Bagian Satu - Semua Juga Tahu, Dia Selalu Membuat Masalah (4)

2.2K 234 19
                                    

Saat bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid kelasnya berbondong-bondong meninggalkan kelas. Tapi, Aya bukannya bergabung dengan murid lain, malah pergi ke bangku pojok, tempat Rico berada. Bahkan di sana juga pengikut urakannya berkumpul.

"Abis ini langsung aja kita libas tuh anak-anak. Berani nantangin kita. Belum tau dia siapa bos kita," Benny berkata berapi-api, dengan tangan terkepal dan teracung.

Aya memutar mata. Tawuran lagi pasti. Dia bahkan tidak kaget. Dia sudah sering mendengar cerita itu bahkan sejak masih murid baru.

"Eh, eh, ada murid baru juara satu di kelas kita, nih. Ada urusan apa, Neng? Mau minta dianter pulang?" Benny dengan noraknya mengerdip genit pada Aya, yang dibalasnya dengan tatapan jijik.

Mengabaikan Benny, Aya menatap Rico, lalu menunjuk jaketnya yang masih ada di meja cowok itu.

"Itu jaket gue. Balikin," katanya.

Rico mengangkat alis, menatap jaket di mejanya.

"Tadi bukannya udah dikasih ke gue, ya?" Rico menyeringai.

"Kesalahan teknis. Gue nggak tau kalo itu tadi jaket gue." Aya memberikan pembelaan.

Rico mendengus seraya bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Aya. "Beneran itu jaket lo?"

Aya mengangkat dagu, tak berniat untuk mundur kali ini. "Iya. Tanya aja ama Isha."

Rico tersenyum kecil. "Nggak perlu. Gue bisa cek sendiri," katanya. Lalu tiba-tiba, cowok itu memajukan kepala di samping kepala Aya, nyaris menyandarkan dagunya di bahu Aya.

Sebelum Aya sempat protes, cowok itu sudah menarik diri dan berkata, "Bener jaket lo. Baunya sama."

Aya terbelalak, tak percaya Rico akan mengatakan itu. Sementara, para pengikut urakannya sudah bersorak riuh.

"Wah, Bos, macem serigala aja, bisa nyium bau-bauan gitu. Atau mungkin Neng Aya teh mandinya pake kembang tujuh rupa, kali ya?" celetuk Benny usil.

Rico tersenyum geli, tampak terhibur, sementara Aya sudah mendesis kesal. "Jaket gue, balikin," desisnya tajam.

Rico menelengkan kepala.

Oh, Aya paling benci postur dan ekspresi itu.

"Gimana, ya? Barang yang udah jadi milik gue, nggak bisa diambil lagi, tuh," cowok itu berkata, membuat Aya melotot kesal.

"Kecuali," cowok itu melanjutkan, "lo juga jadi milik gue, dan barang itu bakal jadi milik kita bersama."

"Itu mah slogan tipi, Bos," celetuk Benny, disambut tawa riuh teman-temannya.

Aya menatap Rico penuh dendam, tapi dia tak mengatakan apa pun dan berbalik pergi.

"Buruan! Kamu katanya mau makan bakso dulu sebelum latihan," kata Aya dengan nada jengkel pada Isha saat mengambil tas.

Isha bahkan tidak kesal karena nada bicara Aya. Cewek itu hanya mengangguk dan mengikutinya keluar kelas.

Aya bahkan harus menahan diri untuk tidak melempar kursi ke belakang ketika Benny kembali berkata usil,

"Lho, lho, Neng, kok udah pulang duluan? Nggak jadi minta dianter pulang, nih? Yah, si Eneng mah mutungan."

"Nang Neng, Nang Neng, pala lo!" desis Aya kesal, membuat Isha meringis di sebelahnya.

Sepertinya memang dia harus merelakan jaket itu. Ah, padahal itu salah satu jaket favoritnya.

Rico benar-benar makhluk paling menyebalkan di dunia ini!

***

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang