Bagian Sepuluh (1)

1.4K 198 32
                                    

Bagian Sepuluh 

Bahkan Ketika Akhirnya Aku Mendapatkan Hatimu, Aku Tetap Harus Melepasmu (1)


"Rico sakit, Kak? Kok udah seminggu ini dia nggak jemput kamu?" tanya tantenya saat mengantarkan Aya ke sekolahnya pagi itu.

Aya mengedikkan bahu. "Nggak ada izin juga di sekolah. Katanya, di rumahnya juga nggak ada."

"Kenapa, ya? Apa dia ikut ayahnya? Atau, dia pindah sekolah? Kok nggak pamit ke kita, ya?"

Aya bahkan tak berniat menjawab rentetan tanya dari tantenya ketika dia sendiri juga tak bisa berhenti bertanya-tanya tentang cowok itu. Dia di mana? Dia sedang apa? Apa yang terjadi minggu lalu? Apa dia baik-baik saja? Apa dia ...

"Kak, udah sampe." Suara tantenya menyentakkan Aya dari pikirannya.

Aya berdehem, melepas seat belt dan mencium tangan tantenya sebelum turun dari mobil. Tapi, ketika dia berjalan melewati gerbang, mendadak dia teringat ketika Rico sering duduk di samping gerbang dengan gengnya, dan betapa kesalnya Aya akan itu. Dia sama sekali tidak menyangka, akan tiba hari di mana dia justru merindukan itu.

Pikiran Aya masih terpusat pada Rico, melemparkan tanya demi tanya yang bahkan tak tahu di mana akan dia dapatkan jawabannya, seiring langkah kakinya membawa melewati lapangan upacara. Mendadak, dia teringat ketika dia menatap Rico dengan kesal setiap kali cowok itu dan teman-temannya membuat ribut di barisan belakang saat upacara.

Aya menarik napas dalam ketika merasakan sesak di dadanya. Dia mendongak, menatap langit yang masih belum begitu terang. Matahari masih enggan muncul. Mungkin ini memang masih terlalu pagi. Mungkin ...

Aya memekik pelan ketika dia menabrak sesuatu, seseorang, di depannya. Aya menurunkan pandang dan mendapati Rico berdiri di depannya, tersenyum padanya. Jantung Aya langsung melonjak tak beraturan karenanya.

"Lo ..."

"Kangen gue?" sela Rico dengan satu alis terangkat.

Aya bahkan tak langsung mengelak dan hanya menatap cowok itu selama beberapa saat. Dia ingin bertanya, dari mana saja cowok itu? Apa dia baik-baik saja? Apa yang terjadi minggu lalu? Kenapa dia mendadak menghilang seperti itu? Apa sesuatu terjadi?

Tapi, tak satu pun tanya itu berhasil lolos dari bibirnya.

"Pulang sekolah ntar lo bisa nemenin gue jalan-jalan, nggak?" tanya Rico tiba-tiba.

"Pulang ... sekolah?" Aya membeo.

Rico mengangguk. "Sebelum-sebelumnya, kencan kita gagal mulu. Semoga yang ini nggak, ya?"

Aya mengerjap. Kencan?

"Dan jangan nolak gue lagi, Kay. Lo nggak tau udah berapa lama gue nunggu hari ini," kata Rico lagi.

Jangankan menolak, untuk sekadar merespon dengan anggukan atau gelengan saja Aya tidak sanggup. Kenyataan bahwa Rico berdiri di depannya, baik-baik saja, seketika membuat sesak di dadanya lenyap. Berganti kelegaan yang membuat tubuhnya mendadak terasa lemas. Dan itu karena cowok menyebalkan ini.

***    

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang