Selepas makan malam bersama bundanya, Athena tidak langsung kembali ke kamar. Ia diminta menunggu di ruang keluarga sementara bundanya menyiapkan baju-baju untuk perjalanan bisnisnya.
Athena menyandarkan tubuhnya pada sofa, sementara ia duduk di karpet sambil menonton tayangan Disney kesukaannya.
"Enak banget sih jadi Aurora, tidur doang jodohnya cogan. Sementara gue 17 tahun jadi penghuni dunia masih aja jomblo," gumamnya
"Ath," panggil bundanya yang kini ikut duduk di samping Athena.
"Kenapa Bun?" Athena menyahut, namun pandangannya masih tertuju pada televisi.
Karena kesal Athena tak menatapnya, akhirnya Rose mematikan televisi hingga membuat Athena memekik.
"Bunda! Itu Auroranya mau dicium pangeran kenapa di matiin?" Athena menatap kesal ke arah Rose.
"Makanya liat Bunda dong, tadi 'kan Bunda panggil."
"Tapi 'kan aku nyahut Bunda ...," protesnya
"Tapi kamu liat tv terus, Bunda nggak suka kamu cuekin."
"Yaudah Bundaku sayang ada apa?"
Rose mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut panjang putrinya, ia tersenyum sendu. Seandainya keluarganya masih utuh ia tak harus bekerja sampai meninggalkan putrinya di rumah seorang diri.
Ia tidak tenang, dan tidak pernah tenang jika berjauhan dengan putri sematawayangnya ini.
"Kamu yakin nggak mau ikut Bunda? Kamu sendiri lho di rumah, Bunda gak akan tenang sayang," ucap Rose sambil menatap sendu putrinya.
"Bun, aku udah besar. Udah 17 tahun, udah dapet KTP, udah bisa nonton film por--" Athena menghentikan ucapannya saat Rose memelototinya, ia menyeringai lantas melanjutkan ucapannya, "Athena janji bakal baik-baik aja dan akan selalu ngabarin Bunda. Jadi Bunda nggak usah khawatir, oke?"
"Ya tetep aja Bunda khawatir, nggak tenang."
Hening sejenak, ibu dan anak itu terlarut dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga terlintas sebuah ide di kepala Rose, ia yakin dengan begini perjalanan bisnisnya akan lancar tanpa perlu merasa cemas berlebihan.
"Gimana kalau sementara Bunda pergi, kamu Bunda titipin?" Rose berusul, ia yakin ide cemerlangnya ini akan disetujui Athena.
"Aku bukan barang yang bisa dititipin, Bun."
"Please, sayang, mau ya? Atau kamu mau Bunda paksa buat ikut ke luar kota?"
"Apaan sih, Bun. Masa anak 17 tahun mau dititip-titip. Ntar kalo aku nyusahin temen Bunda, gimana? Terus 'kan aku nggak bisa bantu apa-apa, Bun. Nyuci piring aja masih ada bau sabunnya. Gimana kalo entar disuruh masak, kalo garam aku kira gula gimana? 'Kan malu, Bun."
Rose terkekeh mendengar jawaban putrinya. Tangannya kembali terulur, kali ini menjewer hidung mancung Athena pelan, namun tetap saja gadis itu memekik. Salahnya juga, sejak ayah Athena meninggal, ia terlalu memanjakan anak itu. Tak membiarkannya menyentuh apa pun yang berhubungan dengan dapur. Dia takut, Athena merasa kehilangan kasih sayang.
"Bisa banget ngeles, ya?"
Athena nyengir. Pelan-pelan tangannya terulur untuk mengambil remot tv, sepertinya belum terlambat untuk menyelesaikan film Disney-nya. Namun gerakannya terbaca oleh Rose, wanita itu menyembunyikan remot di belakang tubuh, membuat Athena memberenggut kesal.
"Bunda ...," Memelas pun untuk saat ini rasanya sia-sia saja, karena Rose justru melotot kepadanya.
"Athena Xaviera ...," ujar Rose memanggil nama lengkap putrinya, pandangannya kembali melembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flos Lectum
Teen FictionStory collaboration! Cover by member group @SiApril_ "Aku sudah mengenal banyak warna dalam hidupku jauh sebelum aku mengenalmu. Namun, saat pertama kali aku melihatmu dengan suara merdu yang mengalun dari tawamu. Untuk pertama kalinya, aku melihat...