Tak semasif ketika kabar kepergian Vasilia terdengar oleh tiap penduduk, tapi berita hilangnya Umar cukup menyisakan duka. Di lebih 1 bulan pasca percakapan bersama Satya pada tengah malam, pemuda itu memang sempat membuat beberapa gebrakan. Sebabnya, sebagian rakyat yang merasakan efek positif kebijakan barunya itu turut bersedih atas perginya ia.
Kali ini tak sewaktu Vasilia meninggalkan tahta, Halil langsung naik menjadi raja tanpa ada yang mampu mencegah. Joseph, Satya, dan Natalie memang mencurigai ada kecurangan yang dilakukan lelaki tua itu. Namun, tak ada satu bukti pun di genggaman mereka. Ketiganya tak berdaya.
Seminggu mangkatnya Umar, pesta besar-besaran diadakan untuk pelantikan raja yang baru, Halil Sebastian. Untuk peringatan ini, kemeriahan jauh lebih heboh dari pesta musim panen. Beberapa pengusaha yang memiliki kuasa atas beberapa perusahaan di sana menyumbang sebagian hartanya.
Merek miras yang ada di pesta pelantikan ini bukan lagi berjumlah puluhan, tapi menyentuh ratusan. Hal itu dikarenakan adanya Kuncoro yang telah menguasai beberapa perusahaan minuman beralkohol di Neingod.
Semua rakyat tumpah ruah ke sudut-sudut ibukota. Di tiap meter wilayah itu tak luput dengan pemandangan orang-orang mabuk, mengonsumsi narkoba, dan pesta seks. Bukan hanya mereka yang berstatus sebagai penduduk biasa, beberapa petinggi turut mencampurkan diri. Di halaman istana, Adelardo bersenang-senang bersama sekelompok wanita. Di salah satu taman yang tak jauh dari gerbang istana, Mary sedang berfantasi ria bersama sepuluh orang lelaki. Mereka bergumul, menggerayangi tubuh wanita paruh baya itu, gratis!
Satya, Joseph, dan Natalie memilih untuk menyingkir. Ketiganya sudah menenggelamkan diri ke alam mimpi di kamar masing-masing. Mereka amat setuju pada keputusan Vasilia yang menolak keberadaan pesta semacam itu.
Sang empunya hajat sendiri tak menampakkan diri di hadapan rakyatnya. Tentu bukan karena sependapat dengan Satya, Joseph, dan Natalie. Ia berada di balai agung yang terdapat singgasana sang raja. Lelaki tua itu bersama beberapa wanita berpakaian amat minim di sana. Disuapi anggur, dikipasi, dan diberikan senyuman yang menggoda. Hingga keesokan hari, ia pun tenggelam dalam kesenangan. Ya, kesenangan yang akan menyesatkan.
Gegap gempita di satu malam memang sangat menyenangkan bagi rakyat. Namun, itu hanya berlangsung satu malam. Tekanan yang sedemikian menyiksa datang tak perlu menunggu pergantian minggu.
"Silakan buang orang-orang itu. Aturlah perusahaan di tangan kalian sesuka hati. Yang terpenting, jangan lupakan perjanjian kita!"
Tiga hari pasca pesta pelantikan yang begitu meriah, sebuah kebijakan dibuat. Di balai agung bersama beberapa orang berjas rapi, Halil membuat keputusan tak bijaksana. Ia mempersilakan para pemilik perusahaan di Neingod itu untuk membuang semua karyawan lokal.
Keadaan ekonomi yang dimiliki rakyat merosot jatuh, tapi tentu tidak bagi Halil sendiri. Kebijakan yang dibuatnya itu mempunyai syarat. Di antaranya adalah para konglomerat berpakaian mewah itu harus membayar uang perizinan padanya. Ya, benar-benar hanya padanya. Uang yang dikumpulkan nanti itu semuanya akan masuk di kantung pribadi sang raja.
Kekejaman lelaki tua itu tak sampai di sana. Setelah para karyawan lokal dibolehkan untuk dibuang, ia pula menerapkan sistem pajak yang mencekik. Dikatakan mencekik, karena tidak ada batas minimal pendapatan seorang penduduk Kerajaan Neingod harus membayar pajak.
--(0)--
"Turun tahta, atau mati saja!!"
Di suatu hari, ada puluhan rakyat berpakaian lusuh mendatangi istana. Mereka ingin menuntut keadilan pada sang raja.
Mendapati hal itu, Halil langsung datang menemui mereka bersama sepuluh pengawal. Respon yang diberikannya cukup memicu kontroversi. Tak ada senyum. Tak ada pula sikap menyapa yang mengagungkan norma kesopanan.
Dengan berdiri di mimbar yang dibuat mendadak di belakang gerbang istana. Halil menghadap ke arah para demonstran, kedua tangannya terbentang, lalu ia berujar, "Nikmati hari terakhir kalian! Besok kalian akan dieksekusi karena menentang raja!!"
Para demonstran terperangah seketika. Mereka sama sekali tak menyangka akan jawaban raja tua bangka itu. Tiba-tiba pintu masuk istana yang tingginya 3 meter terbuka. Dari sana datanglah berbondong-bondong ratusan prajurit bersenjata lengkap.
Setengah pengawal Halil bergerak maju untuk membuka gerbang. Para demonstran yang tahu apa yang akan terjadi pada mereka, langsung memisahkan diri. Berlarian ke segala arah tanpa koordinasi barang satu kata pun.
Pusat kota yang tadi hanya riuh sebab ulah demonstran, kini berubah menjadi medan perburuan. Ratusan prajurit tadi langsung mengejar mereka. Banyak tombak diterbangkan. Banyak pedang dihujamkan. Banyak juga pukulan dihantamkan. Tak sampai menunggu esok, eksekusi yang diserukan Halil terjadi pada hari itu juga.
--(0)--
"Tuan, minta uangnya, Tuan. Aku sudah beberapa hari belum makan!"
Di salah satu sudut keriuhan pasar malam, seorang lelaki berpakaian compang-camping duduk di dekat tempat sampah. Wajahnya kotor, dan kedua tangannya menengadah dengan mangkuk di atas telapak tangan.
Mimiknya yang memelas tiba-tiba jadi sumringah. Beberapa lembar uang masuk ke mangkuk yang dibawanya.
"Terima kasih, Tuan!" Pengemis itu langsung berdiri. Ia menghadap pada sosok berjubah hitam dengan tubuh tegap.
Kata kembali kasih tidak terdengar. Sosok misterius itu terus berjalan tanpa menoleh sekali pun. Tiba-tiba ia berhenti di dekat air mancur. Di tengah-tengah air mancur itu berdirilah sebuah patung. Patung itu berbentuk sepasang pria yang saling berpelukan.
Sang lelaki berjubah melihat ke arah kepala patung itu. Dari sana, ia dapat melihat sebuah atap bangunan yang lantai teratasnya disebut sebagai surga dunia. Itu adalah istana. Tempat itu dipoles sedemikian mewah oleh Halil Sebastian pasca menjadi raja.
Semilir angin malam mengibaskan tudung berukuran besar yang dikenakan. Terlihatlah sedikit bagian wajah dari sosok berjubah hitam itu, yakni sepasang mata berwarna biru.
"Kefanaan datang menjemput bahagiamu, Halil!" bisik sang lelaki misterius.
_____________________________________________________________________________
Untuk beberapa bab berikutnya, gue mau kasih cerita serangan balik buat Halil. Menurut kalian, perlu gue posting atau jangan aja biar jadi kejutan nanti di bukunya?