Karma

807 44 2
                                    

"Pitaaaaaaa,"

Pita yang baru saja datang langsung menatap cowok di depannya dengan malas.

"Awasin tangan lo!"

Talla tersenyum, tapi tidak melepaskan tangannya yang menghalangi jalan masuk.

Talla menunjuk pipinya dan tersenyum menyeringai.

"Idih, maksud lo apa?" tanya Pita galak.

"Jangan marah-marah mulu cantik,"

"Maksud lo tadi apa?!"
Suara Pita kini meninggi naik satu oktaf dari biasanya.

Talla mendekatkan wajahnya ke wajah Pita, entah apa yang membuat jantungnya selalu berdebar saat menatap cewek di depannya.

"Ciiiiuuummm mamiiiiiii."
Talla merajuk tapi malah mendapat satu kecupan singkat dari telapak tangan Pita membuat pipinya kini memerah.

"Lho, kok di tampar?"

"Awas gak!"
Pita memukul-mukul tangan Talla.

"Mamiii jahatt ii jahatttt,"

"Mami mami! Mamii peri kale ah gue!"
Pita menjawab dengan sebal, selalu saja cowok di depannya ini membuatnya kesal.

"Ituuuu mimi peri, mamiii."

"Bodo amat!"

Akhirnya Talla pun melepas lengannya yang bertengger indah di samping pintu dan membiarkan ceweknya itu untuk masuk.

"Ih, sumpah ya Wi. Makin hari makin ngelunjak tuh anak!"

Wiwi yang notebane teman sebangku Pita menatap temannya ini dengan heran.

"Aelah, elo kenapa sih? Datang-datang udah marah aja, kayak ibu-ibu nagih uang kontrakan tau gak!"

Pita menatap cewek gendut di depannya dengan kesal.

"Aaaaaaa! Wiwi ndut, masa gue disamain sama ibu-ibu nagih kontrakan sih!"
Pita mencubit pipi Wiwi dengan gemas. Semarah apa pun dia, dia tidak pernah bisa marah pada sahabatnya yang satu ini.

Wiwi mencoba melepaskan tangan Pita dan Pita hanya tertawa.

"Kebiasaan lo, ah! Pipi tirusss ini pipiii tiruuusss jangan di cubit-cubit!"

Pita tertawa terpingkal-pingkal lalu mencubit pipi sahabatnya lagi hingga membuat kericuhan di kelas itu pagi-pagi.

"Udah ah Petir, pipi gue sakit nih hiks hiks baru aja tirus satu jam yang lalu!" rengek Wiwi.

Pita terkekeh. "Windut, thanks ya!"

Wiwi mengangkat sebelah alisnya.
"Thanks for?"

"Thanks for love! Haha,"

Wiwi mengerucutkan bibirnya, heran dengan tingkah cewek cantik di depannya.

"Emang lo kira di efbeh, thanks for love segala!"

Pita tersenyum memamerkan barisan giginya yang rapi dan bersih tidak lupa gigi gingsul yang bertengger indah di sisi kanan dan kiri.

"Alayy syeeekaliii sahabatku ini, bilang facebook aja efbeh!"
Pita menjulurkan lidahnya.

Wiwi memandang tajam sahabatnya.
"Petir anaknya bapak geluduk, bisa gak sehari aja gak bilang gue alay? Elu juga ikutan alay noh bilang sekali aja syekali."

Pita tertawa dan memeluk Wiwi, temannya yang gendut ini memang dari dulu memanggilnya Petir entah apa alasannya tapi Pita suka.
"Makasih Wi, cuma elu yang bisa bikin mood gue balik lagi mwahh."

Wiwi mengerucutkan bibirnya.
"Eh, Petir anaknya bapak geluduk, najisun ih cium cium gue! Aduuuhhh, jadi bener ya sekarang itu lagi zaman zamannya lesbian!"

CACING PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang