[7] Gara si Nyebelin dan Bara si Malaikat

2.4K 219 14
                                    

Athena merebahkan tubuh, membiarkan begitu saja kopernya tanpa mau dibenahi terlebih dahulu. Ia memang tak melakukan perjalanan panjang, namun rasanya ia sangat lelah hari ini.

Apalagi saat mengetahui kenyataan bahwa ia akan serumah dengan Gara. Oh, no! Entah apa yang akan terjadi dengan hidupnya nanti.

Athena bergelung di atas kasur empuk. Kamar ini memang cukup besar, bahkan lebih besar dari kamarnya di rumah. Tapi Athena merasa tidak nyaman di sini. Ia lebih suka di kamarnya. Kamarnya lebih nyaman.

Akan tetapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur, harusnya dulu ia bertanya kepada Rose sebelum mengiyakan begitu saja. Mungkin sekarang ia tidak perlu segelisah ini.

Athena bangkit dari posisinya, ia langsung menarik kopernya yang tadi berdiri di sebelah tempat tidur. Okay, mari bersabar untuk lima bulan ke depan. Ia harus mulai membiasakan diri, dan hal pertama yang harus ia lakukan adalah memasang aksesoris Disney di kamar ini, mungkin itu bisa membantu agar membuatnya merasa nyaman.

Satu persatu Athena mengeluarkan aksesoris Disney miliknya. Memilih beberapa di antaranya untuk dipasang di kamar megah ini. Athena tak berharap banyak untuk aksesoris yang akan ia pasang mengingat ini bukan kamarnya. Ia tidak boleh seenaknya mengubah cat ataupun menggantung aksesoris Disney-nya.

Setelah memilih aksesoris mana yang akan ia aplikasikan di kamar ini, Athena lantas bangkit dari atas kasur dan bergerak menuju pintu balkon. Mengamati setiap detail kamar yang didominasi dengan warna abu dan hitam itu.

Bibir Athena melengkung ke bawah. Kamar ini benar-benar manly, bukan tipe kamarnya sama sekali. Jika ia menambahkan aksesoris Disney di kamar ini, tentu akan terlihat aneh.

Athena menghentakkan kakinya, menyalurkan rasa jengkel yang bercokol di hatinya. Sekarang ia benar-benar menyesal. Bagaimana bisa hal ini terjadi pada hidupnya?

Athena menyandarkan punggung pada pintu kaca di belakangnya. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Tak sampai semenit posisi itu bertahan, gadis dengan rambut panjang yang diikat asal itu berjengit kaget saat mendengar sedikit kegaduhan dari arah luar balkon.

Athena segera berbalik dan menggeser sedikit pintu kaca tersebut, memberikan ruang untuk kepalanya menyembul dan memeriksa keadaan di luar sana. Mata Athena menyapu sekeliling.

Sepi.

Hanya embusan angin yang yang terasa.

Mencoba untuk berpikir positif Athena kembali menarik kepalanya untuk masuk, namun suara umpatan dan beberapa kali desisan membuat bulu kudu Athena meremang. Ia kembali mengedarkan pandangan dan menemukan suatu keganjalan pada pohon kersen di sebelah kiri balkon kamarnya.

Athena langsung menutup mulut agar tak berteriak saat melihat sosok yang tengah sibuk di ranting pohon tersebut. Matanya membulat sempurna, masih belum percaya dengan penglihatannya sendiri.

Gara, cowok yang tadi katanya ingin belajar malah bergelantungan di atas pohon. Terlebih ia mengumpat sendiri seperti orang gila memarahi ranting pohon.

Athena segera bersembunyi saat tiba-tiba pandangan Gara tertuju kepadanya. Sedikit lega karena gerakannya cukup gesit. Berselang beberapa detik Athena kembali menyembulkan kepalanya, mengintip gerakan Gara.

Namun cowok berperawakan tinggi itu sudah tak terlihat lagi di atas dahan pohon. Dengan hati-hati Athena keluar dari kamar, melangkah dengan penuh perhitungan mendekati pohon kersen tersebut.

Athena mengintip ke bawah dan bertepatan dengan mendaratnya Gara di atas tanah. Athena memerhatikan Gara yang celingak-celinguk melihat sekeliling sebelum akhirnya berlari menuju gerbang kecil di taman belakang.

Flos LectumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang