"Bee sini deh" panggil Woojin dari sisi lain. Sementara gue masih duduk dibawah pohon, dimana tempat ini dulu adalah peristirahatan kami saat dikejar orang sewaktu bom disekolah.
"Duduk sini" panggil nya lagi. Gue menoleh ke arah nya yang ternyata sedang duduk di atas Batang pohon yang sudah tumbang.
"Keren juga ya" gumam gue.
"Siapa? Gue?" tanya nya ge-er.
Gue langsung terkekeh. "Pemandangan nya" sahut gue. Gue bisa mendengar dengusan kekecewaan dari sosok Park Woojin yang duduk disamping gue.
"Bee, lo tau sekolah yang ada didepan desa ga?" tanya nya tanpa menoleh ke gue.
"Emm..yang dibawah bukit kan" sahut gue tanpa menoleh nya juga. Kami berbincang namun mata kami terlalu asik untuk menikmati pemandangan diatas gunung yang harus penuh perjuangan saat menaiki nya.
"Iya itu" jawabnya.
"Emang kenapa?"
"Gue bakal sekolah disitu"
Kini gue langsung menoleh ke Woojin. "Serius?" tanya gue ga percaya.
"Emm..dua rius malah, kenapa kaget?" tanyanya yang kini juga menoleh ke arah gue. Jadilah tatap-tatapan.
"Ahhh gapapa sih"
"Lo tau kan disana sekolah nya para kembang desa" ucap nya dengan nada jail seraya menyenggol lengan gue.
"Ya tau lahh, sekolah dibawah bukit adalah sekolah nya para kembang desa sedangkan yang diatas bukit sekolahnya para lebah desa. Yakannn!" sahut gue yang kini menatap nya tajam. Namun lelaki bergingsul ini malah tertawa seraya memamerkan gingsul nya yang berhasil bikin gue bungkam.
"Ga takut gitu saingan lo malah nambah?" lagi-lagi dia menggoda.
"Saingan apa?" tanya gue berpura-pura tidak mengerti.
"Saingan dapetin gue" Woojin terkekeh.
"Ya kalo mereka mau sama lo, sana sama mereka. Gue mahh...ga-ngarep." jawab gue namun kini dia mendekatkan wajah nya ke gue.
"Yakin? Kalo cemburu jangan bakar sekolah orang yaa" ucapnya sembari menyentil ujung hidung gue.
"Apasih ahh!" Gue segera menghindar dari perlakuan aneh Woojin. Takutt...takut khilaf.
"Yaudah pulang yuk" ajak nya yang kini merangkul pundak gue.
"Males pulang" gue berlagak sok imut meski gue sendiri jijik. Tapi benar, gue sedang malas pulang. Gunung ini terlalu nyaman untuk ditinggalkan.
"Emm emm emmm" gumam nya seraya menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam.
"Huhhh" dengus gue.
Akhirnya gue dan Woojin menuruni gunung terjal ini bersama.
Woojin mengantarkan gue sampai belakang rumah.
"Sampai ketemu malam" serunya yang kini mulai berjalan menjauh.
"Malam?" gumam gue sendiri karena kalau teriak dan menanyakan pada Woojin, mungkin bakal ketauan anak buah ayah gue yang berjaga.
.
.
.
Tidak pernah ada hal istimewa yang menyenangkan dirumah ini. Tapi malam ini ada hal yang mengejutkan.
"Bee, bersiap yaa sebentar lagi kita akan berkumpul" ucap ayah saat dia muncul dar balik pintu kamar gue.
"Kita?" gumam gue. Sejak kapan ayah gue menganggap dia dan gue adalah kita.
"Jangan banyak tanya" ucap nya sebelum menutup kembali pintu kamar gue.
Apalagi yang bisa gue lakukan selain bersiap, meski gue sendiri tidak tau akan dibawa kemana.
Sepanjang perjalanan gue hanya menatap bosan ke luar mobil. Sementara Ayah nampak sibuk dengan urusan nya sendiri.
Kami berhenti disebuah gedung yang nampak mewah. Lebih terlihat seperti sebuah bar.
Gue berjalan dibelakang ayah gue memasuki ruangan remang ini.
Emm dari bau nya saja gue dapat mencium tempat ini bukan tempat yang suci.
Asap rokok.
Alkohol.
Ahh semua bercampur menjadi satu.
"Duduk" titah ayah menyuruh gue duduk disalah satu kursi dimeja bundar yang ada didepan panggung, dimana diatas panggung sedang ada wanita yang sedang menari-nari tidak jelas.
Gue mengedarkan pandangan ke sekeliling bar ini. Semua orang yang ada disini terlihat sama seperti ayah gue, mengerikan.
Hhhh Pasti ada alasan ayah gue membawa kesini.
Sekitar beberapa menit setelah duduk ditempat aneh ini gue melihat sekelompok orang berbaju merah datang dari pintu.
Di paling depan ada seorang yang nampak tua dengan topi yang menutupi separuh wajah nya dengan kacamata hitam bulat khas nya. Gue kenal siapa itu, dia adalah Tuan Park.
Yehhhh., jika ada tuan Park, maka Woojin juga ada.
Tapi dari sekian banyak pria berbaju merah dibelakang tuan Park gue ga liat ada sosok Woojin.
Setelah tuan Park duduk dan para berbaju merah dibelakang nya itu berbaris dipinggir dinding bar akhirnya ada seseoran yang sedari tadi gue cari. Dia muncul dari belakang para pasukan merah itu.
Dia menatap ke arah gue dan melemparkan senyum kecil agar tidak terlalu nampak dia sedang tersenyum ke arah gue.
Namun senyum kecil itu saja sudah berhasil membuat gue juga ikut tersenyum.
Tbc...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gitu ya senyum kecil nya yang bikin orang leleh😍🤤☝🏻