Help me, it's like the walls are caving in
Sometimes I feel like giving up
No medicine is strong enough
Someone help me
I'm crawling in my skin
Sometimes I feel like giving up
But I just can't
It isn't in my bloodNamjoon mengeraskan volume radionya ketika lagu In My Blood terputar sebelum akhirnya kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya terpejam sembari melantunkan lirik lagu yang sudah dihapalnya di luar kepala.
"It isn't in my blood.. I need somebody now.. I need somebody now.. Someone to help me out"
Berkali ia menghela napas berat, terus mencoba menenangkan pikiran juga hatinya. Menetralkan rasa yang begitu ngilu dalam rongga dadanya. Saat dia teringat gadis itu tiba-tiba ke luar lalu mengejarnya. Menggenggam tangannya erat dengan tatapan memelas dan berkaca-kaca.
"Tolong rahasiakan ini pada siapapun oke? Kumohon, Namjoon-ah."
Tidak ada respon yang diberikan pemuda jangkung itu selain anggukan kepala juga senyum yang amat kaku. Meski begitu, si gadis tetap berterima kasih padanya lalu kembali masuk ke dalam ruang klub teater.
Sekali lagi Namjoon mendesah pelan, diiringi dorongan kecil pada tubuhnya agar beranjak menuju meja belajarnya. Tangannya menyentuh laci meja dan dengan cepat membukanya. Ditatapnya sebentar tumpukan surat-surat itu; luapan perasaannya yang tertulis rapi untuk seorang Yoo Jiae sejak dua tahun belakangan ini.
Sudut bibirnya terangkat sedikit, kemudian tanpa pikir panjang ia keluarkan semua surat yang jumlahnya mencapai ratusan itu. Memasukkannya ke dalam kantong hitam beserta semua hal yang berbau Yoo Jiae. Polaroid, buku, dan beberapa draft naskah drama yang ia bantu tuliskan untuk gadis itu.
Sekali lagi bibirnya menyunggingkan senyum, sebuah senyum miris saat melempar kantong hitam itu ke dalam truk sampah yang kebetulan sekali lewat di depan rumahnya.Dan dengan begitu, resmi sudah ia membuang segala perasaannya pada seorang Yoo Jiae.
....
Next day..
Untuk kesekian kalinya perut Taehyung menolak bersahabat dengan makanan pedas. Entah ia harus berterima kasih pada Jimin yang dengan senang hati membawakan sandwich sosis dengan saus cabe untuk bekal makan sarapan mereka berlima--Jungkook juga termasuk meski tak sekelas, atau memakinya karena sudah berhasil membuat perutnya bergejolak di tengah kuis pelajaran Kimia.
"Aku menyesal tidak bertanya lebih dulu tadi. Sial", umpat Taehyung yang baru menghabiskan duapuluh menitnya di bilik toilet.
"Apa yang sedang kau sesali?"
Taehyung yang sedang mencuci tangannya di wastafel seketika menoleh pada si pemilik suara, Min Yoongi.
"Ah, tidak ada. Hehe", sahut Taehyung dengan cengiran anehnya. Namun tak lama matanya terbelalak karena melihat wajah Yoongi yang begitu pucat lengkap dengan lubang hidung berwarna merah pekat.
Astaga dia mimisan lagi!
"Sunbae, kau baik-baik saja?", Taehyung spontan menangkup satu sisi wajah Min Yoongi lalu menatapnya lekat-lekat. "Apa kepalamu sakit lagi? Mau aku panggilkan Im-Ssaem?"
Yoongi mengerjap sebentar lalu terkekeh kemudian.
"Ah, harusnya aku tetap duduk di tepi lapangan dan tidak perlu ikut berebut bola demi mencetak skor", ucap pemuda mungil itu sambil membersihkan hidungnya dengan tissue. "Padahal tadi sudah dapat peringatan tapi aku terlalu gatal jika tidak mendribble bola."
Taehyung tertegun, "Kau.. Bermain basket?"
"Hari ini jadwalku olahraga, Taehyung", Yoongi menunjuk seragam olahraganya.
"Ooh, begitu", Taehyung mengangguk mengerti sebelum akhirnya kembali menangkup pipi Yoongi, hingga si empunya tersentak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 in LOVE ✔
FanfictionEmpat sahabat yang mencari serpihan hati mereka yang hilang. Siapakah orang pertama yang beruntung mendapatkannya?