[3] Namanya Bara

2.3K 234 8
                                    

Jika ada hati yang terluka

Menyelipkan rasa untuk ditiadakan

Memendam rindu untuk dilenyapkan

Membiarkan angan menembus gelap yang kian berjelaga

Merasakan mimpi yang bermetamorfosa  menjadi kenyataan

Saat kerlip gemintang tak lagi terang

Maka itulah saatnya kamu diuji oleh alam.

Gadis cantik ber-dress putih selutut tanpa lengan itu menggerakkan kakinya agar ayunan semakin mengayun tinggi membawanya seolah terbang. Rambut hitam lurus miliknya bergoyang-goyang seakan angin mengajaknya menikmati sensasi nyaman di tempat itu.

Namun bibir gadis itu mengerucut, beberapa kali pandangannya menyisir setiap inci dari padang rumput yang terlihat hijau dengan pohon-pohon rindang menjulang di beberapa tempat.

Yang dicarinya belum juga muncul. Padahal mantra sudah diucapkannya. Panjang lebar ia bergumam dalam hati. Tapi sepertinya mantra yang diajarkan cowok itu tak mempan.

Kedua tangan Athena terulur memegang tali ayunan di sisi kanan dan kirinya, gadis itu menengadahkan tubuh hingga biru langit yang diliputi mega cantik menyapa sorot matanya. Ayunan terus bergerak, rambut panjangnya nyaris menyentuh tanah.

Menikmati suasana nyaman itu, bayangan seseorang yang menatapnya tepat di samping ayunan menarik perhatian. Segera ia menghentikan gerak ayunan, Athena berbalik lantas senyumnya mengembang cerah secerah sinar matahari yang memberi kehangatan.

Cowok yang sedari tadi ditunggunya akhirnya muncul juga. Tak sia-sia Athena menghafalkan mantra yang diajarkan Gara.

Tunggu! Gara?

Oh, nama itu sama sekali tak cocok untuk sosok yang kini duduk di ayuna sebelah Athena. Gara sudah di blacklist dari nama orang-orang yang harus ia kenal. Nama Gara pantas ditaruh pada daftar nama cowok terlaknat sedunia.

Jadi, walaupun wajah orang yang kini menatapnya dengan kehangatan itu begitu mirip dengan Gara, sepertinya Athena tak perlu memanggilnya dengan sebutan itu.

"Hai," sapa Athena sambil melambaikan tangan. Senyumnya masih tergelar cerah.

Tidak menjawab sapaan Athena, cowok itu bangkit dari duduknya, melangkah semakin dekat dengan Athena lalu mengayun gadis itu. Athena tergelak dalam hati. Sepertinya kupu-kupu di perutnya tengah terbang menggelitik hingga naik menggetarkan hatinya.

Dalam ayunan yang terus bergerak, Athena bergumam pelan, "Jadi, aku harus manggil kamu apa?" Jeda sesaat, "Prince Naveen? Prince Florian? Prince Henry? Prince Philip? Prince Eric? Atau Flynn Rider?" Athena menaik-turunkan alisnya lucu, membuat cowok yang masih saja menggerakkan ayunannya itu tak kuasa menahan tawa.

Athena langsung tertegun. Suara tawa yang seperti gemuruh air terjun bergemericik menenangkan hati. Tak pernah ia mendengar suara tawa setenang ini. Mendadak detak jantung Athena seperti bekerja dua kali lipat memompa semua darah kepipinya. Hawa panas menjalar di pipi putih Athena, hingga tercipta rona merah yang membuatnya terlihat semakin lucu.

Cowok itu tiba-tiba menghentikan gerakan ayunan, ia tersenyum dan mengelus puncak rambut Athena penuh kasih. "Kamu lucu ya."

Di bilang seperti itu, Athena menyengir. "Abis aku harus panggil kamu apa?"

Athena berdiri dan menghadap cowok yang baru ia sadari mempunyai tahi lalat kecil di pipinya. Manis. Dan Athena hanya sebatas dagu cowok itu, dia begitu menjulang tinggi, padahal Athena bisa di bilang tidak terlalu pendek untuk ukuran remaja cewek. Yah, walaupun itu hanya menurutnya karena yang lain mengatakan bahwa dia adalah gadis yang pendek. Athena tidak menyukai kalimat itu.

Flos LectumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang