Bagian Empat (4)

1.5K 172 4
                                    

Bagian Empat 

Ke Mana Kau akan Lari Ketika Takdir Selalu Membawamu Kepadaku, Lagi? (4)


"Kak Aya besok nggak ada tugas?" tanya Tante Yani saat Aya berbaring telungkup di atas karpet di ruang tengah, membaca novel, sementara Alvie dan Vila sedang belajar. Amel sendiri tampak membaca buku pelajarannya. Besok ada ulangan, katanya.

"Nggak ada," Aya membalas tanpa menatap tantenya.

Untuk ukuran murid teladan, cewek ini benar-benar melakukan semua hal sesuka hatinya.

"Beneran nggak ada, Ric?" tanya tante Aya pada Rico yang berada di sana karena Alvie minta ditemani mengerjakan tugasnya, dan juga diajari.

"Nggak ada kok, Te. Besok kemungkinan juga pulang lebih awal. Tadi udah diumumin, sih," Rico memberitahu, yang seketika mendapat tatapan tajam Aya.

Cewek ini sepertinya berencana jalan-jalan tanpa sepengetahuan om ataupun tantenya besok. Apa dia selalu seperti ini?

"Enak banget. Besok aku ada ulangan dan kalian pulang awal," gerutu Amel.

"Sekolahan lo kan emang yang terbaik di sini," cibir Aya. "Harap maklum, lah."

Amel mendengus. "Sekolahmu juga bagus, tau," desis Amel.

"Ya udah sih, pindah aja ke sekolah gue," balas Aya cuek.

"Boleh juga tuh," sahut Amel santai.

Aya seketika duduk. "Ish, nggak usah resek, sih!" omelnya. "Lo kan, udah enak sekolahnya. Lagian, gue males saingan ama sepupu sendiri di sekolah."

"Bukannya tadi elo yang nawarin?" celetuk Rico.

"Lo nggak usah ikut-ikut. Dan besok gue ada acara tau pulang sekolah," sengitnya.

"Acara apa?" Rico, Amel dan tante Aya bertanya bersamaan.

Aya menatap mereka bertiga bergantian. "Nggak usah kepo. Acara di sekolah pokoknya."

"Trus, besok Tante jemput jam berapa?" tanya tante Aya.

"Nggak usah jemput, Te. Besok Aya mau naik angkot aja. Malu tau, udah gede pake dianter-jemput segala," gerutu Aya kesal.

"Ya kan ..."

"Besok biar Aya naik angkot sama Rico, Tante," Rico berkata. "Ntar pulangnya Rico juga nungguin Aya, deh."

Aya sudah akan protes, tapi urung melakukannya saat tantenya berkata,

"Oh, ya udah kalo gitu. Kalo naik angkotnya sama kamu sih, Tante tenang. Maaf ya, Rico, ngerepotin kamu lagi."

"Nggak kok, Te," jawab Rico seraya tersenyum.

Saat dia menoleh pada Aya, dilihatnya cewek itu menyipitkan mata penuh dendam padanya. Rico tidak ragu, besok Aya akan membalas semuanya.

***

Pagi itu, Rico dikejutkan dengan kedatangan tiba-tiba ayahnya di rumah Aya. Membawa banyak oleh-oleh untuk keluarga Aya, ayahnya duduk di ruang tamu rumah itu, dan tersenyum saat melihat Rico.

"Ayah ... udah balik?" tanya Rico. Terkejut mendapati kedatangan ayahnya sepagi ini. Sebenarnya, memang ayahnya berencana kembali masih bulan depan. Ayahnya tentu tidak pulang tiba-tiba hanya karena Rico tergores kecil seperti ini.

"Rico, kamu sarapan dulu ya, sama Aya," sambut Om Tyo yang juga ada di ruang tamu.

Ketika ayahnya mengangguk padanya, barulah Rico meninggalkan ruang tamu. Dia bergabung dengan Aya dan ketiga sepupunya, sementara Tante Yani tampak sibuk di dapur.

"Itu bokap lo?" tanya Aya.

Rico menoleh dan melihat cewek itu berusaha melongok ke ruang tamu dari sini.

"Iya. Kenapa?" Rico balik bertanya.

Aya mengalihkan tatap pada Rico, tampak tak suka. "Tanya doang. Nggak boleh?" sengitnya.

"Ih, nih anak emang suka nggak sopan," omel Amel. "Sori ya, Ric. Aya emang gini anaknya."

Rico mengangguk menanggapi permintaan maaf Amel.

"Gue tanya karena gue nggak pernah liat ayahnya Rico, tau," desis Aya pada Amel. "Pas ambil raport kemaren, juga pas ada pertemuan wali murid, ayahnya nggak pernah dateng."

"Gue baru tau lo perhatian banget ama gue," celetuk Rico.

"Semua pada ngomongin itu, tau. Dan gue punya kuping. Katanya dari kelas satu juga nggak ada yang pernah liat bokap lo. Bokap lo sesibuk itu, ya?" Aya menatap Rico.

"Pertanyaan terakhir itu murni elo yang penasaran tentang gue berarti?" tuduh Rico.

Aya mendesis kesal dan tak lagi bertanya.

"Kak Aya mah, emang suka malu-malu orangnya, Kak Ric," Vila membocorkan. "Dia kalo seneng ama orang, nggak bakal bisa ngomong ke orang itu. Kak Aya juga nggak bisa ngomong yang manis-manis. Kak Aya juga ..."

"Vila," Aya memanggil adik sepupunya itu tajam.

"Meski gitu, Kak Aya sebenernya orangnya baik, kok," Vila menambahkan, lalu menatap Aya. "Tuh, udah Vila kasih poin bagusnya ke Kak Rico."

Aya melotot kesal ke arah adik sepupunya sementara Rico tersenyum geli.

***    

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang