amat kentara.
"Padahal aku menyiapkan dua tiket konser Eric Nam untuk kita. Sayang sekali", Namjoon mendengus.
"Namjoon-ah.. "
"Aku mengerti. Pergilah", lirih Namjoon tak rela.Hoseok jadi dilema sekarang. Lagi-lagi dia dihadapkan pada pilihan super sulit. Terlebih jika harus memilih antara Taehyung atau Namjoon. Sejak dulu Hoseok selalu lemah dalam hal ini, karena jika ingin menuruti apa kata hatinya, ia ingin memilih keduanya. Atau lebih baik, dia tidak memilih sama sekali.
Meski akhirnya ia putuskan untuk lebih memilih Taehyung.
Lalu bagaimana kali ini? Dia terlanjur janjian dengan Taehyung pergi ke Daegu hari ini. Tapi Namjoon juga sudah susah payah mendapatkan dua tiket konser untuk mereka. Hati Hoseok gundah gulana, gelisah dan tak tau harus bagaimana. Karena tentu saja dia tidak ingin ada yang kecewa, dia tidak mau ada yang merasa terluka.
Tapi pada akhirnya dia tetap harus memilih, bukan?
Hoseok mengambil ponsel di saku jaketnya lalu menekan nomor Taehyung dengan cepat.
"Tae? Kau di mana?"
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
To be continued..
****
Pendek aja dulu ya. Uhu
KAMU SEDANG MEMBACA
4 in LOVE ✔
FanfictionEmpat sahabat yang mencari serpihan hati mereka yang hilang. Siapakah orang pertama yang beruntung mendapatkannya?