32 ; Markas

2.1K 268 10
                                        

Semalaman ini Woojin Setia menemani gue disini.

Ini sudah terlalu larut malam tapi dia masih dengan mata terbuka untuk menjaga gue yang terbaring lemah disamping nya.

Perlahan tenggorokan gue mulai membaik, jadi gue bisa berbicara dengan Woojin lagi.

"Jin lo harus tidur" suruh gue tapi dia bergeleng, tangan nya berhenti dikepala gue lalu membenarkan rambut-rambut yang menghalangi pandangan gue.

"Gue akan jaga lo"

"Tapi lo perlu tidur juga"

"Enggak" dia bergeleng. "Gue akan jaga lo dari segala macam bahaya, kalau tidak mungkin gue akan menyesal lagi sama seperti sekarang."

"Tapi-"

"Bee, kita ga tau kapan dan dimana peluru itu akan tiba, bom itu akan meledak atau asap itu akan datang lagi. Sekarang gue harus selalu ada didekat lo"

"Hmm" gue tau apa yang dikatakan Woojin sekarang benar. Kematian sedang mengancam kami, entah kapan tidak ada yang tau.

Ditengah malam ini, dimana hanya suara jangkrik yang terdengar tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah kami dengan kasar.

"JINNN WOYYY BUKA BURUAN!" Woojin segera bangkit dan keluar dari kamar, awalnya gue ingin mengikuti nya tapi tidak bisa.

Dia kembali tidak lama setelah keluar kamar tapi tidak sendiri, melainkan bersama sosok Lucas.

"Ada apa?" tanya gue sembari mencoba bangun perlahan. Dengan bantuan Woojin akhirnya gue bisa senderan di pinggiran kasur dan menatap dua orang yang ada disini.

"Bee, lo harus pulang ke rumah orang tua lo" ucap Woojin. Gue segera menatap nya heran.

"Markas kami baru saja dibakar oleh Hyunjin" tambah Lucas dan berhasil membuat mata gue terbelalak.

"Pakai ini" Woojin memakai kan jaket tebal ke gue dan membantu gue berdiri secara perlahan.

Berkat bantuan Woojin dan Lucas akhirnya gue sampai diteras rumah.

"Tunggu sebentar ayah lo akan datang" ucap Woojin yang sedang sibuk menyalakan motor yang dibawa Lucas.

"Kalian mau kemana?" tanya gue saat mereka berdua menaiki motor itu, sementara gue masih terduduk diteras.

"Kami mau ke markas, membantu yang lain" ucap Woojin.

Lagi-lagi dia pergi meninggalkan gue disaat gue tidak berdaya.

"JINNN" teriak gue lirih berusaha menahannya, setidaknya sampai ayah gue datang. Tapi apa daya orang itu sudah melajukan motor nya dengan cepat tanpa memikirkan gue sedikit pun.

Beruntung benar kata Woojin, ayah gue akan datang. Sekarang ayah datang bersama anak buahnya dengan mobil kesayangannya.

"Kamu ga papa kan?" tanya ayah. Gue hanya membalasnya dengan anggukan.

Sekarang anak buah ayah gue membantu gue berdiri dan berjalan menuju mobil.

Mobil kami melaju dengan cepat,tapi bukan ke arah rumah lama. Melainkan mearah ke kota.

"Ayah kita kemana?" tanya gue curiga.

"Kamu harus bersembunyi" sahut ayah yang sibuk dengan ponsel pintar nya.

"Tapi Woojin-"

Belum selesai gue berbicara, ayah sudah menatap dingin ke gue.
"Dia bisa jaga diri nya sendiri"

Gue hanya bisa menghela napas kasar mendengar perkataan ayah sendiri yang seperti tidak berprikemanusiaan ini.

Saat sedang sibuk beradu dengan ayah, disisi lain ada anak buahnya yang nampak gusar dengan lawan telpon nya.

"Tuan" anak buah ayah berbalik dan memanggil ayah gue.

"Hmm?"

"Dua dari mereka tewas"

Gue menatap ayah dan anak buahnya secara bergantian, ingin meminta penjelasan. Tapi mereka terlalu sibuk berdua.

"Mereka masih saling mengejar. Anggota kita tidak berani ikut campur, karena pihak musuh sudah menurunkan anak buah langsung dari boss hwang."

Gue yakin ini bukan berita baik.

"APA?! Musuh anak anak kecil itu adalah anak buah boss Hwang?" bahkan ayah gue sendiri berteriak karena tidak percaya.

"Hmmm" anak buah ayah hanya mengangguk.

"Apa dia termasuk?"

Gue mulai curiga dengan pembicaraan dua orang ini.

Dia?

Dia siapa?

"Dia menghilang" ucap anak buah ayah.

Gue masih menatap ayah dan anak buah nya bergantian, tapi kali ini kedua orang itu menatap ke arah gue dengan tatapan prihatin.

"Ada apa?" tanya gue bingung.

"Tidak apa-apa. Kamu lelah, kamu istirahat saja di montel nanti" ucap ayah seraya mengelus pelan rambut gue. Ini bukan ayah gue, karena dia jarang sekali memperlakukan gue seperti sekarang. Terakhir kali dia mengelus pucuk kepala gue adalah pada saat gue ulang tahun ke empat dan itu sudah lama sekali.

Tapi bagaimanapun dia adalah ayah gue, dan gue yakin pasti ada sesuatu yang membuat dia berprilaku baik ke gue.

Entahlah,



Tbc...

#selamat berbuka puasa chinguuuu📣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#selamat berbuka puasa chinguuuu📣

GENGSTER | PARK WOOJIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang