Ayah gue berjalan ke arah tempat duduk tuan Park dan Woojin.
Sedangkan gue masih duduk manis ditempat awal, karena tidak dapat perintah dari ayah gue untuk mengikutinya.
Gue melihat sekilas Woojin menoleh ke arah gue dan menatap gue dengan tatapan khawatir nya. Namun terlalu susah bagi gue untuk menebak kenapa dia menatap gue seperti itu.
Kini ayah gue dan tuan Park berjalan menaiki panggung.
Gue memfokuskan diri melihat apa yang akan di umumkan kedua pemimpin geng itu.
"Woohhh!" seru tuan Park dan ayah gue berbarengan. Disaat itu para manusia yang ada di bar ini ikut berteriak seperti kedua orang diatas panggung itu, kecuali gue dan Woojin yang hanya diam sembari menatap kedua orang tua kami disana.
"Hari ini adalah hari pertama perdamaian" seru tuan Park.
"Ya. Tidak ada perbatasan, perebutan wilayah dan tidak ada titik kuasa. Semua sudah rata setelah perjanjian malam ini" tambah ayah gue.
Apa hanya gue yang tidak mengerti dengan pengumuman mereka berdua? Tapi nampak nya Woojin juga tidak mengerti.
"Hwang Bee" panggil ayah dengan jari-jari nya yang memerintah gue naik ke panggung.
Begitupun dengan tuan Park.
"Park Woojin"Ahh ini giliran kami?
Pikir gue.Gue naik ke atas panggung, dibelakang gue ada Woojin yang juga naik.
"Mereka berdua adalah lambang perdamaian kita" seru ayah gue. Seketika orang-orang disini bersorak tidak jelas.
Gue curi-curi pandang ke arah Woojin. Benar-benar ekspresi yang tidak dapat dibaca.
Seperti orang ingin marah, ingin berteriak, ingin menembak, ingin membunuh, tapi dia hanya bungkam karena tidak dapat melakukan keinginan nya. Mungkin seperti itu keadaan Woojin sekarang.
Sementara gue benar-benar tidak tau apa-apa mengenai hal ini.
"Tidak boleh ada yang menganggu mereka sebelum hari pernikahannya" ucap tuan Park.
"Sementara mereka belum lulus mereka akan bertunangan terlebih dahulu" tambah ayah gue. Gue tidak terlalu terjekut karena sudah tau sebelumnya mengenai ini dari Woojin.
"Hahh?!" tapi nampak nya orang-orang disini lah uang terkejut.
"Tenang...tenanggg. Kami tau kalian pasti khawatir setelah kita damai mereka gagal menikah kann. Kami sudah memastikan mereka tidak akan membangkang" ucap ayah gue seperti berupaya menyakinkan orang-orang disini dan nampak nya itu berhasil, kini orang-orang itu saling pandang satu sama lain sembari mengangguk-angguk.
"Huhhh"
Gue bisa dengar dengan jelas Woojin mengenal nafas nya dengan kencang karena terdengar melalui mic yang ada didepan nya.Setelah selesai pengumuman yang tidak dapat gue mengerti barusan ayah gue dan tuan Park langsung pergi entah kemana. Dan kini gue dibawa Woojin keluar dari bar remang itu.
Jika biasa nya gue berani memandang tepat dimata Woojin, kini tidak. Tatapan nya malam ini seperti ingin membunuh orang bahkan putih matanya itu memerah.
"Jin, lo kenapa?" tanya gue yang kini menunduk tak berani menatap nya.
Namun Woojin memegang kedua pipi gue dan mengangkat kepala gue sampai akhirnya mata kami bertemu.
"Maaf" gumam nya.
Kini wajah Woojin terjatuh dipundak kanan gue. Bersyukur gue berhasil menjaga kesembingan untuk menopang setengah berat bada nya.
"Lo kenapa sih?" tanya gue bingung.
"Maaf ga bisa nyelamatin lo" sahutnya. "Tapi gue janji, bagaimanapun nanti gue akan nyelamatin lo" sambung nya lagi.
Sementara gue masih terdiam berusaha memahami perkataan Woojin. Sampai akhirnya gue menyerah untuk memahami nya.
Kini Woojin mengangkat kembali kepalanya yang tadi ada dipundak gue. Kini dia sudah berdiri tegak didepan gue.
"See you besok" ucap nya santai. Dia ngomong gitu seolah-olah tidak terjadi apa-apa beberapa menit yang lalu.
"Ahh..oo-oke" sahut gue bingung.
Dia berlalu sambil dadah-dadah seraya tersenyum ke arah gue.
"Aneh" gumam gue sendiri.
Bagaimana tidak aneh coba. Beberapa menit yang lalu dia sangat serius dan dingin dan sekarang dia kembali menjadi sosok yang lucu dan manis seolah-olah beberapa menit yang lalu itu bukan diri nya. Ya bagaimanapun itu lah Woojin. Seseorang yang sekarang benar-benar membuat gue jatuh cinta.
Tbc...
Yang ganteng ini ultah ga ada yang mau ngucapin gituuuu???
