Bagian Dua - Till The End, I'll Go With You (1)

2.1K 218 29
                                    

Rico dan teman-temannya sedang nongkrong di pertigaan jalan tak jauh dari sekolah, ketika sebuah angkot lewat, menurunkan enam murid dengan seragam kotak-kotak sekolahnya. Tapi, masih ada satu murid lagi yang tinggal di dalam angkot, tak berniat untuk turun. Cewek itu tampak melamun, rambut sebahunya diikat di sebelah kiri dengan ikat rambut merah.

Rico menepuk bahu Benny. "Gue cabut dulu," pamitnya, sebelum melompat masuk ke dalam angkot.

Selama beberapa saat, cewek itu masih terus melamun, tak menyadari kehadiran Rico. Hingga lima menit berlalu, cewek itu akhirnya baru menatap jalanan. Mendapati dia sudah cukup jauh dari sekolah, cewek itu tidak menghentikan angkotnya. Malah, dia menyandarkan kepala di kaca belakang angkot.

"Emang udah niat bolos, atau terpaksa bolos karena males balik?" Rico tak dapat menahan tanya, yang seketika menyentak cewek itu.

Cewek itu memutar tubuh dan menatap Rico yang duduk di sebelahnya.

"Lo?!"

"Iya, gue. Masa dari tadi gue di sini nyadarnya baru sekarang? Eksistensi gue kurang kuat ya, kalo buat lo?" Rico tersenyum.

Cewek itu menatapnya dengan aneh. "Gue lagi males ya, urusan ama lo," desis cewek itu.

"Gue nggak mau bikin masalah. Gue cuma mau nemenin lo kalo lo emang mau bolos. Lo kan, baru setengah tahun di sini. Makanya, gue temenin, daripada ntar lo nyasar," Rico berkata.

Cewek itu menanggapi dengan dengusan tak percaya. "Terserah elo deh, ya. Tapi, gue udah tau tuh, jalan-jalan di sini. Yang ada, elo cuma bakal jadi pengganggu kalo ikut. Jadi, mending lo buruan turun dan balik ke sekolah, deh. Poin lo udah numpuk, tuh. Kayaknya sebelum lulus, lo bakal harus keluar dari sekolah deh, gara-gara poin lo yang segunung itu."

Mendengar itu, kontan Rico tertawa, membuat cewek itu menatapnya seolah dia sudah gila.

"Ternyata lo perhatian banget ya ama gue, sampe tau sebanyak itu tentang gue." Rico tersenyum lebar.

Cewek itu memutar mata. "Emangnya ada yang nggak tau tentang itu di sekolah?"

Rico tertawa, puas mendengarnya. "Ini rencananya mau ke mana, nih? Kalo menurut gue, enaknya jalan-jalan ke Plered. Pemandangannya masih bagus banget. Atau kalo mau main, ke Bandung sekalian."

Cewek itu menatap Rico jengkel. "Urusan gue sih, mau ke mana juga. Dan yang jelas, nggak ke tempat yang bakal lo tuju."

"Paling ke mall, sih," sebut Rico, membuat cewek itu melotot terkejut ke arahnya. Rico berusaha menahan senyum. Dia sudah beberapa kali melihat cewek itu di sana. "Tempat bolos lo cuma itu?"

Cewek itu mendengus. "Nggak juga. Lagian, jam segini belum buka, tuh."

Benar juga. "Trus, lo mau ke mana?"

"Pulang. Nungguin Om sama Tante gue berangkat kerja, dan gue pulang. Nonton, makan, tidur. Ke mall tuh, ya, kalo bolosnya siang atau pulang sekolah gitu. Sepagi gini ke mall. Mau bantuin ngepel di sana?" dengusnya meledek.

Rico tak dapat menahan tawanya. "Ya udah, gue ikut ke rumah lo aja, deh."

Cewek itu kontan melotot kepadanya. "Lo udah gila? Sana, sana. Turun. Ish, resek banget jadi orang," usirnya.

Tapi, Rico justru lebih terhibur lagi.

Kayala, adalah cewek pindahan dari Jakarta di awal semester pertama kemarin. Sejak dia datang, dia sudah populer karena kepintarannya, bahkan tanpa bantuan geng norak Fina. Di akhir semester pertama, dia sudah bisa mendapat juara pertama dan membuat teman-temannya iri, sekaligus kagum padanya. Banyak yang menyebutnya murid baru teladan. Tapi, mereka pasti tidak tahu sama sekali tentang cewek itu.

***

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang