Seven

1.6K 280 11
                                    

Hoseok hanya bisa berdecak heran saat melihat raut wajah 'cerah' Namjoon ketika gadis itu menghampirinya di kelas. Mata pemuda berlesung pipi itu berbinar-binar ketika berhadapan dengan wajah manis seorang Yoo Jiae.
Tapi sebenarnya bukan itu yang diherankan oleh Hoseok kan?

"Aku mengandalkanmu, Namjoonie. Gomapta!", seru Jiae sembari berlari kecil ke luar kelas dengan mata Namjoon yang masih terus memandanginya hingga benar-benar menghilang.
Namjoon tersenyum sendiri lalu mengambil beberapa lembar naskah drama yang diberikan Jiae barusan.

"Dia melakukannya lagi?", Hoseok menggelengkan kepalanya. "Kau ini sudah seperti budaknya saja."
Senyum Namjoon buyar saat celetukan pedas Hoseok terdengar di telinganya.
"Apa masalahmu, Seok?"
"Aku hanya kasihan padamu yang selalu dimanfaatkan oleh gadis itu. Tak bisakah kau menolaknya meski satu kali?"
Namjoon mendengus, "Aku tidak pernah merasa dimanfaatkan oleh Jiae Noona. Lagipula aku melakukannya karena aku ingin."
Hoseok merotasikan bola matanya terhibur, "Ayolah, Joon. Jangan karena alasan kau menyukainya, kau jadi kehilangan akal sehatmu. Sudah jelas dia hanya memanfaatkanmu."
Sekali lagi Namjoon mendengus. Jengah.
"Kalaupun dia memanfaatkanku, aku akan bersyukur karena sudah bermanfaat baginya."

Hoseok berdecak lagi. Terkadang IQ 148 Namjoon tidak berfungsi jika logikanya terhalang ego setinggi gunung Halla.

"Terserah kau sajalah", ujar Hoseok akhirnya. Kemudian kembali pada buku tugas Matematikanya, bersamaan dengan Jimin dan Taehyung memasuki kelas.

"Namjoonie, Taetae kembali!", seru Jimin girang.
"Ya, Kim Taehyung. Dari mana saja kau?!", tanya Namjoon heboh.
Taehyung pun duduk di sebelah Hoseok setelah tergesa mengambil bukunya di dalam tas.
"Nanti saja kalau mau bertanya. Aku harus mengerjakan tugas ini agar tidak diberi minus oleh Kang-Ssaem!",
Taehyungpun segera menyalin tugas di buku Hoseok. Berhubung dia melewatkan kuis maka tugasnya ditambah.
"Kalau tidak mau diberi minus harusnya kau tidak membolos, alien!", tukas Hoseok kemudian membiarkan Taehyung menyalin tugasnya.
"Aiisshh! Aku berada dalam situasi darurat tadi!"
"Tae, aku sudah selesai. Kau boleh salin punyaku", ujar Jimin dengan senyum bak malaikatnya sembari meletakkan buku tugasnya di meja Taehyung. Membuat tiga pasang mata terbelalak melihatnya.

"Woah, Jiminie. Kau baik hati sekali eoh?", Namjoon berdecak kagum.
"Ya, Jimin-ah. Kenapa hanya alien ini yang kau pedulikan? Bagaimana denganku? Kau pilih kasih!", Hoseok mencebikkan bibirnya sok marah.
"Aaah, apakah tidak apa-apa? Gomawo, Park Jimin", Taehyung tersenyum lebar lalu kembali melanjutkan menyalin tugas.
Jimin mengangguk sambil tersenyum.
"Aku senang jika bisa membantumu, Tae. Hobi-ya kalau kau perlu bantuanku juga tidak perlu sungkan, ne. Namjoonpun."
"Apakah tidak merepotkanmu?", tanya Namjoon yang dibalas gelengan kepala oleh Jimin.

"Aku akan bersyukur jika bisa bermanfaat bagi kalian."

Mendengar itu sontak Hoseok dan Namjoon sama-sama tertegun. Sesaat mereka saling pandang. Melempar kata lewat tatapan yang hanya dimengerti mereka berdua.

.

"Jadi", Namjoon melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau tadi kabur ke mana?"
Saat ini sudah jam istirahat dan mereka berempat berkumpul di kantin.
"Tae, tadi aku sudah takut kalau kau marah dan tidak mau masuk ke kelas karena aku menumpahkan jus jeruk di bajumu. Mianhae.", lirih Jimin menyesal. Hoseok yang duduk di sampingnya menepuk bahunya menenangkan.
Taehyung menghela napas pendek, "Sesuatu terjadi tadi pagi saat aku ke toilet. Dan itu bukan karenamu Jimin-ah", ujar Taehyung.
"Lalu kenapa? Sudah kubilang kan kau tidak boleh melewatkan kuis matematika", susul Hoseok.
"Aku tau, tapi keadaannya sungguh mendesak dan tidak memungkinkan tadi."
"Memangnya kau tadi ke mana?", tanya Hoseok lagi.
"Jadi sebenarnya tadiㅡ"

"Kookie!", seru Jimin girang saat melihat anggota termuda grup mereka datang menghampiri, dengan wajah tertekuk.
Jungkook hanya bergumam pelan lalu mengambil duduk di sebelah Taehyung.

"Ah, sebelum itu", Taehyung menepuk bahu Jungkook pelan. "Jungkook-ah, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu."
Jungkook menautkan kedua alisnya, "Tanya soal apa, Hyung?"
Taehyung menggigit bibirnya sendiri. Entah kenapa ia merasa sedikit gugup saat ini. Karena apa yang akan ditanyakannya bukanlah hal yang harusnya ia urusi. Harusnya ia bisa cuek dan tak acuh jika mengenai masalah asmara temannya sendiri. Tapi kali ini, entahlah, Taehyung ingin berbuat sesuatu.

Pikirannya kembali pada sosok yang tadi pagi ia bawa ke rumah sakit, yang memberinya corak merah pada seragamnya. Sosok dengan wajah pucat namun manis itu, yang tiba-tiba saja mengusik pikirannya.
Min Yoongi, seniornya yang sedang dalam masa incaran seorang Jeon Jungkook.

"Apakah kau serius dengan Min Sunbae?", tanya Taehyung dengan wajah serius.
Jungkook terkesiap. Sedikit kaget karena tidak menyangka pertanyaan macam itu akan ke luar dari mulut Taehyung.
"Apa maksudmu, Hyung?"
"Aku hanya bertanya, apa kau benar-benar tertarik padanya atau hanya ingin menjadikannya objek agar Yein cemburu?"
"Wow wow wow", Hoseok menangkup kedua tangannya di pipinya. "Taehyung-ah, ige mwoya? Kenapa kau jadi penasaran begitu? Tidak seperti biasanya saja."
"Diamlah dulu, Hob!"
Kemudian Hoseok mengatupkan bibirnya setelah berdecih kesal.

"Kenapa kau bertanya, Hyung?", Jungkook mengernyitkan dahinya, "Kenapa tiba-tibaㅡ"
"Jawab saja, Kook. Kau sungguh menyukainya atau tidak?", tegas Taehyung.
"Masalahmu apa, Hyung? Jangan bilang kalau kau jugaㅡ"
"Jika kau mendekatinya hanya untuk diperalat, lebih baik hentikan sekarang juga Jeon."

Taehyung kembali teringat sosok itu, yang kini masih terbaring lemah dengan jarum infus menancap di tangannya. Taehyung teringat lagi betapa pucat wajah manis itu, teringat lagi bagaimana si manis berterima kasih padanya dan meminta maaf karena menodai seragamnya. Dan tanpa dirasa sebelumnya, dada Taehyung berdesir kala mengingat segala hal tentang Min Yoongi.

Memang, bukan urusan Taehyung jika Yoongi menjalin hubungan dengan siapapun termasuk Jungkook. Tapi yang mengganggu pikirannya sekarang adalah, jika Jungkook hanya memanfaatkan Yoongi agar Yein cemburu-- tanpa mengetahui keadaan fisik Yoongi yang lemah itu. Demi apapun, Taehyung tidak bisa menerimanya.

"Berhentilah jika kau hanya ingin bermain-main dengannya, Jungkook-ah. Cari saja orang lain yangㅡ"
"Aku tertarik padanya, Hyung. Dan aku tidak main-main sekarang."

Jawaban tegas Jungkook sontak membuat empat pasang mata terbelalak. Terutama pemilik sepasang mata bak bulan sabit itu. Bukan hanya terhenyak tak percaya, tapi hatinya kembali terasa diiris belati.

Taehyung mendengus, "Ya, sejak kapan kauㅡ"
"Sudah kubilang kali ini aku tidak akan main-main, Hyung. Aku ingin mendapatkan Yoongi Sunbae!", tegas Jungkook dengan tatapan mata yang menukik tajam pada iris gelap Taehyung.
"Aku sungguh-sungguh, Hyung."

Taehyung menghela napas panjang.
"Kuharap kau bisa pegang kata-katamu sendiri, Jeon."
Setelah berkata seperti itu Taehyung melenggang pergi meninggalkan kantin. Menyisakan empat kawannya yang saling pandang, bingung.

"Dia sebenarnya kenapa?", gumam Jungkook geleng-geleng kepala.
"Apakah terjadi sesuatu antara dia dan Yoongi Sunbae?", tanya Namjoon entah pada siapa.
"Kurasa tidak mungkin", tepis Jungkook tanpa ragu. "Aku rasa dia hanya tak suka dengan sifat pendendamku saja."
"Bukankah dia bilang kalau tidak mengenal Yoongi Sunbae meski mereka pernah satu klub?", Hoseok menimpali.
"Tapi bukan berarti mereka tidak terlibat apapun sama sekali kan? Yah, meski ada satu hal yang masih jadi pertanyaan besar", Namjoon mendengus lesu.

"Sebenarnya tadi dia menghilang ke mana?"

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

To be continued..

4 in LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang