Yoongi menatap layar ponselnya sembari menghela napas berat. Berkali ia coba mengetik sesuatu, tapi langsung ia hapus. Ia menggigit bibir bawahnya, membaca ulang rentetan pesan singkat yang masuk secara membabi buta di sana, dari pengirim yang sama.
Good morning, Min Sunbae! Sarapan apa pagi ini?
Sunbae, aku menunggumu di depan gerbang. Cepatlah datang!
Tadi Hoseok Hyung menarikku. Aku menunggumu di kantin, Sunbae.
Sunbae, kenapa pesanku tidak dibalas?
Sunbae, apakah kau tidak datang ke sekolah hari ini? Aku belum juga melihatmu.
Min Sunbae, tolong balas pesanku.
Jangan buat aku cemas, Sunbae. Balaslah pesanku.
Kenapa nomormu tidak aktif? Kau di mana? Aku di ruang musik sendirian.
Sunbae, apa kau menghindariku? Aku hanya ingin bertemu denganmu, berbincang banyak hal tentang musik. Kau yang sendiri mengatakan padaku bahwa aku memiliki bakat. Kau suka suaraku. Apa kau mengatakannya dengan becanda?
Yoongi Hyung, jebal. Balaslah pesanku. Aku bisa gila jika kau mendiamiku begini.
Apakah aku mengganggumu? Maaf.
Sunbae, bicaralah padaku lagi lain kali. Aku menunggumu.
Sekali lagi Yoongi menghela napas panjang.
"Apakah aku perlu membalasnya? Kenapa dia berlebihan begini? Ck, merepotkan saja.""Siapa yang kau bilang merepotkan?"
Yoongi tersentak begitu seorang pria jangkung masuk ke dalam kamar inapnya. "Apa kau punya kekasih?"
Yoongi berdecih, "Kenapa kau jadi suka ke sini? Dan kenapa aku belum boleh pulang juga?"
Im Jaebum, pria yang notabene adalah kakak kandungnya itu mengusak surai Yoongi gemas.
"Kau masih belum pulih. Tunggulah sampai dua hari lagi, Yoongi-ya", ujarnya kemudian mengambil kontainer berisi bubur untuk Yoongi.
"Jja, makanlah dulu".
Baru saja tangannya terangkat untuk menyuapi Yoongi, si pemuda mungil buru-buru mengambil alih sendok dan menyuapkan ke mulutnya sendiri.
"Aku bukan anak kecil lagi, Hyung", tukas Yoongi ketus.
Jaebum hanya terkekeh mendengarnya."Omong-omong, dari kemarin ponselmu berbunyi terus", celetuk Jaebum dengan dagu menunjuk ke arah ponsel Yoongi yang tergeletak di ranjang.
"Apa kau punya kekasih?"
Yoongi menggeleng, "Tidak."
"Lalu?"
"Kenapa kau bertanya?"
"Karena aku mau tau."
"Kenapa kau mau tau?"
"Memangnya salah jika seorang kakak bertanya soal kekasih adiknya?"
Yoongi merotasikan bola matanya jengah.
"Aku tidak punya kekasih sejak dulu, Hyung. Kau pikir aku sempat memikirkan kekasih di saat kondisiku begini?"Jaebum tertegun. Benar juga apa yang dikatakan Yoongi. Ia bahkan sempat lupa bahwa selama 18 tahun hidupnya, Yoongi begitu membatasi pergaulannya sendiri. Temannya saja bisa dihitung dengan jari. Terlebih saat memasuki masa sekolah menengah atas di mana Jaebum juga bekerja di sana sebagai guru kesehatan, dia bisa melihat sendiri bagaimana adiknya itu berinteraksi dengan teman-temannya.
Selain nama Kim Seokjin dan Yoo Kihyun yang teman sekelas dan teman satu klub Yoongi, Jaebum tidak tau lagi siapa teman adiknya itu."Lalu siapa yang sibuk mengirimu pesan dan menelponmu itu?", tanya Jaebum lagi.
Yoongi menghela napas pendek.
"Hanya seorang junior yang ingin dekat denganku", jawab Yoongi sekenanya.
Jaebum terbelalak, "Jinjja? Woah, Min Yoongi. Kau.. Ada yang tertarik padamu, begitu?"
"Entahlah", Yoongi mengendikkan bahunya. "Tapi kuharap dia tidak seperti itu."
"Kenapa?"
"Kau bertanya terus tidak lelah?", cibir Yoongi kesal.
Jaebum berdecak, "Apa kau tidak ingin berkencan, huh? Nikmatilah masa mudamu, berkawanlah dengan banyak orang, kencanilah gadis yang kau suka dan berhentilah membatasi dirimu, Yoongi-ya."
Yoongi tersenyum miring.
"Menurutmu apakah aku punya waktu untuk semua itu, Hyung?"
"Yoongi-ya.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
4 in LOVE ✔
ФанфикEmpat sahabat yang mencari serpihan hati mereka yang hilang. Siapakah orang pertama yang beruntung mendapatkannya?