Episode 03

71 7 0
                                    


Kuncoro menoleh ke belakang, lalu berdiri menatap Edwin, "Apa artinya ia melakukan pelanggaran pada hal yang sangat suci itu?"

--episode 02--

Pintu ruangan telah berdecit hingga titik akhir. Seseorang yang tadi menggedor-gedornya pun kini dapat dilihat oleh mereka.

"Umar, tak bisakah kau .... " Vasilia tak berhasil menyelesaikan kalimat sebagai upaya menegur atas ketidaksopanan lelaki itu. Umar maju, lalu melayangkan instruksi untuk bicara dengan mengangkat tangan kanannya.

Tanpa basa-basi. Tanpa menggunakan sikap penghormatan pada sang raja, ia langsung berkata, "Kuncoro si pengusaha minuman keras dari Indonesia datang menemuiku. Ia menawarkan harga yang murah untuk produknya khusus pesta musim panen."

Bukannya Vasilia yang menjadi pertama merespon, justru Mary yang melakukannya. Ia tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk ke arah Joseph, "Dengarlah, Joseph! Kini kau tidak perlu mengkhawatirkan soal anggaran untuk pesta itu."

Joseph, Natalie, dan Satya membungkam. Otak ketiganya belum berhasil menyusun kalimat untuk menyerang pendapat Mary. Sementara itu, Umar melangkahkan kakinya maju ke depan. Kini ia berdiri si sisi kiri Halil.

Setelah melemparkan senyum pada Umar, ia memberikan secangkir anggur yang belum sempat diminumnya barang setetes pun.

"Apa yang kau berikan pada Umar, Paman—panggilan Vasilia pada Halil sebagai tanda hormat karena usia?" Vasilia berdiri menatap Umar yang meraih pemberian Halil.

Bukannya menjeda pemberian Halil, si lelaki bermata biru itu langsung meneguknya hingga habis. Vasilia pun terperangah melihat pemandangan itu. Sebuah pemandangan yang amat sangat tidak ia sukai terjadi pada anaknya, Umar.

Cangkir yang digenggam telah kembali berdiri di atas meja. Sang pangeran itu melayangkan pertanyaan terkait informasi yang dibawanya. Apakah sang raja akan menerima, atau malah sebaliknya. Dalam dugaan lelaki itu, tentu ia berpikir kalau Vasilia akan menyetujuinya. Jika terjadi, dia akan langsung berlari menuju rumah kekasihnya dan mengatakan rencana pelamaran.

Vasilia meletakkan kedua tangannya di atas meja. Ditariknya udara, lalu diembuskan kembali sedetik kemudian. "Jawabanku tidak berubah. Tidak ada, dan tidak akan ada lagi pesta musim panen maupun semacamnya di Neingod!"

Imaji tentang kebahagiaan bersama sang kekasih runtuh seketika. Bayang-bayang kenikmatan bersama satu, dua, atau mungkin tiga lelaki di atas sebuah ranjang pun langsung sirna. Secara bersamaan, Umar dan Mary melotot ke arah sang raja sambil melayangkan protes, "Jangan bercanda!!"

Protes itu tak hanya berhenti di satu kalimat. Sekian detik mengetahui Vasilia tak mengeluarkan respon atas bentakkan itu, keduanya melanjutkan ketidakterimaan mereka. Berbagai macam alasan pun turut diterbangkan untuk mendukung argumentasi terhadap keputusan sang raja.

"Yang Mulia, bagaimana dengan pesta tahun baru, apa kau juga akan melarangnya?" tanya Joseph dengan lebih lembut. Vasilia langsung mengiyakan apa yang diucapkan Joseph.

Bunyi kelontang piring terdengar. Beberapa tulang daging babi dijatuhkan ke atasnya begitu bagian lunaknya disedot habis. Dari sana, Halil ikut-ikutan menabrak keputusan lelaki yang berdiri tepat di garis lurus pandangannya. Namun tutur katanya lebih merendah daripada Umar dan Mary.

Telapak tangan diangkat. Membentuk sikap persilangan di depan dada. "Keputusanku tetap sama!"

"Tapi Yang Mulia, kalau untuk pesta tahun baru, anggaran kita ...."

Negeri Tak Bertuhan (Sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang