[16] Rasa Kehilangan Yang Tak Terduga

2.6K 257 25
                                    

Athena berjalan lesu menuju tempat duduknya. Ini adalah hari pertama ia merasa sedih karena Gara tidak masuk sekolah. Padahal sejak pertama ia duduk sebangku dengan pemuda itu, Athena sama sekali tidak peduli dengan kehadiran Gara.

Bahkan ketika pemuda itu sempat beberapa hari tidak masuk sekolah sekalipun. Karena saat itu, di matanya Gara adalah manusia yang sangat menyebalkan.

Gara pernah menyenggol minumannya sampai tumpah, tapi Gara sama sekali tidak terlihat merasa bersalah. Gara pernah membuatnya jatuh ketika guru memintanya maju ke depan, Athena harus menahan malu karena satu kelas menertawakannya.

Gara itu sangat menyebalkan. Tapi pagi ini, untuk pertama kalinya Athena merasa kehilangan sosok menyebalkan itu.

Athena mengembuskan napas, ia menatap kosong ke arah meja. Ia bahkan tidak menyadari keberadaan Juvenal dan Geofrey di dekatnya.

"Heh, cebol." Juvenal dengan santai menoyor kepala Athena hingga gadis itu tersentak kaget.

"Setan!" teriak Athena ketika melihat wajah Juvenal yang begitu dekat dengan wajahnya.

Athena menutup wajahnya setelah berteriak demikian, hal itu jelas membuat Juvenal kesal. Lagi-lagi Juvenal menoyor kepala Athena.

"Sialan. Lo ngatain gue setan, heh?"

"Muka lo masih ijo goblok." Geofrey berucap sambil melemparkan tissue basah yang dibawa Juvenal.

Kemudian Juvenal menyengir. "Oh iya, tadi kan gue abis endorse masker wajah."

"Pantesan aja dari parkiran orang-orang pada ngeliatin gue," lanjutnya.

"Bego. Mana ada orang endorse masker wajah pagi-pagi begini? Lagian orang gila mana yang minta buntelan kentut kaya lo buat iklanin barang dagangannya? Miris banget," ujar Athena sambil memerhatikan pemuda di hadapannya yang sibuk membersihkan wajah dengan tissue basah.

"Percayalah, gue ini raja endorse. Semua barang, kalo gue yang endorse pasti laku. Lo jangan remehin ketampanan gue yang ngalahin artis Korea kedemenan Surti ya."

Geofrey terkekeh geli ditempatnya, Surti adalah anak kelas mereka yang sebenarnya memiliki nama Surya, karena pemuda itu seorang fanboy maka teman-temannya sering memanggil Surya dengan sebutan Surti.

"Halu." Athena berucap sambil menatap Juvenal dengan tatapan kesal.

"Diem lo. Gak usah ngeliatin, gak sudi gue kalo sampe lo naksir gue."

"Tau najis gak lo?" Athena menatap kesal Juvenal yang kini malah sibuk mengabadikan dirinya dengan berselfie.

"Tau, lo kan salah satu najis yang paling berat. Kaya babi, lobang idung lo juga mirip." Juvenal menjawab dengan santai.

Athena menyipitkan matanya dengan tangan terkepal, sementara Geofrey hanya mengembuskan napas lelah sambil menjauh dari dua manusia yang ia yakini akan segera bertengkar.

"Weanjir! Rambut gue!" jerit Juvenal ketika Athena menjambak rambut kecoklatan miliknya. Tak hanya itu, Athena juga memukul serta mencubit tubuhnya bertubi-tubi. Beruntung kelas masih sepi, hanya ada mereka bertiga serta dua siswa lain yang sibuk menyapu kelas mereka.

"Eh cebol, lepas!" Juvenal masih berusaha melepaskan diri, tapi Athena tidak menghiraukannya. Gadis itu masih terus menjambak rambut Juvenal sampai wajahnya memerah menahas sakit dan perih.

Di sudut lain, Geofrey asik merekam kejadian itu. Ia berniat mengirimnya ke grup kelas. Tapi tiba-tiba matanya tertuju pada bangku Gara yang masih kosong. Biasanya Gara sudah ada di kelas, meski kadang pemuda itu terlihat tidak niat sekolah tapi ia akan datang pagi-pagi demi menghindari orangtuanya.

Flos LectumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang