"Sunbae, apa aku boleh bertanya?"
"Tanya saja."
"Apa kau-ehm. Kau, menyukai- ah tidak. Maksudku, apa kau.. Sudah menyukaiku?"
Jungkook berjalan lesu menuju ruang inap Yoongi, di depannya ada Taehyung dan Jaebum yang berlari kecil. Sekilas ia teringat pertanyaan yang belum sempat dijawab Yoongi padanya. Hanya pertanyaan sepele, yang memerlukan kata 'ya' atau 'tidak' untuk menjawabnya. Sayangnya, satu katapun tidak pernah dilontarkan pemuda Min itu sebagai jawaban.
Yang dirasakan Jungkook selama ini, sikap Yoongi tak jauh berbeda saat masih berstatus teman hingga berganti menjadi kekasih. Sempat terpikir dalam benak Jungkook bahwa Yoongi menerimanya hanya karena terpaksa, bukan karena memiliki perasaan yang sama. Bahkan si mungil pucat itu sama sekali tidak pernah membalas pernyataan cinta Jungkook.Lucunya ada orang lain yang justru terang-terangan mengaku suka padanya.
Jungkook meringis kecil. Hatinya terguncang saat menerima kenyataan bahwa nama yang disebut Yoongi pascasiuman bukanlah dirinya, melainkan Taehyung.
Pertanyaannya, kenapa Taehyung? Kenapa harus orang itu? Bukankah mereka berdua tidak dekat? Jungkook adalah kekasih sah Yoongi, tapi kenapa nama orang lain yang ia sebut?
Dan kenapa harus nama Kim Taehyung?!
Apa boleh Jungkook menghajar Hyungnya itu sekarang?"Ssaem", Taehyung mendadak berhenti begitu Jaebum memutar knop pintu kamar inap Yoongi.
Kepala Taehyung menoleh ke belakang, memandang betapa lesunya Jungkook di sana. Raut wajah kecewa yang kentara, juga aura tidak bersahabat yang menguar membuat perasaan Taehyung tak nyaman."Biar Jungkook saja yang masuk", ujar Taehyung membuat Jaebum terhenyak.
"Tapi Yoongi memanggilmu, bukan Jungㅡ"
"Dia kekasih Sunbae, Ssaem. Biarkan dia masuk, lagipula saya harus pulang."
Taehyung berbalik badan, mengusap kepala Jungkook sebelum melenggang pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Jaebum tertegun sesaat, namun dia kemudian ingat bahwa yang dikatakan Taehyung benar adanya."Jeon, masuklah."
Jaebum membuka knop pintu diikuti Jungkook di belakangnya. Dan setelah itu mata Jungkook langsung bertatapan dengan manik hitam milik Yoongi. Membuat si manis Min tersentak lalu menyadari sesuatu yang keliru; jika ada Jungkook bersamanya, kenapa yang ke luar dari mulutnya malah nama lain?
Ya, Yoongi seketika ingat saat ia membuka matanya, yang terlintas dalam pikirannya adalah pemuda tan itu. Kim Taehyung, si tinggi yang belakangan ini sengaja ia hindari. Sebisa mungkin Yoongi mengabaikan kontak mata yang dilakukan Taehyung padanya. Sekuat tenaga Yoongi menahan diri untuk tidak menyapa Taehyung ketika tak sengaja bertemu. Meski tidak dipungkiri dalam hati bahwa perasaannya begitu menyiksa kala melakukannya.
Yoongi masih ingin melihat Taehyung. Yoongi rindu bicara banyak hal dengan adik kelasnya itu. Yoongi ingin Taehyung menemaninya selama di rumah sakit. Seakan lupa bahwa sudah ada pemilik marga Jeon yang kini menggenggam jemarinya lembut, dan tak bosan menyatakan sayang padanya.Yoongi tak berniat menyakiti Jungkook, jujur saja. Yoongipun ingin bisa membalas kata sayang Jungkook tentu saja. Tapi semakin ia mencoba, semakin ia memikirkan bagaimana pedulinya Jungkook padanya, semakin sulit Yoongi memahami perasaannya sendiri. Ia tak bisa mengubah apapun di dalam hatinya untuk Jungkook.
Hingga detik ini -ketika bibir tipis Jungkook menemui keningnya, menyalurkan segala kekhawatiran berbumbu cinta yang tak terkira- masih belum juga menggoyahkan nama Kim Taehyung di hati Yoongi."Aku di sini, Sunbae. Aku bersamamu."
Suara Jungkook bergetar lengkap dengan gerimis kecil yang jatuh dari pelupuk matanya. Yoongi bisa apa selain mengangguk pelan dan meraih wajah pemuda itu, menghapus jejak air mata di pipinya.
"Maaf sudah membuatmu cemas, Jungkook."
.
Taehyung masih berdiri di depan pintu lift ketika bayangan Jungkook menghilang dari balik pintu. Bibirnya menyunggingkan senyum miris. Segala hal dalam dadanya terasa seperti diiris.
Bohong jika Taehyung tidak senang saat tau Yoongi menyebut namanya saat siuman. Tapi sekali lagi, ia harus tahu diri dan tidak boleh egois. Sekali lagi, Taehyung harus mengingatkan dirinya sendiri bahwa di sana ada Jungkook, yang dengan setia menunggu Yoongi. Ada Jungkook yang lebih pantas menjaga Yoongi. Bukan dirinya....
Next day..
Jimin berjalan santai sembari bersenandung pelan, sedang di tangannya sudah ada setumpuk buku tugas Bahasa Inggris yang harus ia serahkan ke gurunya. Kalau boleh, sebenarnya Jimin ingin memaki kasar Namjoon yang menyuruhnya begini padahal sudah jelas-jelas ini kan tugasnya sebagai ketua kelas. Tapi daripada memaki, Jimin memilih untuk bernyanyi saja menghibur diri.
Tapi belum sempat kakinya sampai di ruang guru, matanya menangkap sosok familiar tengah duduk di tangga dekat gudang. Itu Jeon Jungkook, dengan kepala tertunduk sembari memainkan ponselnya.
"Kau sedang apa?", tanya Jimin yang dalam waktu lima detik sudah berada di depan pemuda Jeon itu.
Mendengar ada suara yang tak asing, Jungkook mendongak perlahan. Dan tepat di saat itu Jimin bisa lihat mata sembab Jungkook yang seketika mengiris hatinya."Kookie", dengan cepat Jimin meletakkan tumpukan buku itu dan memeluk Jungkook. Tak peduli jika pemuda itu menolaknya nantinya.
"Kau kenapa, eoh? Kenapa menangis?"
Jungkook bergeming, yang terdengar hanya isakan kecil dan bahu yang bergetar pelan.
"Kookie?", panggil Jimin lagi sembari tangannya mengusap punggung Jungkook. "Ceritakan padaku apa yang terjadi? Apa ada yang menyakitimu? Siapa? Biar aku beri pelajarㅡ"Jimin tersentak begitu tangan Jungkook sudah melingkar di pinggang- membalas pelukannya. Kepalanya menyusup dalam ceruk leher Jimin, menimbulkan debaran hebat yang membuat si Park sedikit kelimpungan.
"Hyung, apa yang harus kulakukan?", lirih Jungkook. "Aku merasa tidak berguna untuknya, aku tidak mampu menjaganya dengan baik, Hyung."
Jimin mengernyit bingung sesaat, namun kemudian ia mengerti arah pembicaraan Jungkook. Ia pernah dengar dari Taehyung kalau Jungkook menemani kekasihnya di rumah sakit."Ini tentang Min Sunbae, eoh?", tanya Jimin dengan hati tidak rela. Bagaimana ia bisa menyebut seseorang yang sudah membuat Jungkook dengan tega menolaknya? Padahal kalau dipikir, semua itu juga sebenarnya bukan salah Yoongi.
"Dia sakit, Hyung", Jungkook makin terisak, "Bodohnya aku tidak mampu menjaganya. Padahal aku selalu bilang kalau aku menyukainya, aku menyayanginya. Tapi apa yang kulakukan? Aku tidak bisa-hiks, membuktikan semua ucapanku padanya, Hyung. Aku bodoh sekali."
Jimin tertegun. Selama ini yang dia lihat hubungan Jungkook dan Yoongi baik-baik saja. Mereka berangkat dan pulang sekolah bersama, makan di kantin berdua, bahkan Jimin pernah mengajak Hoseok untuk membuntuti Jungkook dan Yoongi ke toko buku- yang ia kira sebagai kencan padahal hanya beli kamus saja.
Tapi setelah mendengar Jungkook bercerita seperti ini, hati Jimin ikut tertohok sakit."Apa yang harus kulakukan Hyung? Sekarang aku merasa tak pantas berada di sisinya. Aku terlalu lemah juga payah untuk orang sekuat Sunbae. Tapiㅡ", Jungkook terbatuk -tersedak salivanya sendiri, "Tapi aku menyukainya, Hyung. Aku sangat menyukai Sunbae. Aku harus bagaimana? Katakan Hyung, aku harus bagaimana?"
Pelukan Jungkook di pinggang Jimin makin mengerat, dengan isakan yang semakin keras. Kemeja Jiminpun ikut basah karena banjir air mata Jungkook.
Sedang tangan Jimin masih telaten mengusap punggung tegap Jungkook, sembari sesekali mengecup pucuk kepalanya lembut."Aku mungkin tidak bisa membantumu untuk hal itu, Kook. Tapi-", Jimin menjauhkan tubuhnya dari Jungkook, lalu menangkup pipi basah itu.
"Aku bisa melakukan sesuatu agar perasaanmu membaik."
Jungkook mengerjap, tak paham maksud Jimin."Ada film yang ingin aku tonton Sabtu ini. Mau pergi denganku?"
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
To be continued..
****
Efek sempet ilang makanya rada ngeblank. Jadinya pendek gini deh
Uhu
Maapkeun~ :")-Min Chaera-

KAMU SEDANG MEMBACA
4 in LOVE ✔
FanfictionEmpat sahabat yang mencari serpihan hati mereka yang hilang. Siapakah orang pertama yang beruntung mendapatkannya?