Twenty One

1.2K 244 133
                                    

"Sunbae"

Lirih Taehyung yang membuat Jungkook berbalik badan secepat kilat. Kaki jenjangnya dengan cepat mendekat pada si mungil yang mematung di ambang pintu.

"Kau di sini?", Jungkook mengusap tengkuknya, kikuk. "Kau... Dengar semuanya?"
Yoongi membuang napas kasar saat mendapati Taehyung mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Iya. Semuanya", Yoongi menekan kata semuanya masih dengan memandang Taehyung yang kini duduk berdampingan dengan Namjoon, entah membicarakan apa.
Sedang di sisi lain Jimin berada dalam dekapan Hoseok yang menenangkannya, berusaha untuk menahan tangisnya yang hampir pecah.

"A-aku. I-itu", Jungkook terbata, karena Yoongi balas menatapnya tanpa ekspresi. Tapi entah keberanian dari mana ia nekad meraih jemari Yoongi, menggenggamnya lembut.
"Sunbae, aku pernah mengatakan padamu sebelumnya bahwa aku sungguh menyukaimu. Dan sekali lagi aku ingin menyatakan kalauㅡ"

"Baiklah."
Satu kata yang ke luar dari mulut Yoongi sontak membuat Jungkook terbelalak.
"A-apa?"
Yoongi menghela napasnya, "Baiklah, Jeon Jungkook.

Aku menerima perasaanmu."

DEG!

Dua detik setelah itu, Jungkook merasa tubuhnya ditaburi jutaan bunga. Matanya membola, terperangah bahagia. Senyumnya mengembang seperti adonan diberi ragi. Dan tangannya menarik Yoongi agar masuk dalam dekapannya dengan posesif. Tak lupa seringaian penuh kemenangan ia berikan pada seorang marga Kim di sana, yang hanya tersenyum tipis melihatnya. Mengabaikan raut sedih pemuda dengan eye smile yang kemarin menyatakan cinta padanya. Dan tak memedulikan dua kawan lain yang saling pandang, membagi rasa bingung yang sama.

Jungkook, ketika sudah terperangkap dalam bahagianya sendiri, lupa dan tak acuh dengan segalanya.
Termasuk tatapan miris Yoongi yang masih tak juga lepas pada seorang Kim Taehyung yang lagi-lagi memalingkan muka darinya.

...

Yoongi menopangkan dagunya, lesu, di tengah guru sejarah menjelaskan tentang runtuhnya dinasti Goryeo di depan kelas. Matanya tak fokus ke buku, melainkan ke luar jendela. Jemarinya memainkan pulpen, mengetukkan ke buku, memberi irama yang cukup mengusik konsenterasi Kihyun yang duduk di sebelahnya.

"Ya, hentikan!', bisik Kihyun sembari berdecak kesal. Yoongi menoleh tak acuh lalu kembali menatap ke luar jendela.
Kihyun tertegun karena melihat Yoongi yang nampak tak seperti biasanya. Sejarah adalah mata pelajaran favorit Yoongi, bagaimana bisa ia secuek itu?

"Kau kenapa?", bisik Kihyun sambil sesekali melirik sang guru di depan sana.
Yoongi mendesah lesu, lalu menoleh Kihyun dengan tatapan bak anak kucing minta diberi makan.

"Aku berkencan."

"MWO?!!", Kihyun sontak berjengit kaget hingga menimbulkan kegaduhan kecil dalam kelas. Yoongi menutup wajahnya sendiri, malu.

"Yoo Kihyun, kupersilakan untuk ke luar sekarang juga!"

.

Kihyun menarik Yoongi ke sebuah koridor sepi tak lama setelah bel istirahat dibunyikan.

"Kau gila? Apa kau kehilangan akal sehatmu, hah?!"
Yoongi meringis begitu Kihyun meremas kedua lengannya lengkap dengan geraman rendah. Percayalah, Kihyun sangat menyeramkan jika sudah tersulut emosi.
"Kau benar, aku memang sudah gila."
"Min Yoongi!"
Yoongi menghela napas pendek, "Semuanya terjadi begitu saja, Kihyun-ah. Aku.. Tiba-tiba saja tidak bisa mengontrol pikiranku. Aku, aku hanyaㅡ"

Mungkin aku hanya kesal karena 'dia' mengabaikanku.

"Jeon Jungkook hanya mempermainkanmu, Yoong! Aku tidak terima jika dia yang menjadi kekasihmu!",Kihyun membuang napas kasar.

4 in LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang