Bagian Sepuluh (6)

2.2K 199 47
                                    

Bagian Sepuluh 

Bahkan Ketika Akhirnya Aku Mendapatkan Hatimu, Aku Tetap Harus Melepasmu (6)

 Rico melirik jam. Jam tiga dini hari.

"Lo yakin dia ada di rumah itu?" tanya Rico.

Joe mengangguk. Joe adalah partner Arian dalam misinya itu. Dan setelah mendapatkan video yang didapatkan Rico dari kebun di samping sekolahnya minggu lalu, Joe memastikan bahwa mereka adalah orang yang sama. Pasalnya, selama dua tahun terakhir, kelompok pengedar itu menangkap Arian untuk meminta informasi darinya. Tapi, melihat bagaimana mereka tidak menyadari Joe yang terus mengawasinya, dan juga Rico yang menyelidiki mereka, sepertinya Arian tak mengatakan apa pun pada mereka.

"Gue bisa minta satu hal ke elo?" Rico meminta pada Joe.

Joe menoleh padanya, keningnya berkerut bingung.

"Kalo nanti Arian pulang, minta dia sampein pesen gue ke adiknya," Rico berkata. "Sori."

Joe menghela napas berat. "Pak Adrian dan Pak Andreas mengizinkan kamu bergabung di misi ini bukan untuk nempatin kamu dalam bahaya. Kamu akan baik-baik aja."

Rico tersenyum. Semoga saja.

"Kita cuma perlu bertahan selama sepuluh menit di sana, dan bantuan akan datang," Joe berkata.

Sepuluh menit.

"Jangan sampe terluka, Rico," tegas Joe.

Rico mengangguk. Joe lalu mengecek jam tangannya. Dia menghitung dalam lima detik, lalu berkata,

"Krystal, we're going in."

Dari headset-nya Rico mendengar jawaban,

"Okay. Dave and Ron are right behind you. And I'll sent another three. Make sure to make the boy safe."

"I'll take care of myself," ucap Rico jengah.

Terdengar tawa di seberang. "Sorry, Boy, it's your father's."

Rico memutar mata, dan Joe tersenyum geli.

"Go and get Arian out of that cage. I got your back," kata Krystal lagi.

Joe mengangguk pada Rico, lalu dia memimpin mereka melompati pagar tinggi rumah mewah di depan mereka. Saat Rico mendarat, Joe sudah melumpuhkan seorang penjaga.

Begitu Joe dan Rico sampai di pintu samping, beberapa orang lagi melompati pagar. Joe masuk lebih dulu, sementara Rico melindunginya. Begitu Joe memberi aba-aba aman, Rico baru masuk.

"He's there. Second floor, third door from the right stairs. On your left," Krystal menginstruksi.

"Copy that," Joe berkata, sebelum dia memberi aba-aba pada dua orang lain yang sudah masuk untuk naik ke atas lebih dulu dengan Rico.

Tapi, begitu Rico tiba di lantai dua, pintu kedua dari tangga terbuka, dan Rico merunduk ketika berondongan tembakan tertuju padanya. Satu tembakan dari Dave yang ikut naik bersamanya tadi menghentikan tembakan itu. Detik berikutnya, pintu ketiga, tempat di mana Arian berada, didobrak dari dalam, dan Arian, tampak babak belur, keluar dari sana.

Melihat Arian tak bersenjata, Rico melemparkan senjatanya pada Arian, sementara dia mengambil senjata lawannya yang sudah tergeletak di depannya. Saat Rico menghampiri Arian, hendak membantunya berjalan, dari belakang Arian muncul seorang lagi yang menembakkan peluru. Rico menarik Arian di belakangnya dan menembakkan senjata di tangannya, tapi sial, pelurunya sudah habis.

Sengatan rasa panas yang menyakitkan mendarat di perutnya. Rico mendengar suara cemas Joe, memerintahkan agen lain melindunginya.

Rico merasakan seseorang menopang tubuhnya dan menyandarkannya ke dinding. Arian. Tapi, Rico bahkan tak bisa melihat dengan jelas wajah Arian.

Lalu samar, dia bisa mendengar percakapan terakhirnya dengan ayahnya.

"Kenapa kamu pengen ikut dalam misi ini?" ayahnya bertanya.

"Rico kan, yang udah berperan besar dalam misi ini. Ayah nggak lupa kan, Rico semingguan ngawasin mereka. Dan Rico udah hampir dua tahun nyari jejak mereka. Masa iya, Rico harus mundur pas udah sampe sini?" balas Rico.

"Tapi, kamu bisa terluka," ayahnya mengingatkannya.

"Rico tau. Tapi, trus kenapa? Terluka dalam misi bukan hal yang aneh. Yang penting Rico nggak mati kan, Yah?" canda Rico.

Ayahnya mendesah berat. "Tapi, kamu harus dengerin Joe."

"Siap, Bos!" seru Rico.

"Dan abis kamu selesai sama misi ini, nanti kita jalan-jalan beneran. Kalo nggak di sini ya ... di Alaska," janji ayahnya.

Rico tersenyum, mengangguk.

Kemudian, dia bisa mendengar suara Aya,

"Lo bilang lo suka ama gue!"

Ya, Rico memang menyukainya. Sejakdulu. Dan selalu.     

***    

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang