Bagian Enam (4)

1.3K 187 26
                                    

Bagian Enam 

Kenapa Kau Harus Memegang Tanganku Ketika Kau Begitu Membenciku? (4)

Rico memperhatikan Aya mengambil gambar beberapa tas dan mengirimkannya pada sepupunya. Tak lama kemudian, dia sudah memilih satu tas dan meminta penjaga toko untuk membungkusnya. Cewek itu bahkan sudah menyiapkan plastik pembungkusnya. Rico tidak heran ketika Aya ikut ribut mengomentari cara si penjaga toko membungkus tasnya.

"Teh, itu belum rapi, tuh," cewek itu berkata seraya menunjuk bagian yang dimaksudnya.

Menyadari wajah jengkel penjaga tokonya, Rico menarik Aya mundur. "Dia tau kali, Kay. Lo jangan bikin penjaga tokonya bingung, dong. Ntar malah berantakan bungkusannya," Rico berkata.

Aya tampak ingin protes, tapi sepertinya dia mendapati kata-kata Rico itu benar, jadi dia menahan diri. Setelah membayar tas itu, Aya berpesan bahwa nanti sepupunya yang bernama Amel akan datang dan mengambil tas itu. Meninggalkan toko tas, Aya berpindah ke toko aksesoris.

"Ini mau cari apa lagi?" tuntut Rico.

"Tau, tuh. Alvie sama Vila nyuruh gue milihin hadiah buat Tante. Katanya, aksesoris gitu. Anggaran terbatas mereka, mah," jawab Aya tanpa menatap Rico. "Tapi, pantes nggak sih, kalo ngado boneka buat tante gue?"

Rico menatap Aya yang juga menatapnya, tampak serius dengan pertanyaannya.

Rico mendengus tak percaya. "Pertanyaan kayak gitu, lo masih harus tanya?"

"Ya kan, gue cuma ..."

"Kalo elo ulang tahun dikado penggorengan atau sprei, gimana perasaan lo?" sela Rico.

Aya mengerjap. "Dan orang bego mana yang bakal ngado begituan buat gue di hari ulang tahun gue?"

"Jawaban yang sama buat pertanyaan lo tentang kado boneka tadi," balas Rico enteng, seketika mendapat umpatan kesal Aya. Rico menoleh untuk menyembunyikan senyum gelinya.

"Ya udah, nggak jadi di sini," desis Aya kesal, seraya keluar dari toko aksesoris.

"Waktu kita ke Bandung, tante lo nggak jadi beli gelas, kan? Beliin itu aja gimana?" usul Rico begitu berhasil menjajari langkah cepat Aya. Langkah marah, tepatnya.

Aya seketika menghentikan langkah. Rico, yang syukurlah memiliki reflek cepat, ikut berhenti. Cewek itu menatapnya selama beberapa saat, lalu berkata,

"Ide bagus."

Rico mendengus geli saat cewek itu berbalik dan meninggalkannya untuk pergi ke toko keperluan rumah tangga.

"Jangan lupa diitung, berapa banyak utang lo ke gue hari ini," Rico berkata saat berhasil menjajari langkah Aya.

Aya, lagi-lagi menghentikan langkah mendadak dan menatap Rico. "Sebenernya, tadi gue sama sekali nggak mau ngajak lo," cewek itu berkata.

Rico mengangkat alis.

Aya memalingkan wajah saat melanjutkan, "Gue cuma mau nemenin lo aja tadi. Lo bilang, lo nggak jadi jalan-jalan sama bokap lo. Makanya, ini gue yang gantiin. Jadi, kalo lo bilang, gue ada utang sama elo, lo salah. Ini bukan buat gue, tapi buat elo."

Setelah mengatakan itu, Aya kembali melanjutkan langkahnya, sementara Rico masih membeku di tempat. Ketika kata-kata Aya tadi berhasil dicernanya, Rico mendengus geli.

Apa katanya tadi? Menemani Rico? Ketika dia menyeret Rico ke sana-kemari memilihkan hadiah untuk tantenya? Cewek itu pasti punya kamus tersendiri untuk setiap kosakata yang dia gunakan.

Tapi, Rico toh tersenyum juga saat menyusul Aya yang sudah menemukan toko yang dicarinya.

***    

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang