Kenapa?

334 33 1
                                    

Pita menghentak-hentakan kaki sedari tadi, merengek meminta diantar ke sekolah. Dengan alasan, ia sedang ngirit ongkos.

Kembali lagi Pito menggeleng untuk yang kesekian kalinya, "Udah ya Pit! Elo buang waktu gue ah. Ini gue udah telaaaaaatttt!"

Pita mengerucutkan bibirnya dan masing membentangkan tangannya yang mencoba menghalangi Pito yang hendak keluar dari garasi dengan sepeda motor miliknya.

"Iiiii ayok lah Ito sayang," pita kembali merengek, "Itooo udah gak sayang gue huaaaaaaa."

Pito menghela napas, "Pit, itu bukan yang namanya Cacing?" tunjuknya ke arah lain.

Repleks mata Pita mengikuti arah telunjuk Pito, dan saat Pita lengah, Pito bergegas mengendarai motornya. Terdengar tawa berderai di balik motor itu, sedangkan Pita hanya mendengus kesal.

"Pita, kok belum berangkat juga?" tanya wanita paruh baya yang masih cantik itu.

"Ito gak mau bareng Pita bun!" tunjuknya pada sepeda motor Pito yang hilang ditelan jarak.

Bunda menggeleng dan mengelus rambut Pita dengan sayang, "Biasanya juga naik angkot sayang."

Pita menggeleng cepat, "Lagi ngirit."

"Eh?"

"Iya bunda, kan satu bulan lagi Pita sama Ito ulang tahun. Nah, Pita pengen ngasih sesuatu sama dia."

Bunda tersenyum mendengar niat baik anaknya dan langsung saja ia rogoh saku celananya dan memberikan uang 10.000 kepada Pita.

"Lha, ini buat apa bun?"

"Buat naik angkot."

Pita tersenyum, mengangguk dan langsung berpamitan pada bunda.

Setengah jam sudah ia berdiri mematung di tepi jalan, menunggu angkutan umum yang tak kunjung datang. Sudah dari tadi Pita mendumel sendiri, tapi apalah daya.

"Neng?"

Pita menoleh pada tukang parkir yang biasa ia jumpai saat menunggu angkutan umum.

"Iya pak?"

"Nunggu angkot ya?"

Pita terkekeh geli, "Iyalah pak, masa nunggu bapak."

Tukang parkir itu menyunggingkan senyumnya, "Gak bakal ada neng!"

Pita mengernyit, "Lho, emang salah saya apa pak?"

Bapak itu tertawa, "Hari ini bakal diadain demo angkot sama ojek online."

"Ya terus?"

"Yaahh, jadi semua supir angkot gak ada yang narik."

Pita menatap miris jalanan yang memang hari ini sangat sepi, hanya ada beberapa mobil dan sepeda motor yang berlalu lalang.

"Yaudah ya neng," bapak tukang parkir itu menepuk pundak Pita, "jangan nunggu yang gak pasti, cape."

Pita melongo menatap punggung pak parkir yang kini menjauh sesudah mengatakan itu.

"Yeeeh, tukang parkir bucin. Aduhhh, ini gue ke sekolah naik apa dong? Masa terbang sih? Lha, emangnya gue bidadari punya sayap. Kan bukan. Aduuhh, mana gak ada yang kenal."

Pita kembali melirik kanan-kiri tapi tidak ada kendaraan yang bisa ia tumpangi.

Setelah menunggu selama lima belas menit, sebuah motor ninja mendarat tepat di depannya. Hal itu membuat Pita celingukan mencoba melihat siapa yang berada di balik helm itu.

Saat orang itu membuka helmnya, Pita makin terkejut ternyata itu adalah orang yang sama persis dengan orang yang ia temui beberapa hari lalu di permustakaan sekolah. Ya, Jono.

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang