Twenty Five

1.4K 241 75
                                    

"Apa kau serius dengan ucapanmu?"

Hoseok meneguk teh rasa peppermint favoritnya saat pertanyaan itu ke luar dari mulut Namjoon, memecah kesunyian pasca tiga kawan mereka yang lain pulang beberapa menit lalu.

"Soal apa?", tanya Hoseok balik.
"Apa kau serius membiarkanku bersama dia?", Namjoon menatap lurus Hoseok, yang dibalas anggukan tanpa ragu.
"Tentu saja. Kurasa dia lebih membutuhkanmu dari pada aku."
Namjoon tersenyum miring, jawaban Hoseok terdengar begitu nyelekit di telinganya.

"Apa ini karena Taehyung?"
Hoseok mendelik, nyaris menyemburkan teh ke muka Namjoon saking kagetnya.
"Ya! Aku dan Taehyung tidakㅡ"
"Aku tau kau pernah begitu menyukai Lee Mijoo, tapi aku juga tau kau lebih dulu menaruh hati pada Taehyung. Benar kan?"
Hoseok menganga dengan tidak elitnya selama beberapa detik. Namun setelah itu tawanya mengudara, seolah mengejek kesoktahuan seorang Kim Namjoon.

"Ke mana IQ 148mu itu, Joon? Hahahaha, kau bodoh sekali astaga!", Hoseok memegang perutnya akibat tertawa lantang.
Namjoon mengerutkan dahinya, bingung.
"Aku tidak menyukai Taehyung. Dia hanya seorang teman kecil yang ingin selalu aku pedulikan. Aku tidak pernah merasakan hal selain itu, Namjoon-ah."

Namjoon tertegun, tapi sedetik kemudian dia mendengus kasar.
"Bohong. Buktinya kau selalu saja membelanya. Kau selalu saja mengutamakan Taehyung dibandingkan denganku!"
"Aaah, apa seorang Kim Namjoon sedang cemburu sekarang?", goda Hoseok sambil mencolek-colek dagu pemuda berkacamata itu.
"Aku tidak cemburu, Jung!", Namjoon berdecih, "Ini hanya perasaan tidak suka yang sedikit berlebihan."
"Apa bedanya sih?", Hoseok tertawa lagi.

"Lantas apa masalahnya?", Namjoon tertunduk, membuat tawa Hoseok berhenti seketika. Diangkatnya tangan kanannya untuk mengusap surai cokelat Namjoon dengan lembut.

"Geunyang-", Hoseok menghela napas pendek. "Kurasa lebih baik kita menjaga persahabatan kita, Namjoon-ah. Biarkan semuanya tetap seperti ini tanpa ada yang berubah. Aku lebih takut kehilangan sahabatku, dibandingkan kehilangan.. Ehm. Kekasihku. Mijoo buktinya. Aku bisa dengan mudah melepaskannya karena aku masih punya kau, Taehyung, Jungkook dan juga Jimin untuk menemaniku. Bagiku itu sudah cukup, dan aku bersyukur karenanya."

Namjoon menatap binar Hoseok lekat-lekat. Binar ketulusan yang selalu Namjoon kagumi dari pemuda Jung itu. Tatapan lembut dan senyum secerah matahari yang membuat Namjoon luluh sejak awal bertemu, menghentakkan hati sekeras batunya dalam sekejap.
Namjoon tersenyum dengan tangan terangkat ke wajah Hoseok. Ditangkupnya pipi tirus si matahari tanpa melepas tatapannya. Mencoba mengikis jarak atas dorongan hati yang memberontak.

Cup.

Hoseok tersentak, bersamaan dengan degup jantungnya yang tak terkontrol saat bibir tebal Namjoon menyapa keningnya. Menempel di sana cukup lama hingga membuatnya menutup mata. Menikmati perasaan yang menggebu dalam hati meski nyatanya ia tak bisa jika harus lebih dari ini. Hoseok mau tak mau harus menahannya, dan sebuah dorongan di dada Namjoon pada detik ke sepuluh mengakhiri kecupan itu.

"Entah kenapa ini terasa menyakitkan. Tapi apa kau tau sisi terbaiknya? Aku sudah tau perasaanmu yang sebenarnya, Hoseok-ah."

...

Yoongi menopangkan dagunya, bosan. Dalam hati sudah memaki teman sekelas juga guru olahraganya karena dilarang memasuki lapangan basket-apalagi bermain dengan bola berdesing warna oranye itu.
Dari jauh Kihyun melambaikan tangan sembari menjulurkan lidah, mengejek Yoongi yang hanya terduduk lesu di tribun. Seokjin tak mau kalah, ia tertawa lantang lengkap dengan telunjuk mengarah pada Yoongi, membuat teman-teman lain ikut menertawainya.

Kesal, Yoongi beranjak dari duduknya dan berniat pergi ke kantin. Tapi begitu kakinya menuruni tangga, ia tersandung sepatunya sendiri lalu,

Brukk!!

4 in LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang