LAST

344 22 6
                                    

Nepatin janji untuk update malam ini:)
Ohiya sebelum baca chapter terakhir ini, aku mau bilang mksh bnyak buat kalian yg msh setia baca ceritaku walau gk votmen samsek:) gpp yg penting klian baca dan menikmati. Mhon maap jika bnyk keslahan, jgn judge penulis amatir sepertiku:(:v Aku juga mau bilang, setelah chapter ini aku bakal bikin chapter Info Squel (berisi informasi judul, deskrip, dan kutipan cerita). Jadi buat kalian yg msh mau ikutin perjalan khidupannya Pita yaa boleh bgt hihi^_^

~Happy Reading~

"SUSTEEERR! TOLONG TEMEN SAYA SUUUSSS!" Wiwi pun kembali berteriak.

"Sabar ya mbak, Saya akan panggilkan dokter."

Pita pun di bawa ke ruang UGD rumah sakit itu dengan tubuhnya yang tergeletak tak berdaya di atas brankar rumah sakit.

Wiwi kembali menangis di ruang tunggu, sambil sesekali teringat wajah sahabatnya pasca kecelakaan itu.

"Ya Allah tolong sembuhkan Pita, sadarkan dia." Isaknya semakin menjadi.

Di sisi lain, ruang tunggu rumah sakit terdengar isak tangis yang amat mendalam. Luka kehilangan membawa semua larut dalam kenangan yang takan hilang. Memori-memori tentang apa yang sering Talla lakukan, apa yang Talla suka, bahkan apa yang Talla benci pun kembali teringat di setiap ingatan semua insan yang menyaksikan kepergian Talla.

"Dia sudah tak sakit lagi, putraku sudah sembuh." Lirih mama Talla masih dengan air mata mengalir di pipinya.

"ABAAAAAAANGGG MOOMM ABAAAAAAAAANGG HUAAA. ABANG JANGAN PERGI! LUV SAYANG ABANG HIKS."

Bunda mencoba menenangkan Lovey yang sedari tadi ngamuk mengacak-acak apapun yang berada di dekatnya. Ia tak kuasa menerima semua ini, ketika abang tercinta yang selalu menemaninya, yang sudah ia anggap seperti ayah keduanya kini sudah tiada. Bak Bawang Putih yang ditinggal pergi ibunya. Sungguh putri kecil yang malang.

Pito masih mencoba menghubungi Pita sedari tadi, sudah hampir dari setengah jam yang lalu tak ada satupun panggilannya yang diterima.

"Gimana To?"

Pito menggeleng, "Masih belum diangkat bund. Lo di mana sih Pit arg!"

Sementara Ayah Talla mengurusi administrasi agar jenazah bisa segera di bawa pulang. Sedangkan Ayah Pita sedang bertugas di luar kota.

Lovey kembali mengguncang-guncang tubuh Talla sambil sesekali berteriak histeris.

"Ya Allah Pit, kamu di mana?" Cemas Bunda.

"Pito udah susulin ke rumah tadi, tapi mereka gak ada di rumah."

Bunda ikut berduka dengan meninggalnya Talla, tapi tak dapat ia tutupin dirinya pun sekarang sedang amat khawatir dengan kondisi anaknya yang masih entah ada di mana.

*Di sisi Wiwi*
Teleponnya kembali berdering menandakan ada panggilan masuk, Wiwipun segera mengangkatnya.

"Iya Hallo Bunda hiks."

"Hallo? Wiwi kamu kenapa nak? Mana anak Bundaaa? Mana Pita? Pita baik-baik aja kan nak?"

"Bundaaaaa." tangisannya semakin menjadi.

"Hallo hallo? Wiwi kamu kenapa nangis? Mana anak Bunda? Bunda mau bicara!"

Wiwi menghela napasnya, "Pita Bundaa."

"Pita kenapa? PITA KENAPA! BISA GAK KAMU BICARA YANG JELAS!" Bunda sudah semakin panik.

"Pita mengalami kecelakaan, kita sekarang ada di UGD rumah sakit," Wiwi melihat nama rumah sakit itu, Wiwi baru sadar, ia heran ini hanya sebuah kebetulan atau memang sudah ditakdirkan? "rumah sakit yang sama seperti rumah sakit Talla di rawat."

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang