Duukkk!!
Pemuda tinggi berkulit tan itu menjatuhkan kepalanya sendiri di atas meja. Keras. Dan penuh niat. Seakan mengabaikan efek samping yang akan terjadi pada kepalanya setelah benturan yang disengaja itu.
Di tangannya, selembar foto yang menampakkan wajah pemuda manis tengah tersenyum lebar nyaris tak berbentuk akibat terlalu banyak diremas oleh si empunya.Si pemuda tersenyum miris, "Kenapa aku masih menyimpan ini?",lirihnya kemudian menyimpan foto itu di saku jasnya.
Kembali matanya mengedari penjuru bar. Saat pelayan lewat, ia sempatkan untuk kembali memesan beberapa botol bir lagi."Yo whatsupp Kim Tae!"
Sebuah sapaan keras membuat kepalanya sedikit mendongak untuk melihat siapa yang datang.
"Kau baru satu tahun di Amerika dan sudah bergaya seperti itu? Ck, Kim Namjoon kau sungguh norak!"
Cibiran Taehyung tidak diindakan si pemilik lesung pipi itu.
"Tidak merindukanku, eh?", Namjoon merangkul Taehyung, menepuk punggungnya berkali-kali. "Aku senang kau makin berisi dan berotot sekarang. Tidak sia-sia juga kau pergi ke gym hampir setiap hari."Taehyung mendengus geli, "Umurku sudah 25 sekarang, Joon. Aku bukan anak SMA yang masih cuek dengan penampilan."
"Yaah, kau juga jadi pemabuk sekarang. Aku jadi rindu Kim Taehyung yang lugu dan kekanakan", Namjoon menggeleng sendu.
"Apa-apaan kau ini, menggelikan!", lengan Namjoon menjadi sasaran pukul Taehyung."Omong-omong", celetuk Namjoon setelah pelayan mengantar satu gelas cocktail untuknya. "Aku ingin meminta pendapatmu, Tae."
Namjoon mengambil sesuatu dari saku mantelnya yang ternyata adalah sebuah kotak merah. Taehyung memicingkan matanya, mencoba menelisik apa isinya."Jangan bilang itu.. Cincin?"
Namjoon mengangguk dengan senyum lebar terulas di wajahnya.
"Selama tiga tahun aku mengumpulkan keberanian untuk ini. Dan kurasa sekarang adalah waktu yang paling tepat."
"Kau yakin dia mau menerimamu, eh? Kenapa aku yang tidak yakin ya?", cibir Taehyung sembari terkikik.
Namjoon merotasikan bola matanya, "Aku tidak berencana melamarmu, Tae. Jadi kau tidak harus merasa tak yakin."
"Ya tapi kanㅡ""Hai duo Kim kesayangankuuuu!"
Sebuah suara melengking muncul menginterupsi, diikuti tawa yang tak kalah nyaring.
Jung Hoseok, dengan senyum secerah matahari datang dengan satu paper bag ukuran besar."Itu apa?", tanya Taehyung langsung tertuju pada benda yang dibawa Hoseok.
"Aigooo, tidak bisakah kalian menyapaku dulu. Bertanya kabar, atau semacamnya!", kesal Hoseok lengkap dengan bibir mengerucut.
"Iya iya, bagaimana kabarmu Jung Hosiki? Senang jadi warga Jepang sekarang, eoh?", sindir Namjoon dibalas satu pukulan main-main di kepala.
"Aku masih warga negara Korea Selatan, Kim Nam! Lagipula kontrakku di Jepang hanya lima tahun kok", balas Hoseok kemudian menyerahkan paper bag itu pada kedua kawannya itu."Aku hanya membeli brand yang kusukai untuk kalian. Terserah mau diterima atau tidak", tambah Hoseok yang diabaikan Taehyung. Karena selepas itu ia mengambil hoodie bertuliskan Mastermind di bagian dada sebelum Namjoon yang mengambilnya lebih dulu.
"Ini keren! Terima kasih, Hosikiiii!", Taehyung segera menghamburkan diri untuk memeluk Hoseok namun tangan Namjoon menahan pergerakannya."Tidak usah berlebihan!", sinis Namjoon sembari mendelik kesal.
"Woaah, apa ini? Kau masih saja cemburu pada Taehyung, eh, Kim Namjoon?", goda Hoseok sebelum matanya menangkap sesuatu mencolok di atas meja."Itu apa?", tunjuk Hoseok pada kotak merah itu.
"Cincin lamaran", jawab Taehyung enteng. Mengabaikan pelototan Namjoon, memberi kode agar tidak memberitahu pada pemuda Jung itu.
Hoseok mengangguk paham, "Aaah, rupanya ada yang mau menikah di sini? Kapan kau akan melakukannya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
4 in LOVE ✔
FanfictionEmpat sahabat yang mencari serpihan hati mereka yang hilang. Siapakah orang pertama yang beruntung mendapatkannya?