Bagian Dua - Till The End, I'll Go With You (4)

1.9K 203 16
                                    

"Lo ngapain masih di sini?!" desis Aya galak.

"Nemenin elo. Kan, lo bilang tadi lo sendirian," jawab Rico enteng.

Aya menggeram kesal. "Gue nggak butuh ..."

"Kak! Kak Aya!" Panggilan dari tantenya memotong kalimat Aya. "Ini minumnya Rico bawain ke depan!" Perintah Tante Yani membuat Aya memutar mata, tapi ia berbalik juga dan masuk ke dalam rumah, ke arah suara tantenya.

Rico tak dapat menahan senyum ketika tak lama kemudian, Aya sudah kembali, dengan segelas air es berwarna oranye di tangannya. Tapi, alih-alih memberikannya pada Rico, cewek itu malah meletakkannya di meja ruang tamu, sebelum melempar tubuh di sofa, dengan tatapan galaknya kembali tertuju pada Rico.

"Lo pengen gue diusir ama tante gue atau gimana?" kesal cewek itu. "Duduk sini, jangan bengong kayak orang bego gitu di depan pintu," tambah cewek itu tak tanggung-tanggung.

Rico, alih-alih kesal, malah tersenyum lebar dan duduk di kursi ruang tamu di depan Aya. Cewek itu melipat lengan di dada dan mendecakkan lidah kesal sebelum melempar pandang kasar ke samping.

Rico baru saja akan mulai menggoda cewek itu ketika terdengar suara ribut dari ruang tengah di samping ruang tamu, diikuti kemunculan kedua sepupu Aya. Sebelum Rico sempat melakukan apa pun, kedua anak itu sudah bergabung dengannya di ruang tamu, sibuk mengajaknya bermain.

Rico bahkan tak bisa mengelak ketika Alvie mengajaknya ke taman belakang untuk bermain sepak bola. Tampaknya kedua anak itu juga tidak punya banyak teman di sini. Rico bahkan tak heran jika Aya bahkan tak mau repot-repot bermain dengan mereka.

***

Perhatian Rico teralih ketika merasakan kehadiran seseorang di teras belakang, membuat Alvie dengan mudah merebut bola darinya dan mencetak gol. Anak itu berseru senang seraya berlari memutari taman belakang, sementara adiknya, Vila, ikut bersorak dengannya.

Seorang cewek yang tampak seusia dengannya dan Aya, duduk di kursi di teras, keningnya berkerut ketika menatap Rico. Sepupu Aya yang lain lagi? Tapi, jika mereka memang seumuran, kenapa dia tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan Aya dan Rico?

Tak lama kemudian, Aya keluar ke teras dan bergabung dengan cewek itu, dengan setumpuk komik dalam pelukannya. Bibir Rico kontan melengkung tersenyum. Ketika Alvie memanggilnya, Rico meminta time out pada anak itu, beralasan dia haus dan butuh istirahat sebentar. Alvie, dengan baik hatinya masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan minum. Rico akhirnya punya kesempatan untuk bergabung dengan Aya dan cewek yang tampaknya juga sepupu cewek itu.

"Eh ... ini ... temenmu, Ay?" Pertanyaan cewek itu seketika membuat Aya mendongak dari komiknya, menatap cewek yang duduk di depannya dengan kening berkerut. Lalu cewek itu mengedik ke samping Aya, membuat Aya menoleh dan langsung terlonjak dari kursinya.

"Lo, tuh!" seru cewek itu kesal.

Rico meringis.

"Temenmu, Ay?" Cewek yang duduk di depan Aya itu kembali bertanya, dan Aya menatap cewek itu.

"Ke atas aja yuk, Mel. Males gue di sini," keluh Aya seraya memberesi komiknya.

Cewek yang dipanggilnya 'Mel' tadi tidak segera bangkit dan malah mengamati Rico. Antara heran, takjub dan penasaran.

"Kamu orang pertama yang dibawa Aya ke rumah, lho. Pacarnya, ya?" tebak cewek itu, membuat jitakan keras Aya mendarat di kepalanya. "Ay, ya ampun ... sakit!" desis cewek itu kesal.

"Siapa suruh ngomong yang nggak-nggak. Tadi ada tugas kelompok, dia belum dijemput. Ayo ah, ke atas aja. Kita bacanya di kamar gue," bujuk Aya. Dia lalu sedikit membungkuk saat berkata pelan, "Kemaren gue abis beli novel baru. Yang lo pengen waktu itu, tapi nggak dibolehin beli sama Om. Mau baca, nggak?"

Seketika, si Mel berdiri dari kursinya, melempar senyum minta maaf pada Rico sebelum mengikuti Aya yang bahkan tak mau repot-repot menatap Rico saat pergi dari sana.

Tapi, Aya belum sampai di ruang tengah ketika tantenya memanggilnya dan mereka berdebat tentang Aya yang tidak seharusnya meninggalkan Rico. Tapi, dengan hebatnya Aya berkelit bahwa Rico asyik bermain dengan Alvie dan Aya hanya mengganggunya. Meski begitu, tantenya kemudian tetap memaksa Aya kembali ke teras belakang, dan jika ingin membaca, setidaknya pinjamkan juga buku bacaannya pada Rico.

Tak cukup sampai di situ, cewek itu masih harus membawa minuman dan kue untuk Rico. Rico bahkan tak terlalu terkejut ketika cewek itu menatapnya penuh dendam. Mungkin, dalam kepalanya dia sudah menyiramkan minuman dingin itu ke kepala Rico. Meski begitu, cewek itu duduk juga di sana, menuruti kata-kata tantenya. Menyusul kemudian, si Mel tadi ikut duduk di sebelahnya, mengamati Rico lekat kini.

"Jadi, kamu ini temen sekolahnya Aya atau pacarnya Aya?" cewek itu bertanya pada Rico.

Rico belum sempat menjawab ketika Aya sudah memberikan jawaban galak, "Temen, Amel, temen!"

Oh, namanya Amel.

"Oh ..." Amel mengangguk-angguk. "Aku Amel, sepupunya Aya. Kita seumuran juga, kok. Namamu ..."

"Rico." Rico menyebutkan namanya.

Amel kembali mengangguk. "Aya gimana di sekolah? Dia nggak pernah mau bawa temen sekolahnya main ke rumah. Tiap cerita tentang sekolahnya, selalu aja dia cerita yang nggak asyik-asyik. Katanya, anak-anak di sekolah pada resek, tuh," cewek itu melapor, membuat Aya mendesis kesal padanya.

"Emang iya," tandas Aya. "Apalagi cowok yang duduk di depan lo itu."

Amel melotot kaget, sebelumtergelak, sementara Rico hanya bisa meringis.    

***

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang