[20] Hubungan?

2.5K 231 29
                                    


Sebelumnya kami mohon maaf. Bab ini di publish ulang karena ada kesalahan dibagian akhir. Jadi, kalian bisa baca ulang ceritanya. Sekali lagi maaf karena gak teliti sebelum publish:')

Athena mengernyitkan dahi karena merasakan teriknya sang raja siang. Ia menegakkan tubuhnya yang semula berbaring di atas hijaunya rerumputan.

Athena menyapukan netra indahnya guna mengamati sekitar. Sepi.

Kemudian ia bangkit, melangkahkan kaki jenjangnya mengikuti arah angin. Sebenarnya ia sedikit bingung berada di tempat asing seperti ini. Tapi entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang membuatnya begitu yakin melangkah.

Setelah beberapa menit berjalan, melewati barisan ilalang yang menari karena tiupan angin serta deretan bunga-bunga yang indah, Athena menghentikan langkahnya tak jauh dari sebuah rumah sederhana.

Dari tempatnya berdiri Athena melihat seorang anak kecil yang sibuk memetik bunga di halaman rumahnya. Athena menyunggingkan seulas senyum kala melihat anak laki-laki itu tertawa senang karena sudah memetik banyak bunga.

Namun tawa itu seketika lenyap saat Athena merasakan sebuah tarikan yang tiba-tiba. Athena semakin dibuat takit ketika cuaca yang cerah itu berubah menjadi kelabu.

Mendung, namun tak ada tanda-tanda tetesan hujan akan turun.

“Kamu itu pembawa sial. Anak kurangajar!”

“Ampun … j-jangan Pa, ampun.”

“Kamu harus membayar semua yang sudah kamu lakukan! Anak tidak berguna!”

“Kenapa bukan kamu saja? Kenapa bukan kamu yang celaka, kenapa?”

“Mama, a-ampun Ma … s-sakit.”

Athena merasa sesak, bingung dan ketakutan. Ia mendengar suara-suara itu.

Tiba-tiba saja air matanya meluruh, membuat aliran sungai kecil di wajah cantiknya.

Athena seolah ikut merasakan kesakitan anak tersebut meski ia tidak melihat apa yang terjadi.

Tapi, tangisan itu benar-benar terasa menyayat hati siapa pun yang mendengarnya. Athena berusaha mencari suara tangisan itu.

Ia sudah lelah melangkah, tapi ia tetap tak menemukan di mana sumber suara tangis yang sangat lirih itu.

Hingga tiba-tiba Athena merasa tubuhnya ditarik kuat, matanya terbuka lebar, dan spontan tubuhnya bangkit duduk di atas ranjang. Napasnya memburu, matanya langsung meliar, menatap sekeliling dengan pencahayaan yang remang.

Athena mengusap rambut panjangnya ke belakang yang sudah dipenuhi keringat. Ia kemudian menyentuh pipinya yang basah oleh air mata.

Ia mengembuskan napas lelah.

Flos LectumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang