Atau

441 32 6
                                    

"Pita."

Pita mengerjapkan matanya yang masih berat.

"Pit!"

Dengan sangat terpaksa ia membuka matanya dan terkejut melihat sosok cowok tampan berada di depan matanya.

"Apaan dah, To? Gua masih ngantuk ini!"

Merasa tidak ada suara yang menanggapinya, Pita kembali membuka mata. Ternyata cowok itu sudah duduk manis di tepi kasur.

Pita kembali menutup matanya tapi ada yang aneh, dingin. Matanya terasa dingin diterpa angin yang memaksa untuk kembali membuka mata.

Pita terkejut bukan main saat melihat sosok itu kini berada di depan wajahnya, sangat dekat sekali. Langsung saja dia layangkan satu jurusnya membuat cowok itu meringis.

"Wadaaww, sadis amat dah lo! Gua pecat jadi kembaran, baru tau rasa!"

Sontak Pita terbangun dan duduk menatap cowok di depannya, "Enak?"

Pito yang notebane adalah sodara kembar Pita mendecak sebal melihat kembarannya ini sangat galak,
"Enaaakk matamu! Gue udah lembut banguninnya cuma nepuk bahu lo, eh elo gak bangun. Pas gua tiup mata lo, lo langsung bangun dan langsung ninju idung gua! Gak tau terimakasih! Sakit nih."

Pita terkekeh geli melihat ekpresi kembarannya yang lucu sambil mengusap hidungnya yang tadi baru saja kena tinju Pita.

"Sorry," diusapnya hidung Pito dengan sayang, "sini gua tiupin."

"Noh kasian bunda lagi sakit. Eh elo belom bangun siang-siang gini! Kalah sama gue yang udah cuci piring, cuci baju, ngepel. Elo apa coba kerjanya?"

Pita menempatkan jari telunjuknya di bibir Pito,
"Itooo sayang, jangan marah ya. Yang penting gue gak kayak elo banciiiii!"

Pita mengatakan itu sambil berlari dan langsung dikejar oleh Pito.

"Enak aje lo ngatain gue banci! Elo tuh cewek jadi-jadian! Cewek kok ada ototnya."

Pita menjulurkan lidahnya sebelum menutup pintu kamar mandi, dan terdengar helaan napas kesal di luar sana.

"Bodo amat, dari pada elo lembeeeekkkk."

"PITAAAAAAAAAA!"

Pita tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya yang sakit.

"Cewek kok kalah sama cowok! Dasar cewek jadi-jadian, gak bisa masak, nyuci baju, cuci piring."

Pita masih tertawa mendengar kembarannya menggerutu di luar, "Oi, cantik! Udah sana pergi, gue mau mandi!"

Tendangan kencang di pintu kamar mandi membuat Pita terlonjak kaget, "Cantik cantik, Gue cowok!"

Pita sudah membuka bajunya dan belum mulai mandi karena masih sibuk tertawa,
"Iya deh, maaass gantengkuuu. Udah ya, jangan ganggu dedek mau mandii."

"Dih jijik gue dengernya! Cepetan dah mandinya terus anter bunda ke dokter, gue ada kerja kelompok sama temen."

Pita mengehela napas, selalu saja begitu. Tidak pernah ada waktu untuk menghabiskan waktu libur bersama.
"Gak usah didenger kalo jijik, salah siapa toh punya wajah mulus lembut gitu kayak cewek, idung mancung, putih. Duuuhhh, lo kalau pake kerudung cantik deh, To!"

Pito menatap kesal pintu kamar mandi.
"Udah, deh! Gue udah telat, pokoknya lo harus anter bunda ke dokter!"

"Siap boskuu." teriak Pita dari dalam.

"Hilih, dasar cewek aneh. Cewek kok berkumis."

Pintu kamar mandi seketika terbuka membuat Pito terkejut dan melihat Pita yang hanya mengenakan handuk.
"Cowok sih rajin luluran."

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang