Rasanya sangat sulit untuk sekadar memejamkan mata, bayangan Gara terus berputar dalam benak Athena, terlebih lagi dengan mimpinya beberapa saat lalu.
Seolah mimpi buruk itu sebagai penanda atas kejadian malam ini.
Athena terlentang menatap langit-langit kamar. Mencoba untuk tenang dan mencerna kejadian yang terbilang begitu cepat.
Gara hidup dari keluarga konglomerat yang terlihat bahagia namun kaku. Sikap Gara yang dingin seolah hatinya membeku menjadi suatu hal yang janggal mengingat kehidupannya yang bak pangeran.
Di depan kedua orangtuanya Gara tak pernah tersenyum, bahkan tak terlihat gurat kebahagiaan di wajahnya. Padahal orangtuanya terlihat sangat memerhatikan Gara, terbukti saat Gara terlambat ke ruang makan untuk makan malam beberapa hari yang lalu Marry langsung menjemput putranya untuk makan bersama.
Hal yang sangat membuat Athena bingung adalah ketika Gara mengendap-endap kabur dari rumah. Ia berbohong dengan mengatakan kalau ia akan belajar, namun sebenarnya ia keluar diam-diam dari rumah.
Athena memiringkan tubuhnya dan memeluk bantal guling. Otaknya benar-benar tak bisa menangkap dengan jelas apa yang sebenarnya Gara sembunyikan selama ini, dan rahasia apa yang ia tak ketahui dari keluarga Atharizz.
Jika memang apa yang dikatakan Bara soal pertemuan yang tak pernah terjadi dengan sengaja itu benar. Maka pasti ada sesuatu yang membuat Athena masuk ke dalam kehidupan Gara.
Cowok itu tertekan dan butuh pertolongan.
Entah kenapa Athena bisa berpikir seperti itu. Yang jelas, Athena memang harus membantu Gara.
Entah membantu apa, tapi Athena tak ingin kejadian di mimpinya beberapa saat lalu menjadi kenyataan. Ia menginginkan Gara tetap berada di sini. Ia ingin mengembalikan senyuman di wajah cowok itu.
Athena lalu bangkit dan berlari keluar menuju kamar Marry. Jika memang tak terjadi sesuatu seperti yang dikatakan Marry, tidak mungkin Gara sampai terluka seperti itu.
Athena berdiri di ambang pintu untuk sejenak menormalkan deru napas. Ia dapat melihat Bi Yati yang tengah membersihkan genangan darah di lantai dengan derai air mata yang terus mengalir.
Wanita paruh baya itu terlihat terisak membuat Athena semakin yakin, bahwa Gara terluka bukan karena terjatuh, namun ada seseorang yang membuatnya terluka.
Lagipula kenapa Gara bisa terjatuh di kamar ibunya sendiri? Apa yang ia lakukan?
Athena kemudian mendekat dan berjongkok di sebelah Bi Yati, wanita itu terlihat terkejut dengan kedatangan Athena yang tiba-tiba. Dengan cepat ia mengusap air matanya dan mengembangkan senyum menatap Athena.
"Non kenapa di sini?"
Athena menatap Bi Yati dengan lekat. Terlihat jelas gurat kesedihan di bola matanya, dan wanita inilah yang sering datang sebagai wali Gara jika cowok itu berulah di sekolah.
Bisa jadi Bi Yati adalah orang terdekat Gara di rumah ini.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bi?" Alih-alih menjawab, Athena malah melempar pertanyaan balik.
"Tidak ada hal serius, Non Athena tidak perlu khawatir, semuanya baik-baik saja."
Athena mengembuskan napas pelan, bukan lega karena jawaban Bi Yati, tapi lebih pada rasa kecewanya karena tak ada yang bisa jujur kepadanya di rumah ini.
"Jika memang tidak terjadi apa-apa dan semuanya baik-baik saja, Gara tidak mungkin seperti itu dan genangan darah ini tidak mungkin berada di sini."
Bi Yati bungkam mendengar ucapan Athena, ia memilih untuk membersihkan darah yang tinggal sedikit.
"Bi, aku tahu Gara penderita hemofilia, dia tidak mungkin mengeluarkan darah sebanyak ini jika memang tidak terluka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flos Lectum
Teen FictionStory collaboration! Cover by member group @SiApril_ "Aku sudah mengenal banyak warna dalam hidupku jauh sebelum aku mengenalmu. Namun, saat pertama kali aku melihatmu dengan suara merdu yang mengalun dari tawamu. Untuk pertama kalinya, aku melihat...