Weekend 2

234 17 0
                                    

-HappyReading-

"Hati-hati sayang!" ucap Pita sesaat setelah Talla berpamitan untuk pulang, mama nya memintanya untuk mengantar ke pasar karena persediaan makanan di rumahnya sudah hampir habis.

Talla mengangguk dan berlalu pergi.

Pita kembali masuk dan berniat untuk ke kamar Pito. Saat telah tiba di depan pintu kamarnya, ia perlahan memutar knop pintu itu dan masuk diam-diam.

Pita tersenyum melihat Pito yang sedang tertidur pulas, wajahnya melihatkan keletihan. Namun ia heran dengan lelaki di depannya ini, paras wajahnya yang menawan tak pudar walaupun ia sedang lelah bahkan tidur sekalipun. Mata elangnya, alis tebalnya, bulu mata lentik, rambut ikal, hidung mancung, kulit putih mulus. Siapa yang mampu menolaknya? Ditambah lagi jika ia tersenyum memaparkan kedua kempot di kanan dan kiri pipinya. Otaknya? Piala dan penghargaan mungkin cukup untuk menjawab semua. Bagi Pita, Pito itu manusia yang hampir sempurna. Ia pintar masak, beres-beres rumah, dan sangat mencintai kebersihan. Mungkin kekurangannya adalah dalam bela diri kali ya? pikir Pita.

Pita menjatuhkan dirinya di kasur empuk milik Pito tepat di samping ia tertidur. Semerbak aroma harum tercium sangat intens di indra penciuman Pita. Kamarnya yang sangat rapi dan semua tertata dengan baik (rak buku di pojok kamar yang berbentuk gitar, rak sepatu yang berbentuk sepatu raksasa, dan lainnya) mampu memanjakan mata Pita.

Pita memiringkan wajahnya menghadap Pito yang masih tertidur, ia memeluk Pito dengan lembut sambil tersenyum. Tak lama matanya mulai terbawa larut dalam kenyamanan kamar ini. Namun saat ia hampir saja bermain ke negeri dongeng, teriakan Pito membuatnya kini melotot kaget.

"APA? APA? ADA APA?"

Pito menghela napas hangatnya dengan wajah yang masih shock, "Astagfirullah Pita, gue kira siapa yang meluk-meluk gue lagi tidur!"

Pita menatap Pito tajam, "Lo ngagetin gue!"

"Lo yang ngagetin gue!" Pito mengacak-acak rambut Pita hingga membuat Pita mendumel.

Pito pun kembali membaringkan dirinya di samping Pita yang masih tertidur, memeluk Pita dan memejamkan matanya lagi.

Pita ingin marah sebenarnya, pasalnya ia tak suka dipeluk. Namun niatnya iti diurungkannya, karena Pita hari ini sedang tidak mau bergelut dengan Pito entah ia sedang rindu bermanja dengan Pito, ditambah lagi tadi ayah mengingatkannya akan hal ini.

Pita tersenyum menatap Pito yang kembali memejamkan matanya, diusapnya dengan lembut rambut Pito.

Pito membuka matanya dan tersenyum tanpa melepaskan pelukannya pinggang Pita, "Tumben lembut."

Pita terkekeh, "Takut kena azab kebanyakan nyiksa kembaran wkwk."

Pito tertawa, kini lengannya membingkai lembut wajah Pita sambil tersenyum.

"Bilang aja lagi pengen dimanja!" Pito mencubit gemas hidung Pita.

Pita tertawa dan mengangguk manja seperti anak kecil.

"Tapi gue mandi dulu ya, bau acem."

Pita kembali mengangguk. Selama Pito mandi, Pita merapikan tempat tidur Pito dan menyiapkan bajunya.

Semerbak harum tercium dari kamar mandi saat Pito keluar dengan rambutnya yang masih basah membuatnya semakin cool.

Pita tersenyum dan menunjuk baju yang sudah ia sediakan di atas kasur.

"Makasih."

"Sama-sama."

Pito tersenyum, "Jadi ceritanya mau ngintip kembarannya pake baju nih?" godanya.

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang