"Bee come on"
"Woojin" seru gue saat mendengar seseorang yang membangunkan gue dari tidur sehabis menangis sendirian dikelas tadi."Wah lo masih ga bisa move on dari orang yang udah meninggal ya?"
Sialan, orang yang membangunkan gue adalah Lucas.
Tanpa memperdulikan atau hanya sekedar menjawab pertanyaan Lucas, gue memilih untuk berlalu meninggalkan nya dan menuju ke lapangan, tempat dimana semua orang akan berkumpul.
Mungkin di sana ada orang itu, Woojin.
.
.
.
Gue ambil tempat dibawah pohon pinggir lapangan basket karena sebentar lagi pertandingan pertama dimulai.
"Hey" sapa seseorang tiba-tiba.
"Ah hey Jihoon" sapa gue balik tapi dengan suara pelan, karena Jihoon dan Woojin masih dalam misi pertukaran nama setau gue.
"Udah ketemu sama Woojin?" tanya nya.
"Hmm" gue ngangguk lesu karena mengingat Woojin sangat dingin dan kasar saat bertemu gue tadi.
"Dia nitip pesan ke gue tadi, katanya sampaikan ke lo" ucap Jihoon.
"Apa?" tanya gue penasaran.
"Katanya jangan datang ke gunung lagi." gue tersentak kaget dengan pesan yang disampaikan Jihoon.
Apa maksud Woojin menyuruh gue untuk tidak pernah datang ke gunung lagi? Dia ga mau ketemu sama gue lagi?
"Kenapa?" tanya gue ke Jihoon, meski guenyakin Jihoon juga pasti tidak tau jawaban nya.
"Ga tau" Jihoon bergeleng. "Dia cuma nitip pesan gitu doang"
"Hmm kayanya gue harus ketemu sama dia deh" ucap gue.
"Katanya jangan" sahut Jihoon cepat.
"Kenapa?" tanya gue bingung.
"Katanya ga ada alasan lagi buat kalian ketemu" ucap Jihoon dengan tampang polos nya. Gue yakin, Jihoon sendiri tidak mengerti dengan maksud dari perkataan nya. Dia hanya menyampaikan apa yang dikatakan Woojin.
"Woojin punya pacar ya?" pertanyaan gue ini benar-benar keluar spontan dari mulut.
"Emmm pacar kayanya belum deh, tapi kalau deket kayanya ada sih. Tapi kayaknya doang" sahut Woojin.
"Siapa?" tanya gue penasaran. Saat Jihoon bilang ada, rasanya gue langsung pengen nangis lagi.
"Emmm mana yahh" gumam Jihoon seraya celingukan seperti sedang mencari seseorang.
"Nahh ituu yang bareng Woojin" tunjuk nya tepat saat Woojin keluar dari dalam sekolah bersama seorang wanita.
"Mereka deket?" tanya gue lesu. Melihat Woojin bersama wanita lain itu rasanya ada yang janggal, apalagi Woojin nampak sangat bahagia.
"Emm sejak awal Woojin pindah ke sekolah gue, dia ditemenin mulu sama si Sohye" tutur Jihoon.
"Ohhh" gumam gue saat tau nama wanita itu adalah Sohye.
"Emang lo siapanya Woojin sih?" mungkin sekarang Jihoon yang penasaran dengan hubungan gue dan Woojin.
Apa dia akan percaya kalau gue bilang gue calon istri Woojin. Tapi kalau gue bilang calon istri disaat Woojin memperlakukan gue seperti sekarang, kayaknya salah deh.
"Emm cuma kenal doang" sahut gue.
"Kenal apa kenalll?" goda Jihoon.
"Kenal nama dan kenal paras doang!" elak gue.
"Berarti Woojin bohongin gue dong" gumam Jihoon.
"Maksud lo?"
"Dia bilang lo calon istri nya. Gue sih emang ga percaya, mana mau cewek kaya lo sama dia haha" Jihoon terkekeh.
"Serius dia bilang gitu?" tanya gue.
"Hmm" Jihoon ngangguk. "Tapi katanya lo terlalu baik buat jadi istrinya"
"Hmm entahlah" gumam gue.
Saat gue sedang asik berbincang dengan Jihoon, tiba-tiba Jihoon dipanggil oleh Woojin.
"Apaa?" teriak Jihoon yang masih ada disamping gue.
"Gue kesana dulu ya"
Jihoon segera berlari ke arah Woojin saat Woojin memberi nya sebuah isyarat."Cantik juga biasa aja" gumam gue saat Jihoon sudah tidak disamping gue.
Kenapa Woojin bisa sebahagia itu sekarang, disaat dia memperlakukan gue seperti sekarang.
Selama pertandingan basket sekolah Woojin dan sekolah gue berlangsung, gue hanya membatin sepanjang pertandingan itu. Gue benar-benar ga habis pikir kenapa Woojin tiba-tiba berubah. Dan itu tanpa alasan!
Tbc...
Aku nulis next chap nya baper masa:'(
