SADAR!

257 29 0
                                    

"Keluarga pasien?" ucap suster yang baru saja keluar dari dalam ruangan.

Semua mata langsung tertuju pada suster itu.

"Saya ayahnya dok." jawab ayah Talla.

Suster itu tersenyum ramah, "Kondisi pasien mulai membaik, walaupun belum bisa dipastikan kapan ia siuman."

"Alhamdulillah."

"Apa anak saya sudah bisa dilihat dok?" tanya mama Talla.

Suster mengangguk, "Bergantian ya. Ya sudah, mari bu, ikut saya ke ruang ganti."

"Mommiii aku mau ikut liat bang Talla." rengek Lovey dengan matanya yang sembab juga hidungnya yang merah bak tomat.

Mereka berdua pun ikut ke ruang ganti untuk memakai pakaian yang telah disediakan rumah sakit ini, dan kemudian masuk ke dalam ruangan.

Sementara di luar, Pita sudah lega karena Talla sudah mulai membaik, namun ia terus berdoa agar Talla cepat siuman.

"Tadi kamu mau ngomong apa?" tanya ayah Talla dengan senyum menawannya.

Pita kembali teringat, ia menghirup udara banyak-banyak, mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri, "Om, sebenarnya aku adalah orang yang dulu Talla selamatkan. Dan sekarang, aku juga orang yang Talla selamatkan." ucap Pita dengan satu tarikan napas, tak peduli apapun reaksi yang akan di terimanya.

Ayah Talla menatap Pita intens, tapi kemudian tersenyum. Hal itu sontak membuat dahi Pita mengerut.

"Om gak marah?" tanyanya ragu.

Ayah Talla menggeleng, "Ada apa sama kamu ya?"

Pita mengernyit, "Maksud om?"

Ayah Talla malah tertawa geli, "Anak om itu emang suka banget nolongin orang, tapi gak suka ngoleksi poto orang."

"Hah?"

"Iya, setelah om sadar, ternyata kamu yang menuhin kamar Talla." ucapnya sambil terkekeh.

"Menuhin kamar Talla?"

Anggukan itu membuat Pita semakin tak mengerti.

"Jadi kemarin, om pinjem flashdisk Talla karena punya om lupa naro. Dan saat om masuk kamar, kamu tau apa isiya?"

Pita menggeleng.

"Ada lebih dari 300 foto palaroid kamu, 5 poster besar, bahkan sampai kalenderpun pake foto kamu."

"HAH?" ucap Pita terkejut.

***

Pita menatap tubuh yang terbarik lemas di atas kasur tepat di depannya. Senja pun telah tiba namun Talla belum juga sadar. Tetapi sesuatu mengganjal di pikiran Pita, apa benar yang dikatakan ayah Talla tadi siang soal fotonya?

Rasanya gak mungkin, pikir Pita.

Pita kembali menatap Talla dan beralih pada lengannya. Ia genggam dengan kuat tangan itu, tangan yang selalu membantu orang. Jujur saja Pita sangat kagum pada Talla sekarang.

Teman-temannya sudah menjenguk tadi siang, keluarga Talla juga memutuskan untuk pulang dan kembali lagi setelah magrib dan bertukar menjaga Talla dengan Pita.

"Talla, maafin gue. Gue janji gue gak akan kayak kemarin lagi, gue gak akan bersikap gak sopan ke elu, gue gak akan nyuruh lo ini itu lagi. Dan gue janji, gue bakal berubah demi lo, gue bakal jadi orang yang lebih bisa ngehargain orang lain, gue juga gak akan ngeremehin orang lain lagi. Cepet sadar. Gue butuh lo, gue butuh lo!"

Pita meringkuk di samping Talla sambil menggenggam jemari Talla.

"Lo mau tau gak kenapa dari awal masuk kelas dua belas gue selalu nyuekin lu?" oceh Pita sendiri, "Karena gue takut lo nyakitin gue. Karena sikap lo sama mantan pacar gue itu sama banget, jadi gue takut sesuatu yang gue gak suka terjadi lagi. Tapi sekarang gue sadar, kalau elu bener-bener sayang sama gue. Gue juga udah mulai suka sama lo walaupun masih tahap belajar." tambah Pita.

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang