Bagian Tujuh - Mimpi Buruk Sialan, Cowok Menyebalkan Sialan (4)

1.3K 173 12
                                    

"Ini kita mau ke mana, sih?" Suara kesal Aya di belakangnya justru membuat Rico tersenyum.

"Ngelunasin janji lo kemaren buat nemenin gue jalan-jalan," jawab Rico enteng.

"Kapan gue janji gitu?" sengit Aya.

"Kemaren. Sebagai ucapan terima kasih ke gue karena udah nganterin lo beli kado buat tante lo. Gue juga kan, beliin kado buat tante lo, tuh," ungkap Rico.

Aya mendengus kasar. "Dan kapan gue bilang, gue berterima kasih? Ada gue ngomong janji sama elo?"

"Udah terlanjur sampe sini, nih. Daripada besok harus ikut gue jalan-jalan lagi, mending sekalian sekarang aja, kan?" kata Rico.

"Hari ini nggak, dan besok juga nggak. Gue nggak pernah ada janji begitu," ketus Aya. "Dan gue nggak ada pamit ke tante gue kalo hari ini bakal pulang telat," tambahnya.

"Gue udah telepon tante lo tadi, gue bilang kalo lo masih jalan-jalan dulu ama gue," balas Rico.

"Apa?! Lo gila, ya?!" teriak Aya dari belakang. Rico tak dapat menahan senyum saat pengendara motor lain yang juga berhenti di lampu merah menoleh pada mereka.

Aya berdehem di belakangnya. Lagi-lagi, cewek itu menyandarkan keningnya di punggung Rico dalam usaha menyembunyikan wajahnya. Rico tersenyum geli membayangkan betapa merahnya wajah cewek itu.

Saat lampu sudah menyala hijau, Rico sudah melajukan motornya. Tapi, dia harus mengerem lagi saat tepat di sebelahnya, sebuah mobil sedan menabrak motor yang menerobos lampu marah dari arah kiri jalan. Motor serta pengendaranya itu kini tergeletak di depan motor Rico. Melihat darah mengalir dari kepala pengendara motor itu, Rico mematikan mesin motornya dan bergegas turun. Tapi, saat Rico hendak pergi, dia merasakan pegangan erat di ujung jaketnya.

Rico menoleh dan mencelos melihat wajah pucat Aya. Tatapan ngerinya tertuju pada pengendara motor di depan mereka, yang kini sudah dikeremuni orang-orang.

"Kay, lo nggak pa-pa?" cemas Rico.

Aya menggeleng. Tatapannya kosong saat dia menatap Rico. Saat Rico menarik tangan Aya yang memegangi ujung jaketnya, tangan cewek itu gemetar. Aya membuka mulutnya, tapi tak satu kata pun keluar. Rico menggenggam tangan cewek itu erat, cemas.

"Kay, lo bisa denger suara gue?" tanya Rico lembut, tangannya mengusap wajah pucat Aya.

Aya menggeleng. Rico masih memegangi tangan Aya saat menarik cewek itu dalam peluknya.

"Kakak ..."

Samar dia mendengar suara Aya, nyaris seperti bisikan.

Sebelum Rico sempat menanyakan apa yang sebenarnya ingin dikatakan Aya, dia merasakan tubuh Aya bersandar penuh ke arahnya. Aya pingsan di pelukannya.

***

"Lo ngapain di sini?" Suara kaget Arian dijawab Aya dengan senyum lebarnya.

"Surprise?" Aya berpindah dari belakang ke kursi depan. "Gue ngikutin elo tadi."

Wajah Arian tampak pucat di sebelahnya. "Ya ampun, Ay, lo tuh ..." Arian urung melanjutkan kalimatnya saat terdengar suara klakson di belakangnya.

Let Me Hold Your HandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang