[23] Bersama Ayah, Kusimpan Luka

2.4K 292 84
                                    

Athena menekuk kakinya hingga berada dalam pelukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athena menekuk kakinya hingga berada dalam pelukan. Lurus matanya menatap ke luar jendela, rintik hujan terlihat beramai-ramai menyapa bumi, gemericik air terdengar, angin bertiup masuk lewat fentilasi kamar.

Mengandalkan kedua tangannya Athena berusaha mencari kehangatan. Dulu ada tangan kekar yang selalu siap mendekapnya jika turun hujan, ada tangan yang membantunya menyumpal telinga saat gemuruh petir menyambar, ada dada bidang yang selalu membawa kepalanya bersandar hingga terasa aman dan nyaman.

Kini Athena sadar ia sendiri, semenjak kejadian mengerikan itu ia tahu tak ada tangan lagi yang akan memberinya kenyamanan seperti sang ayah.

Air mata Athena meleleh, terpaksa ia harus membongkar kenangan lama. Membangkitkan rasa sakit itu lagi ke permukaan.

"Tunggu Ayah ya Nak, Ayah lagi di jalan, sebentar lagi nyampe rumah."

Gadis dengan gaun biru dan rambut panjang yang di kepang rapi itu mengangguk antusias. "Pokoknya Ayah nggak boleh lupa sama hadiahnya." Gadis itu menyahut pada ponsel yang menempel di telinga.

Gelak tawa terdengar renyah dari pria setengah baya yang tengah membelah jalan raya setelah berhasil terlepas dari kungkungan kemacetan beberapa menit lalu. Hari ini adalah hari ulang tahun putrinya, ia merasa bersalah karena harus membuat putri sematawayangnya itu menunggu. "Mana mungkin Ayah lupa dengan hadiah yang diminta khusus oleh Princess Athena."

"Athena nggak akan tiup lilin sama potong kue sebelum Ayah dateng. Jadi Ayah harus cepet."

"Siap Tuan Putri. Sepuluh menit lagi Ayah sampe rumah."

Panggilan terputus. Sepuluh menit yang dijanjikan tak pernah benar-benar membawa kebahagiaan di tengah perayaan hari ulang tahun Athena.

Kabar duka datang tanpa ada tanda-tanda. Begitu saja orang-orang berbicara tentang kecelakaan yang merenggut ayahnya. Merenggut pria terhebatnya. Membuat hari ulang tahunnya menjadi hari yang paling mengerikan.

Athena meraung, menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangan. Masih segar dalam ingatannya kejadian waktu itu. Masih basah rasanya luka yang tergores di hatinya.

Sampai sekarang Athena tak pernah memaafkan remaja berandalan yang menyebabkan ia kehilangan ayahnya. Ia tak sedikitpun melupakan bagaimana sakitnya saat melihat sosok hebat dalam hidupnya itu terbujur kaku.

Semenjak itu tak pernah ada lagi perayaan ulang tahun baginya. Athena sudah melupakan bagaimana rasanya meniup lilin dan memotong kue. Ia benci saat orang lain mengingatkannya pada hari ulang tahunnya, ia benci dengan pernak-pernik perayaan ulang tahun.

Hari ulang tahunnya hanya akan mengingatkan gadis itu pada pedihnya rasa kehilangan.

"Gimana rasanya surga, Yah?" Athena mendongak menatap langit-langit kamarnya. Wajahnya basah oleh air mata, begitu deras bulir itu membanjiri pipinya. "Apa Ayah bahagia di sana? Apa Ayah melihat Athena sekarang?"

Flos LectumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang