Boyfriend?

265 24 0
                                    

Tuhan, kali ini aku hanya ingin jatuh cinta kepada jodohku saja. jika memang engkau telah menetapkan seseorang yang terbaik untuk menjadi jodohku, maka jatuhkan aku sejatuh jatuhnya.-CacingPita

---

"Kamu ruang berapa?"

Suara itu mengejutkan Pita yang hampir terloncat.

"Ih nyebelin ngagetin aja!" Pita memukul bahu lelaki itu tapi ia malah terkekeh.

"Uncchh pacar acu marah ceritanya."

"Abisnya nyebelin ngagetin aja. Gimana kalo orang jantungan!" Omel Pita.

Talla tersenyum manis, "Kamu mah jangan jantungan."

"Terus?"

"Jatuh hati aja."

Pita menggigit bibir bawahnya, ia ingin tersenyum namun ia tidak mau Talla tau bahwa ia sedang merona. Sudah satu bulan lamanya mereka berpacaran, ya seperti itu, masih sama seperti kucing dan anjing falling in love.

"Cieee salting cieeeee."

"Aaaaa apaan sih, nggak!" Pita mengerucutkan bibirnya.

Talla terkekeh, "Waktu itu cepet banget berlalunya ya. Perasaan baru kemarin masuk ke sekolah ini dan sekarang udah mau lulus aja."

Wajah Pita mendadak datar, ada rasa sedih yang tersirat di sana.

"Tinggal nunggu UN." Tambah Talla lagi.

Pita mengangguk, "Dan mungkin aja setelah ini semuanya berubah."

Talla mengikuti Pita duduk di bawah pohon beringin yang sering mereka jumpai.

"Apa kita juga bakal berubah?" Talla menatap Pita dengan intens.

"Maksud kamu?" tanya Talla yang heran dengan pertanyaan Pita.

Pita membalas menatapnya, lalu ia memegang jemari Talla, "Jujur aja, selama satu bulan ini aku ngerasain dunia aku yang beda. Kamu selalu ada, selalu bisa bikin aku ketawa di tengah kesuntukan aku sama belajar, selalu bisa jadi musuh terthe best di saat aku lagi pengen berantem, siap di saat aku butuh apa pun. Apa setelah sekolah ini selesai, hubungan kita akan selesai juga?"

Talla mengusap punggung tangan Pita, "Bakal tetep sama."

Pita menyipitkan matanya, "Janji?"

.
.
.

Pita mendengus kesal dan melepas genggamannya saat Talla tak juga menjawab pertanyaannya.

"Aku mau pulang."

"Sayang." Talla menahan tangan Pita yang sudah mulai beranjak.

"Gula yang manis gak bakal terasa manis saat gua itu tenggelam dalam luasnya air kopi yang pahit."

Pita menyipitkan matanya kesal, ngomong apa sih nih orang? Ngaco.

"Begitu pun dengan janji. Janji yang manis gak bakal terasa manis saat sesuatu yang pahit menimpanya. Penghianatan contohnya."

Pita menghempaskan tangan Talla, "Oh, jadi lo mau selingkuh? Udah bosen sama gua hah?"

Talla menatapnya datar.

"Kenapa gak ngomong aja sih dari dulu! Males gue, ternyata semua cowok sama aja!" Pita menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, dan berbalik tak mau menatap Talla.

Keheningan menyeruak beberapa menit lamanya, namun tak lama isak tangis terdengar membuat hati Talla mencelos nyeri.

Ia bangkit dan langsung memeluk wanitanya itu dari belakang. Namun Pita hanya bungkam, tak menolak dan tidak pula membalas dekapannya.

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang