Twenty Seven

1.2K 217 88
                                    

Taehyung geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakan dua kawannya, Hoseok dan Namjoon yang tak lelah mengumpati satu sama lain. Mereka bertengkar? Lebih buruk dari itu sebenarnya; mereka bertarung.

"Ya! Apa kau tidak bisa mengalah sedikit?! Kau sudah menang tiga kali sejak tadi!", Hoseok protes sembari kaki kanannya menendang paha Namjoon.
"Kau saja yang bodoh kenapa tidak bisa melawanku! Tiga kali serangan saja sudah ambruk. Dasar kuda payah!", ejek Namjoon lengkap dengan juluran lidah panjangnya.
"Apa kau bilang?!", Hoseok mendelik kesal, "Katakan sekali lagi kutinju kau sampai mampus, kutu buku mesum!"
"Sembarangan! Aku tidak mesum kuda gila!"
"Begitu? Boleh ku geledah isi otakmu sekarang juga Mr. Pervert?!"
"Kalau berani kalahkan aku dulu! Dasar tusuk gigi diberi nyawa!"
"MWOOOOOOOOOO?!", Hoseok berjengit hingga joystick di tangannya terlempar entah ke mana.

Lengkingan Hoseok membuat Taehyung menutup kedua telinganya dengan bantal. Karena sumpah demi kemeja Gucci yang baru ia beli, pekikan pemuda Jung itu mampu menulikan pendengarannya secara perlahan.

"Hobi-ya, sudah kuperingatkan padamu, jangan menantang Namjoon main Street Fighter. Kau akan kalah dengan mudah", celetuk Taehyung sembari kakinya menendang punggung Hoseok main-main.
Hoseok berdecak, "Tapi hanya game ini yang paling aku kuasai, Tae!"
"Kalau kau merasa paling menguasai, kenapa kau selalu kalah melawanku?", cibir Namjoon yang disambut cubitan mahadahsyat di pinggangnya dari Hoseok.
"Awww! Sakit Jung!", ringis Namjoon mengusap bekas cubitannya.
"Rasakan!", Hoseok berdecih lalu mengambil kembali joystick miliknya. "Ayo main lagi!"
"Dan melihatmu kalah lagi?", Namjoon tersenyum miring, "Tidak ah. Aku bosan kalau menang terus."
"Aku tidak akan kalah kali ini! Aku jamin!"
"Apa jaminanmu? Sudahlah, berapa kali kau melawanku, kau tidak akan menang Jung Hoseok-", Hoseok sudah mengangkat tangannya namun segera ditahan Namjoon yang kemudian berbisik lirih di telinga si matahari.
"-tapi mungkin lain ceritanya jika kita bertarung di tempat lain, Hob. Hmmmm, di ranjang misalnya?", Namjoon menarik alis kirinya dengan tatapan seduktif yang membuat Hoseok bergidig ngeri.

"YA KIM NAMJOOOONNN!!"

Sekali lagi Taehyung menutup kedua telinganya, lantas beranjak ke luar kamar menuju dapur untuk mengambil air dingin dan beberapa camilan lagi. Sudah masa bodoh jika dua kawannya itu bertarung sungguhan di sana.

.

"Omong-omong", Namjoon menyuap keripik kayumanis ke dalam mulutnya, "Jungkook sepertinya jadi lebih sibuk dari sebelumnya. Kalian tau kenapa?"
Pertanyaan Namjoon membuat Taehyung tertegun. Pikirannya seketika tertuju pada Jungkook yang mungkin sedang menjaga Yoongi di rumah sakit.
Ah, iapun sebenarnya juga ingin menjenguk Yoongi. Tapi berkali ia urungkan dengan alasan yang sama; Jungkook.
Ya, Jungkook adalah alasan utama Taehyung menjadi pengecut begini.

"Sunbae sakit", jawab pemuda tan itu akhirnya, "Sebagai kekasih yang baik dia harus menjaganya setiap waktu."
Hoseok mengerjap, "Benarkah? Dia sakit apa?"
Taehyung mengendikkan bahu, "Entahlah. Yang kutahu Sunbae dirawat di rumah sakit sejak dua hari lalu."
"Ah, pantas saja Jungkook makin jarang main dengan kita. Tapi kalau itu yang menjadi alasannya, kurasa kita harus memberi kemakluman", ujar Namjoon.

"Oh iya, sejak pagi aku mengirim pesan pada Jimin tapi tidak direspon", Hoseok mengecek kembali ponselnya, "Apa dia sibuk? Tapi biasanya dia paling senang jika kita berkumpul di rumah Taehyung."
"Benar juga. Atau mungkin dia ikut orangtuanya ke luar kota?", Namjoon coba menganalisa.
"Hey, orangtua Jimin ke Busan untuk berbisnis, bukan untuk liburan. Mana mungkin Jimin ikut dasar otak blueray!", cibiran Hoseok dibalas lemparan kacang oleh Namjoon.

"Kalau begitu akan kucoba menghubunginya lagi", ujar Hoseok kemudian. Iapun menekan nomor Jimin hingga terdengar bunyi tersambung. Beruntung, karena Jimin segera mengangkatnya dari sana.

4 in LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang