"Woi, Pita! Nikah loh sama gue!"
seorang cewek menoleh dan membelalakan matanya.
"MATI LOH SAMA GUE CACING!"
Mereka melanjutkan aksi kejar-kejarannya.
Pita merasa lelah dan akhirnya dia berhenti di bawah pohon beringin besar.
"Lha, mau nikahnya di sini?"
Pita memicingkan mata pada Talla, Lalu diangkat hidungnya dengan jari telunjuk ke atas hingga memperlihatkan dua lingkaran indah di hidungnya.
"Kamu lucu deh kalau lagi kayak gitu,"
Pita melirik Talla yang tiba-tiba memujinya. Tidak seperti biasanya.
"Lucu kayak bayi babi!" ucap Talla sambil menahan perutnya yang sakit karena tertawa berlebihan.
"Ih, loh ya--"
"WOI, CACING PITA! DIPANGGIL NOH SAMA GURU BK!"
Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
"Elo sih!" ucap mereka bersama.
Mata mereka saling mengadu, seolah mereka akan memulai pertarungan.
"Elo Cacing!"
"Elo Pita!"
"Cacing!"
"Pita!"
"Cacingggggg!"
"Pitaaaaaaa!"
"Woi! Cacing Pita buru napah! Udah ditungguin noh!"
Mereka berdua mengangguk dan berjalan terburu-buru.
***
Brakk!
Bu Izah-guru Bk sekolah ini, memukul mejanya keras karena kesal dengan ulah dua anak murid di depannya ini.
"Kenapa kalian tidak masuk jam pelajaran pertama dan kedua?"
Bu Izah mulai mengintrogasi dan menatap lekat kedua murid di depannya.
"JAWAB!" ucap bu Izah sambil memukul mejanya kembali.
"Emm itu bu," ucap Pita gerogi sambil melirik Talla untuk meminta dia agar menjelaskan.
"Anu bu," jawab Talla sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Anunya apa?" tanya bu Izah.
Talla dan Pita saling menatap, karena tak percaya dengan apa yang ditanyakan gurunya.
"Ehm, maksudnya anu siapa?"
Mereka berdua makin terbelalak menatap bu Izah. Lalu Talla tertawa.
"Anunya suami ibu aja kalau ibu mau. Ibu omes juga ternyata."
"Kamu ini!"
Mereka dihukum untuk hormat pada bendera sampai jam pelajaran terakhir. Tentu saja bu Izah kesal, setelah bu Izah menayakan kembali pada Talla dan Pita kenapa mereka tidak masuk kelas, Talla malah menjawab mereka sedang merencanakan pernikahan. Dan sukses membuat Pita menginjak kakinya dengan kuat.
Dan di sini mereka sekarang. Hormat di depan tiang bendera, mengangkat sebelah kakinya dan memegang telinganya. Tidak lupa, mereka mengenakan kardus yang diberi tali rapia dan dilingkarkan di leher mereka. Dengan tulisan, ‘Coming soon, cacing pita menikah! Jangan sampai terlewat!’
"Pitttt, maafin gue,"
Pita menghiraukan ucapan Talla, dia hanya ingin melakukan hukumannya kali ini, setelah bosan dipermalukan oleh perbuatan Talla.
"Piiiiitt!" regek Talla lagi.
"Udahlah Cing! Belom puas lo bikin malu gue?"
Helaan napas terdengar, otak Talla kini sudah tidak bisa berpikir panjang ternyata, setelah mencintai Pita.
"Maaf Pit,"
Pita tidak menjawab, bahkan menoleh pun tidak.
"Widih, keren. Cacing Pita best couple sekolah kita akhirnya menikah juga!" suara Joni mengundang banyak anak-anak yang baru saja keluar kelas karena jam pelajaran terakhir sudah selesai.
"Apaan sih lo, Jon!" bantah Pita kesal.
"Cieeeeee."
"Ciee cieeeee."
"Uhuy, perasmanan kita!"Dan masih banyak lagi celotehan para murid yang melihat Talla dan Pita sedang dihukum.
"Puas lo!"
Pita berlari dari lapangan upacara sambil menangis, dibantingnya kardus yang tadi ia kenakan.
"Pitt, tungguin gue!"
Pita tak menghiraukan ucapan Talla yang sekarang sedang mengejarnya.
Didekapnya lutut yang bergetar hebat karena terlalu lama berdiri, dan ditundukannya wajah Pita untuk menutupi tangisnya dan rasa malu yang menyeruak masuk ke dalam sukma. Ia sudah terlalu kesal.
Satu tepukan di bahu Pita sukses membuatnya menoleh ke belakang.
"Mau apa lagi Cing? Gue cape." ucap Pita di sela isak tangisnya.
Talla memegang lutut Pita, tapi kali ini ia hanya diam dan menatap Pita. Disingkirkannya helai demi helai rambut yang menutupi wajah Pita yang kembali tertunduk tanpa menatapnya.
Talla mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa ke mana pun, dan dipakainya untuk mengusap keringat Pita, ia tahu perempuan yang sangat ia sayang ini sedang kelelahan, malu, dan marah.
Talla tersenyum, sangat bahagia saat ia bisa mengabiskan waktunya berdua dengan perempuan di depannya walaupun hanya hari ini, karena ia tidak yakin dengan hari yang lain. Masih bisa atau tidak.
Uhuk,
Talla melihat tangannya dan langsung menjauhkan tangan itu dari pandangannya. Ia menaruh sapu tangan itu di lengan Pita dan berlari dengan cepat meninggalkan pita. Sedangkan Pita, ia mengangkat wajahnya dan menatap punggung Talla yang menjauh.
"Kenapa dia? Masa bodo, dia rese."
KAMU SEDANG MEMBACA
CACING PITA
Humor"Woi, Pita! Nikah loh sama gue!" "MATI LOH SAMA GUE CACING!" Jangan remehkan apa yang sekarang ada di sekitarmu, karena suatu saat nanti, itu yang bakal kamu rindukan. Kamu bakal kangen, gimana perhatiannya dia padahal kamu risi sendiri. Dia yang ba...