Gue pikir ini sudah kesekian kalinya gue jatuh pingsan.
Perlahan gue membuka mata dan mendapati seseorang duduk disamping kasur gue.
Gue pikir ini uks tapi dari tulisan yang baru gue lihat saat membuka mata barusan sepertinya tempat ini rumah sakit.
"Bee lo baik-baik aja?" sambar Woojin saat gue baru bangun.
Gue cuma ngangguk, tenggorokan gue masih terlalu sakit untuk berbicara bahkan untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
Menurut gue ini adalah pingsan yang paling menyakitkan dibanding pingsan yang lain, entah karena sebelum pingsan gue menghirup asap yang berbau menyengat itu atau karena apa, gue pun ga tau.
"Bee lo hampir mati" ucap Woojin.
Gue masih diam dan hanya menatap nya untuk meminta nya menceritakan apa yang sudah terjadi di gue saat terkurung bersama asap itu didalam perpustakaan.
"Asap itu ternyata asap beracun Bee, beruntung Changbin anak kelas lo itu datang dan nyelamatin lo" ceritanya.
Dan gue lupa perihal Changbin saat itu.
"Changbin baru aja pulang tadi pas gue gantiin dia jaga lo" .oh berarti Changbin lah yang nyelamatin gue terus nemanin gue sebelum si gingsul didepan gue ini datang.
"Kita pulang ya" ucap Woojin seraya mengelus jidat gue dengan lembut dan itu berhasil membuat gue senyum tersinggung dibibir gue.
Saat gue mencoba bangun sekeliling gue tiba-tiba terasa berputar begitu cepat.
Gue memegangi kepala gue dan memejamkan mata mencoba mengurangi rasa pusing. Tapi kegelapan setelah gue menutup mata pun bahkan masih berputar.
"Masih pusing?" tanya Woojin sembari membantu gue bangun dari tiduran. Gue hanya mengangguk selagi menahan rasa pusing yang luar biasa.
Kini gue sudah berhasil duduk meski kepala gue benar-benar pusing, tetapi saat Woojin membantu gue untuk berdiri tiba-tiba kaki gue ga ngerespon sama sekali dan gue hampir jatuh jika saja Woojin tidak menahan gue dengan cepat.
"Bee lo kenapa?" tanya nya bingung, tapi sekarang gue jauh lebih bingung. Itu kaki milik gue, tapi gue ga tau apa-apa kenapa kaki gue ga ngerespon.
"Suster dia kenapa?" tanya Woojin ke suster yang baru saja lewat.
Suster itu menatap gue dari atas sampai bawah, mungkin suster itu mengingat-ingat siapa gue karena pasti bukan cuma gue yang dia periksa .
"Ohh asap! Pusing dan tubuhnya tidak merespon itu adalah akibat dari racun yang ada di dalam asap itu" jelasnya. Woojin langsung menghela napas panjang dan memandang gue penuh ke khawatiran sementara gue rasanya sudah hancur berkeping-keping karena rasa sakit yang muncul disetiap sela tubuh gue.
"Jin sakit" gue meremas ujung seragam Woojin untuk menahan rasa sakit yang datang tiba-tiba ini.
"Itu reaksi obat yang sedang menghancurkan racun ditubuh lo" sahut Woojin yang kini menggenggam tangan gue.
Setelah rasa sakit nya berkurang sedikit Woojin langsung membawa gue pulang ke rumah.
Kini gue hanya tiduran di atas kasur kamar, Woojin sedang sibuk di luar. Entahlah dia sedang apa.
"Bee masih pusing?" tanya nya saat tiba dikamar. Gue mengangguk pelan karena pusing itu belun saja hilang.
"Maaf" ucapnya yang kini tertunduk.
"Seharusnya kita tidak pernah disatukan" lanjutnya. Gue langsung menatap dia tajam, gue ga suka dia bilang kaya gitu.
"Pembom-an, geng motor, peluru waktu itu dan sekarang asap, itu semua terjadi karena kita bersama"
Perlahan gue menggerakan tangan gue dan berhenti diatas tangan Woojin. Gue mengelus pelan punggung tangan Woojin, Woojin menatap gue dengan tatapan merasa bersalah nya.
"Maaf selalu gagal ngelindungin lo" lirihnya, tapi gue bergeleng dengan cepat agar dia tidak merasa begitu bersalah.
"Maaf sudah mencintai dan membuat lo menderita seperti sekarang"
Mungkin sekarang Woojin benar-benar merasa bersalah sampai akhirnya jatuh setitik air mata dari nya.Perlahan gue mengangkat tangan gue dan berhenti dipipi Woojin untuk menghapus air matanya lalu gue tersenyum seraya menatap nya lekat.
Tbc...
